08 - Rasa Yang Tersirat

241 91 42
                                    

Pagi itu, Jiyeon tampak kurang bersemangat sama sekali. Pikirannya terus tertuju pada kejadian kemarin. Teringat bagaimana Jungkook membentaknya, bagaimana cara laki-laki itu menatapnya. Semuanya masih terekam jelas dalam memorinya. Begitu sakit dan membuat dadanya kembali sesak jika mengingatnya.

Kendati ia tahu alasan sebenarnya kenapa Jungkook melakukan itu, tidak ada yang berubah dengan semuanya. Ia terlanjur berjanji takkan lagi mengusik hidup Jungkook. Dan laki-laki itu pun tetap akan bersikap sama, dingin dan seakan tak mengenalnya.

Karena terus melamun dan tak terlalu fokus dengan keadaan sekitar, akibatnya gadis itu menabrak seseorang tanpa sengaja.

Akh!”

Jiyeon turut mengaduh pelan dan refleks menatap orang yang ditabraknya.

“Yein?” ucap gadis itu terkejut.

Hanya dalam hitungan detik, ia kembali teringat derngan cerita Sungyoon waktu itu. Terasa ada sesuatu yang mendadak menghimpit dadanya dalam waktu yang bersamaan.

Heh, mau sampai kapan kau terus-terusan menabrakku, huh? Memangnya kau ini tidak punya mata? Dasar gadis bodoh!” Yein memaki dengan ekspresi kesalnya.

“Maaf, aku tidak sengaja."

"Maaf katamu? Apa kau pikir bajuku yang kusut oleh kesalahanmu ini bisa kembali jadi licin seperti semula hanya dengan ucapan maafmu yang bodoh itu, huh?"

Jiyeon menghela napas pelan, "Lalu kau ingin aku bagaimana?"

Yein tersenyum miring, sebelum kemudian tangannya bergerak menarik kasar lengan seragam milik Jiyeon.

Akh! Hei, apa yang kau lakukan?” ucap Jiyeon kaget oleh tarikan tiba-tiba gadis tersebut.

"Apa lagi? Tentu saja membalas perbuatanmu!"

"Apa katamu? Hei, hentikan. Kau bisa merobek bajuku!"

"Baguslah, dengan begitu kita impas."

“A-apa? Akh! Hei, kubilang lepas!”

Keduanya pun terlibat adegan saling tarik menarik, membuat murid-murid yang lain jadi turut penasaran dan mulai berkerumun untuk melihat.

Karena jengkel lantaran tenaga Jiyeon dirasanya lebih kuat, Yein pun mendorong tubuh gadis itu sedikit keras, mengakibatkan gadis bermarga Park tersebut terdorong dan tanpa sengaja kepalanya membentur tembok.

"Akh!" Jiyeon mengerang pelan seraya memegangi dahinya yang seketika terasa nyeri. Tahu-tahu ia mendapati bercak berwarna merah pekat di sana.

“Bagaimana? Enak, tidak?” ucap Yein dengan nada mengejek.

“Kau—benar-benar sudah gila.”

“Lalu kenapa? Kau tidak terima, huh?”

Jiyeon memilih untuk tidak menyahut. Kepalanya terasa nyeri sekaligus pusing akibat terbentur tadi.

Melihat itu, Yein pun tersenyum sinis sebelum kemudian melenggang pergi begitu saja dari sana. Gumaman dari beberapa murid yang lain terdengar dari berbagai penjuru arah.

“Ada apa ini? Kenapa kalian berkerumun di sini?” seseorang terdengar menegur dengan intonasi berat miliknya.

Jiyeon mendongak sejenak dan mendapati sosok Jungkook yang kini sudah berdiri tak jauh darinya.

Laki-laki itu tampak menatap ke arah Jiyeon dengan raut wajah datar seperti biasanya. Gadis itu berusaha untuk tak peduli dan kini ia mencoba berdiri secara perlahan-lahan. Kepalanya terasa semakin pusing tak tertahankan. Akan tetapi ia berusaha sebisa mungkin untuk menahannya.

ʀᴏᴍᴀɴ ᴘɪᴄɪsᴀɴ 「ᴇɴᴅ」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang