09 - Intuisi Hati

229 93 39
                                    

Oh Tuhan, yang benar saja. Aku benar-benar tak pernah membayangkan sekali pun akan mengikuti kegiatan semacam ini. Apa yang harus kulakukan?” entah sudah ke berapa kalinya Jiyeon menggumamkan kalimat itu.

Krystal sampai pusing melihat sahabatnya yang terus menggumam tak jelas dengan sesekali menjambak rambutnya sendiri.

Begitulah, acara kemping bersama yang diadakan oleh sekolah tinggal dua hari lagi dan itu membuat Jiyeon frustrasi nyaris seperti orang gila.

Ia ingin sekali absen mengikuti kegiatan tersebut, akan tetapi Yoon Dujun, wali kelasnya mengatakan bahwa keikutsertaan dalam kegiatan tersebut akan mempengaruhi nilai non akademik murid kelasnya. Entah itu benar atau hanya siasat pria itu agar murid-muridnya tak ada yang absen, yang jelas Jiyeon merasa sangat direpotkan olehnya.

"Ck, sudahlah. Memang apa salahnya mengikuti kegiatan itu? Lagipula ini hanya diadakan setiap setahun sekali. Hei, tahun kemarin kau sudah absen dengan beralasan sakit. Yang benar saja kau mau absen lagi." Krystal terdengar menimpali.

"Ah, apa sebaiknya aku berpura-pura sakit lagi saja, ya? Pak Dujun pasti mengijinkanku."

"Hei, Park Jiyeon, jangan coba-coba!"

"Mau bagaimana lagi? Aku benar-benar tidak ingin mengikuti kegiatan semacam ini, Krys.." Jiyeon kini memasang wajah memelas miliknya.

"Memangnya apa yang kau takutkan, huh? Kau tidak akan tersesat di dalam hutan kalau kau mengikuti instruksi dari Pak Dujun dan tetap bersama yang lainnya. Takut pada binatang buas? Pak Dujun tidak mungkin mengajak anak-anak kelasnya ke tempat yang berbahaya. Hantu? Oi, hantu tidak akan muncul di tempat yang penuh keramaian. Ayolah, kau tidak perlu khawatir begitu."

"Bagaimana jika ada sekelompok psikopat di dalam hutan? Lalu mereka menghabisi kita satu-persatu? Huh? Bukankah kita hanya akan mati konyol?"

Krystal ternganga mendengar ucapan luar biasa sahabatnya itu, "Apa katamu? Psikopat?"

"Ya, begitulah. Memangnya kau tidak tahu, banyak orang jahat semacam itu di dunia ini akhir-akhir ini."

Alih-alih menjawab, Krystal tiba-tiba mengambil sesuatu dari dalam tas miliknya. Sebuah jangka sorong.

Jiyeon mengernyit kecil melihatnya, terlebih saat Krystal memegang benda yang memiliki ujung runcing itu layaknya memegang sebilah pisau.

"H-hei, apa yang kau lakukan?" tanyanya was-was.

"Sekarang kau bisa memilih. Mau mati di tangan psikopat khayalanmu di dalam hutan, atau di tangan seorang psikopat sungguhan yang saat ini berada tepat di hadapanmu, huh?"

Manik Jiyeon membulat mendengarnya dan refleks bergerak mundur, "H-hei, jangan bercanda. Tentu saja aku tidak memilih keduanya—"

"Pilih salah satu, Park Jiyeon!"

"T-tidak. Kubilang tidak!" tanpa menunggu apapun, Jiyeon sontak berbalik dan kabur begitu saja menjauhi Krystal.

Gadis itu berlari keluar dari kelas, tak mempedulikan panggilan Krystal sama sekali. Karena kesal, Krystal pun turut berlari bermaksud mengejar. Akan tetapi begitu ia hampir sampai di luar, tanpa sengaja ia justru menabrak seseorang.

Bukk!

Alhasil ia pun jatuh terduduk dan seketika meringis kesakitan.

"Akh.. Pinggulku!"

"Oh, kau baik-baik saja? Maaf, aku tak sengaja menabrakmu."

Krystal mendongak sejenak dan mendapati sosok Sungyoon yang kini mengulurkan sebelah tangan kepadanya.

ʀᴏᴍᴀɴ ᴘɪᴄɪsᴀɴ 「ᴇɴᴅ」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang