|khanom krok|

159 28 14
                                    

Tangan yang kuat menggenggam ponsel tampak gemetaran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tangan yang kuat menggenggam ponsel tampak gemetaran. Kalau saja sedang sendiri, ia pasti telah menepuk mulut berkali-kali. Bisa-bisanya mengucap sesuatu tanpa berpikir dulu. Alhasil, semua mata kini memandang dengan alis bertaut. Tampang ketiganya seolah ingin melahap Kris bulat-bulat.

"Maksudmu apa, Kris?"

"Kamu mau membeli ponsel itu dibanding ponsel baru?"

Ditanya demikian, Kris tak berkutik. Dulu saja ia menggebu-gebu dengan barang anyar sampai mengemis pada orang tuanya. Sekarang? Mulut yang suka memuja diri itu malah mau membeli barang yang belum rilis, meski telah selesai dibuat sejak lama.

Apa boleh buat? Kris tidak ingin kehilangan kemampuannya. Ia tidak mau berpisah dengan black box. Sungguh, tidak ada ponsel yang memiliki fitur seperti ini. Ia telah mencoba ponsel lain, mulai dari milik Pan dan beberapa teman kelasnya. Namun, nihil. Keajaiban ponsel ini hanya satu dan hanya Kris-lah yang boleh menggunakannya.

"Thammai? Kamera dan kapasitas ruang ponsel ini bagus, kok. Lagi pula nanti pasti bakal dirilis, jadi setidaknya aku jadi orang pertama yang punya. Iya, 'kan?"

Kris tersenyum akan jawabannya sendiri. Setelah bergeming memikirkan alibi yang cukup masuk akal untuk meyakinkan semua orang, di sinilah ia--berbangga dengan jawaban super-narsistik seperti biasa. Anak itu pun meminum segelas cola yang belum diberi es batu.

"Benar juga."

"Terus gimana, Pan? Kamu jual?"

Pertanyaan Ming membuat Kris dan anak-anak lain sontak menoleh, menatap lelaki yang sibuk mengunyah nasi ikannya. Mereka hanya bertukar kedip dan saling tunggu. Terlebih Kris. Ia hanya menelan ludah saat Pan menopang dagu dan beralih memandangnya dengan seringai aneh.

"Habiskan makananmu, Kris. Setelah ini kita ke tempat servis, sekalian pulang. Sudah gelap. PR dari Khru Bank belum kukerjakan."

Hah, lelah menanti dengan degup tak keruan, ternyata belum ada jawaban yang diberikan. Kris lantas mendengkus saat mendengar kalimat itu. Ia menepuk jidat dan menggeleng tanpa henti, sedangkan Pan hanya tertawa.

"Shia, Pan. Tinggal jawab apa susahnya," kesal Kris sambil mengetuk piring menggunakan garpu.

"Ai'sat, sabarlah! Aku harus tanya dulu ke Ayah. Gak usah menekuk wajah begitu."

Ming dan gengnya ikut terkikik saat menyadari kebenaran ucapan Pan. Muka Kris saat ini memang tak jauh berbeda dari gadis SMP yang baru saja menstruasi. Bibir tipis yang mengerucut itu membuat pipinya naik dan membentuk dua buah bakpao. Siapa pun yang melihatnya pasti tergelak.

"Maeng, lanjutkan saja tawa kalian."

Kris menjulurkan lidah lalu segera membuka Instagram. Ia kemudian membuat instastory tanpa background. Hanya latar hitam polos bertulis 'seru, bukan?' dengan emoji '😐' sebagai representasi kekesalannya.

#KRISTAG ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang