06 - Perubahan

222 87 33
                                    

Jiyeon masih terpaku di tempatnya, sama sekali tak percaya dengan ucapan Krystal padanya.

"Aku sendiri tak ingin percaya. Tapi jelas-jelas tadi aku melihat dengan mata kepalaku sediri mereka sedang merampasi uang murid-murid junior. Dan Jungkook ada di sana bersama mereka."

Jiyeon terdiam. Tiba-tiba ia teringat sebagian kalimat yang pernah ia tulis di bukunya tempo hari.

'Kupikir dia hanyalah bocah nakal yang selalu membuat resah para Guru di sekolah, tapi nyatanya di luar dugaanku dia sangatlah baik. Aku sungguh terpesona melihatnya melawan para berandalan itu hanya untuk menolong seorang murid junior.  Dan itu membuatku semakin menyukainya.'

Jiyeon refleks mengepalkan kedua tangannya dengan kuat. Hembusan napas panjang lolos begitu saja dari hidungnya.

"Jiyeon, kau baik-baik saja?" tanya Krystal.

"Aku tahu kenapa dia bergabung dengan kelompok anak-anak berandalan itu." Jiyeon menyahut lirih.

"Apa maksudmu?"

"Iya.. Dia tahu aku menyukainya karena dia adalah laki-laki yang baik. Sosok yang mau menolong orang lain ynng lebih lemah darinya. Itulah sebabnya dia berubah jadi seperti sekarang. Dia melakukannya karena dia tidak suka dengan perasaanku yang seperti itu padanya. Dia sengaja melakukannya karena ingin agar aku tak lagi menyukainya.."

Krystal terdiam sejenak mendengarnya, berusaha  memahami perkataan Jiyeon saat itu.

"Aku hanya tidak habis pikir, kenapa dia harus melakukan hal sejauh itu? Kalaupun dia tidak menyukaiku, kenapa dia harus mengubah dirinya yang semula baik menjadi sosok seperti itu? Kenapa? Padahal kalau saja dia mau bicara baik-baik dan mengatakan padaku bahwa dia tidak menyukaiku pun—mungkin aku masih bisa terima. Aku tidak mungkin memaksakan perasaanku kepadanya.." Jiyeon berusaha keras agar air matanya tak jatuh saat mengucapkan itu.

Melihat itu, Krystal jadi tak tega karenanya. Ia sedikit menyesal telah memberitahu gadis itu mengenai apa yang dilihatnya beberapa saat yang lalu.

Gadis bermarga Jung itu pun mengusap lembut punggung sahabatnya, "Aku tak tahu apa yang sebenarnya ada dalam pikiran Jungkook sekarang, tapi entah kenapa aku sangat yakin, jauh dalam lubuk hatinya, dia pasti tidak bermaksud seperti itu.."

"Lalu apa maksudnya? Demi apapun aku sangat menyesal sekarang. Kalau saja aku tidak pernah menulis tulisan itu di buku, kalau saja aku tidak menyukainya secara tiba-tiba seperti ini, pasti aku masih bisa berbicara dengannya seperti biasanya. Tapi sekarang, dia mungkin bahkan membenciku setengah mati. Semua ini terjadi memang karena salahku.."

"Hei, tidak ada yang salah dengan orang yang sedang jatuh cinta. Kita tidak pernah tahu kapan dan pada siapa rasa itu akan muncul. Jiyeon, aku tahu bagaimana perasaanmu sekarang, tapi kau tidak perlu menyalahkan diri sendiri. Percayalah padaku, Jungkook bukan laki-laki seperti itu. Dia pasti memiliki alasan sendiri kenapa melakukannya."

Jiyeon tak menyahut lagi. Ditariknya napas panjang sepenuh dadanya, berusaha sekuat mungkin menegarkan perasaannya yang sewaktu-waktu bisa saja rapuh dan tak lagi mampu membendung air matanya.

Tanpa mereka sadari, Sungyoon telah mendengar semua pembicaraan mereka sejak awal. Pada awalnya, ia bermaksud ingin pergi ke kantin. Tapi begitu ia mendengar nama Jungkook disebut, ia pun dibuat penasaran hingga pada akhirnya diam-diam turut mendengarkan semua pembicaraan mereka berdua.

Pemuda itu mengangguk-angguk mengerti, kemudian bergegas masuk kembali ke dalam kelas dan urung menuju kantin.

***

ʀᴏᴍᴀɴ ᴘɪᴄɪsᴀɴ 「ᴇɴᴅ」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang