Dua sosok yang saling pandang itu tak berhenti tersenyum. Jarak yang dibendung pada kali pertama bertemu telah menyempit. Bahkan skinship yang semula mustahil telah mencair. Tak sekali dua kali Dao memukul lengan Kris pelan saking gemasnya. Anak itu terus-menerus menyuguhkan candaan-candaan garing.
"Ok, Tuan Putri Dao, ini game terakhir sebelum live streaming berakhir. Kamu mau main apa?"
Kris bertanya dengan nada manja, bahkan ia mendekatkan wajahnya di bawah dagu Dao--menatap dari bawah. Gadis itu kembali memukul kening Kris dan mendorongnya dengan telunjuk. Kemudian ia lekas melihat-lihat sekitar.
"Hem, main basket itu saja," tunjuk Dao, "tapi kali ini ada taruhannya."
Kris yang sedari tadi mengangkat ponsel hingga lengannya kaku seketika tampak mengernyitkan kening. Ia pun berlagak memanyunkan bibir seolah berpikir. Dengan cepat ia mengalihkan pandangan ke kamera dan membaca komentar yang masuk.
"Ada saran hukumannya gak, teman-teman?"
Dao mengangguk. Ia ikut memperhatikan layar dan memilah jawaban pengikutnya. Kali ini Kris tidak membaca black box, sebab pening di kepalanya belum sepenuhnya sirna. Sejam berkutat dengan bayangan hitam itu juga membuatnya mual tak keruan. Untung saja ia masih bisa menahan diri.
"Yang kalah harus mengabulkan permintaan yang menang. Gimana, Kris?"
"Harusnya aku yang bertanya. Kamu berani, gak?"
Dao menyeringai yakin sambil menyilangkan tangan di depan dada. "Tentu saja. Ayo!"
Tanpa basa-basi lagi, Kris mengatur ponselnya di tempat yang bisa menjangkau keberadaan mereka berdua. Untunglah, Dao membawa stand yang cukup tinggi dan mudah dibawa ke mana-mana. Ia lekas bersiap di samping Dao dengan tangan memegang satu bola basket.
"Kumasukkan, ya?"
Kris mengiakan. Gadis yang riasannya masih on point itu segera memasukkan tiga koin. Mereka kompak berteriak 'mulai' lalu memencet tombol 'start'.
Satu per satu bola basket pun turun. Dengan lihai dua remaja tersebut memasukkannya ke dalam ring. Kris yang awalnya santai lekas menggebu-gebu. Ia harus menang agar bisa meminta nomor Dao.
"Bentar lagi," seru Dao semangat. Ia tak melirik papan skor Kris sama sekali.
Lelaki yang kini jauh di depan itu melempar bola dengan santai. Ia tersenyum puas saat waktu menunjukkan angka 00. Berkali-kali Kris menyatakan 'yes' karena poinnya lebih unggul dari Dao.
"Ah, sial, aku kalah."
Dao menggerutu kesal. Ia menatap sang lawan dengan sinis, tetapi juga menggemaskan. Bibirnya mengerucut sampai pipi pun menggembung. Kris refleks mengacak rambut Dao sambil tersenyum.
"Yeay, berarti Dao harus memenuhi keinginanku."
"Dai, kamu mau apa?"
Kris tidak segera menjawab. Ia lebih memilih untuk meraih ponselnya lalu kembali menuju Dao.
KAMU SEDANG MEMBACA
#KRISTAG ✔
Teen Fiction(T-Fiction; cerita berlatar Thailand) Bangun tidur? Upload. Selesai mandi? Upload. Makan? Upload. Berangkat sekolah? Upload. Apa pun yang Kris lakukan, dia akan mengunggahnya ke instastory. Remaja Mathayom 5 itu menyebut diri sebagai selebgram, mes...