Puluhan ponsel telah diangkat. Seluruh siswi di sekitar kelas Dao kompak membuka Instagram dan mengabadikan momen romantis di depan mereka. Hasrat ingin berteriak ditahan sekuat mungkin sambil menggigit bibir, menanti balasan dari gadis yang masih bergeming di tempatnya.
Dao hanya menatap Kris yang menunduk--menyembunyikan kepala di balik tangan yang menyerahkan agar-agar kesukaannya. Ia menelan ludah sebab sebagian guru mulai keluar ruangan. Gadis itu lantas celingak-celinguk dan mengusap wajah. Kakinya mengentak-entak bingung.
Kris tentu menyadari perubahan gestur Dao. Ia lekas mendongak dengan sorot penuh harap. Meski lelah, ia tak segera menurunkan tangannya. Sabar, ia harus menahan sampai jawaban yang diinginkan keluar dari mulut gadis tersebut.
"Kris--"
"Jadilah pacarku, Dao. Kita mulai dari awal sama-sama. Na?"
Belum ada jawaban. Kris mulai resah. Terlebih saat Dao menenggelamkan wajah dan mencengkeram roknya. Tidak, tidak mungkin. Kris terus menggeleng, menghilangkan firasat buruk yang terlintas dalam benak.
Tanpa mengangkat kepala, Dao menyentuh dan menuntun Kris untuk berdiri. Mata mereka pun beradu setelah sejajar. Dao lantas mengambil alih jeli yang diberikan dan meletakkannya di lantai. Kemudian ia meraih kedua tangan lelaki itu lalu menggenggamnya erat.
"Kris, makasih, ya."
Sang empunya nama mulai tersenyum. Akhirnya, momen ini berjalan. Kris pun menghela napas lega.
"Iya, jadi--"
"Tapi aku gak bisa lakuin ini."
"H-hah?"
Bagai tersambar petir, Kris membelalakkan matanya. Detak jantung yang semula membaik kembali berdegup cepat. Panas-dingin lekas menguasai tubuh yang seketika kaku dan tak berkutik.
"Maaf, aku gak bisa menerima perasaanmu. Sekarang kamu pulang, ya. Aku harus sekolah. Sebentar lagi kelasku masuk."
"Ta-tapi kenapa, Dao?"
Dao lantas mengedarkan pandangan ke kiri dan kanan. Sial, seluruh siswa tengah merekam keduanya dengan reaksi yang bermacam-macam. Ada yang menutup mulut dengan tangan, menganga heran sampai berbisik-bisik dengan kawan di sebelahnya.
"Aku akan jelaskan nanti. Sekarang kumohon pulanglah. Sekali lagi, maaf."
Tangan yang semula digenggam tersebut songak dilepas dan dihempaskan. Dao segera masuk kelas dan memberi isyarat agar semua siswi menurunkan ponsel mereka. Ia bahkan menutup pintu kelas kuat-kuat.
Kris masih terpaku. Tangannya hampa dan bergetar. Apa ia baru saja ditolak? Tidak mungkin. Ia terus menggumamkan kemustahilan tersebut.
Anak itu lantas mengambil barang bawaannya dan berniat keluar dari tempat ini. Namun, langkahnya tersendat saat menyadari masih banyak ponsel yang merekamnya melalui jendela. Sial, Kris sontak menunduk dan lari sekencang-kencangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
#KRISTAG ✔
أدب المراهقين(T-Fiction; cerita berlatar Thailand) Bangun tidur? Upload. Selesai mandi? Upload. Makan? Upload. Berangkat sekolah? Upload. Apa pun yang Kris lakukan, dia akan mengunggahnya ke instastory. Remaja Mathayom 5 itu menyebut diri sebagai selebgram, mes...