05 - Kabar Tak Terduga

220 89 30
                                    

Keesokan harinya, Jiyeon baru saja tiba di sekolah. Ia tidak langsung pergi menuju kelasnya, melainkan menuju ke arah yang berlawanan, yakni perpustakaan. Begitulah, hari ini ia membawa buku cukup banyak di kedua tangannya, beberapa buku yang dipinjamnya dari perpustakaan tempo hari.  Dan ia hendak mengembalikannya hari ini.

Ketika berjalan melewati koridor, tanpa sengaja ia berpapasan dengan Jungkook. Jiyeon ingin sekali menyapanya, tapi entah kenapa tiba-tiba keberaniannya hilang sama sekali usai mengingat apa yang terjadi kemarin. Akan tetapi, alih-alih merasa canggung, gadis itu justru dibuat terpaku heran, sebab Jungkook sama sekali tak menyapanya. Jangankan menyapa, bahkan melihat ke arahnya pun tidak. Laki-laki itu melewati Jiyeon begitu saja seolah tak mengenalnya, atau lebih tepatnya seakan menganggapnya tak ada. Padahal jelas-jelas keduanya berpapasan dalam jarak yang teramat dekat.

Kedua tangan Jiyeon refleks mengepal. Langkah kakinya perlahan melambat. Rasa bersalah dan penyesalan kini bercampur menjadi satu dalam dadanya. Sekarang ia mulai yakin, bahwa Jungkook telah sempat membaca tulisannya waktu itu. Dan melihat bagaimana sikapnya sekarang, laki-laki itu pasti tidak suka karenanya.

Sedih. Tentu saja itu yang dirasakan Jiyeon. Gadis itu tak menyangka jika kebodohan dan kecerobohonnya justru mengantarkannya pada kesulitan semacam ini.

Jika sudah seperti ini, bukan tidak mungkin dirinya tak lagi bisa berinteraksi seperti biasanya dengan pemuda itu. Pastilah Jungkook akan mulai menghindarinya, atau bahkan menjauh darinya.

Sungguh, jika bisa memutar waktu, gadis itu pasti akan memilih untuk tidak menyapa Siwon tempo hari, hingga harus berakhir bertabrakan dengan Jungkook dan memiliki perasaan semacam ini.

Sayangnya, ia tak memiliki kekuatan super semacam itu—yang kemungkinan besar hanya ada di dalam dunia khayalan.

Bukk!

Gadis itu terkejut saat tanpa sengaja menabrak seseorang, sehingga buku-buku yang dibawanya jatuh berserakan ke lantai.

"Hei! Tak bisakah kau berjalan dengan benar, huh? Jika ingin melamun, lakukanlah di tempat lain. Astaga, yang benar saja."

Jiyeon mendongak sebentar dan mendapati bahwa sosok Yein lah yang ditabraknya.

"Maaf, Yein. Aku tidak sengaja." ucapnya.

Yein hanya mencibir tanpa menjawab. Usai mengibaskan baju seragam miliknya yang sedikit berdebu, ia pun melangkah pergi begitu saja meninggalkan Jiyeon, tanpa berniat membantu gadis itu untuk memunguti buku-buku miliknya yang berserakan.

Jiyeon hanya mampu mendesah panjang dan menggerutu kesal, "Ck! Bisa-bisanya dia pergi begitu saja."

Akhirnya, mau tak mau ia pun terpaksa memunguti buku-bukunya seorang sendiri. Namun, tiba-tiba saja seseorang datang membantunya. Jiyeon tertegun sejenak dan beralih menatap ke arah penolongnya.

Seorang murid laki-laki asing yang tak dikenalnya kini terlihat membantu memunguti buku-buku miliknya.

"Terima kasih." ucap Jiyeon.

Laki-laki itu tersenyum dan mengangguk, "Sama-sama.."

Jiyeon pun kembali berdiri setelahnya, diikuti pemuda tersebut.

"Ngomong-ngomong, apa kau bisa menunjukkanku di mana ruang kelas 2-3?"

Jiyeon sedikit mengernyit mendengarnya, "Ruang kelas 2-3? Itu ruang kelasku. Kenapa kau ingin pergi ke sana?"

"Ah, aku murid pindahan yang baru gabung hari ini. Namaku Choi Sungyoon. Kebetulan aku ditempatkan di kelas itu."

"Ah, begitu.. Aku Park Jiyeon. Maaf, aku tak bisa menjabat tanganmu. Kedua tanganku sudah penuh buku-buku. "

ʀᴏᴍᴀɴ ᴘɪᴄɪsᴀɴ 「ᴇɴᴅ」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang