|kao tom goong|

200 41 0
                                    

Dunia terasa berputar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dunia terasa berputar. Burung yang beterbangan tak henti berkicau. Sungguh memekik telinga. Gemuruh air terjun yang disambut getaran bumi mengentak siapa pun yang ada di atasnya.

Kris menegang. Batu yang ia pijak semakin licin dan berair. Matanya sontak terbuka lebar, tetapi tak secercah cahaya pun ia dapatkan. Tangannya lantas meraba kiri dan kanan, mencari pegangan. Namun, hanya semilir angin yang menghantam kulitnya.

Gemerisik yang terdengar dari samping kian dekat. Dingin yang menembus tulang semakin menjadi. Kris menggigit bibir saat telinganya mulai berdengung. Refleks, ia mengambil langkah--berusaha lari dari sesuatu yang tidak ia tahu. Namun, seketika ia kehilangan pijakan dan terjungkal.

"Argh!"

Kris terbangun dengan napas Senin-Kamis. Ia menggeleng cepat, mengumpulkan kesadaran yang tertinggal. Matanya kembali terbuka lebar tanpa berkedip. Degup jantung yang berkali-kali lipat lebih cepat dari biasanya itu membuat telapak tangan dan lehernya banjir keringat.

"Kamu sudah bangun, Kris? Gimana? Ada yang sakit?"

Pan melambaikan tangannya tepat di depan wajah Kris. Alisnya bertaut saat anak yang pingsan--atau mungkin tidur--semalaman itu masih mendongak dengan tatapan kosong. Ia beralih menepuk-nepuk pundak Kris sambil menggoyangnya perlahan. Namun, sosok tersebut hanya mengernyit dengan mulut setengah terbuka.

"Ai'Kris, bicaralah!"

"Ponselku mana, Pan?"

Shia, batin Pan kesal. Ia lantas memukul sahabatnya sebelum beranjak menuju meja belajar. Bukannya menjawab apakah ia baik-baik saja atau tidak, Kris malah mencari ponsel yang baru dijajal kemarin sore.

Anak yang masih memegang kepalanya itu berusaha duduk. Pandangannya belum sepenuhnya pulih--masih hijau kehitaman--dan pening pun belum mereda. Ia tampak celingak-celinguk, mencari letak jam dinding yang biasanya mudah ditemukan.

"Nih," ucap Pan sambil menyerahkan separuh nyawa Kris tersebut.

"Makasih, ya."

"Aku ke bawah dulu beli sarapan. Mau congee?"

Kris mengangguk. "Kao tom goong. Jangan lupa sambalnya."

Sembari mengambil dompet, Pan mengiakan. Ia segera memakai jaket dan keluar kamar. Kris pun mengucap terima kasih lalu bersandar pada dinding. Perlahan, ia memijat kepalanya menggunakan tangan kiri, sedangkan yang kanan sibuk membuka kunci dan mencari keberadaan Instagram.

"Masih pagi," gumam Kris saat melihat pukul 08.48 di pojok kiri atas pada ponselnya.

Anak itu tersenyum tipis setelah berhasil login ke akunnya. Dengan cepat ia membuka kamera dan mengambil fotonya sendiri. Jarinya secara lihai mengetik 'aku sedang sakit' yang ditambah emoji kekanak-kanakan.

 Jarinya secara lihai mengetik 'aku sedang sakit' yang ditambah emoji kekanak-kanakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
#KRISTAG ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang