5
Warning : Typo bertebaran !
Happy Reading ^o^
FARRIZ POV
25 tahun, puncaknya umur seorang laki-laki dalam berkarier. Bagi laki-laki pembisnis mereka mungkin sangat menunggu-nunggu datang umur 25 tahun dengan bisnis yang baik dan maju. 25 tahun sama dengan seperempat abad. Kini, umurku pertengahan 25 dan aku sudah mendapatkan angka fantastis untuk perusahaan dalam jangka waktu perbulan pada saat ini mungkin sampai detik ini.
Bagi yang melihatku dari luar, mereka akan menganggapku laki-laki yang berhasil dan beruntung. Aku pada umur emas ini sudah menjabat sebagai CEO Hamzah group, dapat memajukan perusahan selama aku menjabat, menaikkan harga saham dalam jangka waktu dekat tetapi, semua itu bagiku kosong.
Mengapa kosong? Sebenarnya aku tidak berhak mengatakan kosong, sekarang ini aku mempunyai keluarga yang sangat menyayangiku, teman-teman yang mencintaiku dan Allah selalu dalam hatiku. Aku kosong, Karena aku ingin mencicipi indahnya rasa cinta. Perasaan yang banyak dirasa oleh para Remaja. Pada masa Remaja aku tak ingin merasakan cinta dan aku tidak tahu apa itu cinta. Masa remajaku kuhabiskan dengan belajar dan belajar, aku memang dipersiapkan untuk memimpin perusahaan keturunan kami. Saat teman-temanku mangangkat topik pembicaraan tentang cinta aku akan duduk mendengar seksama tanpa sepatah katapun keluar dari mulut karena aku tidak mengerti. Aku merasa begitu bodoh, pada umur yang tergolong muda aku sudah mengerti semua trik-trik cerdas maupun licik dalam dunia bisnis tapi, sayangnya aku tidak mengerti cinta. Bukankah aku benar-benar bodoh?
Aku merasa iri pada Thariq yang galau karena ditinggal oleh orang yang dicintainya dan Amri yang menjaga hatinya untuk orang yang mencintainya.
Aku menjadi kaku seperti sekarang ini bukanlah kemauanku, Aku juga ingin seperti Amri yang supel dengan setiap orang. Aku bukanlah tipe laki-laki yang akan banyak bicara dengan setiap orang. Aku memilih mendengar daripada mematahkan pembicaraan orang lain. Aku juga sedikit risih dengan banyak pasang mata yang menatapku seperti ingin melahapku saat aku menemani bunda ataupun jalan-jalan bersama teman-temanku. Aku mencoba ramah pada mereka dengan cara memberikan senyum simpulku dan reaksi mereka diluar dugaanku, mereka ada yang loncat-loncat kegirangan dan ada yang menjerit. Itu membuatku merasa ngeri melihat mereka. Sedangkan Thariq, ia sangat ramah dan memiliki banyak ekspresi saat dulu sekarang, ia adalah pribadi hampir mirip denganku. Ia menjadi datar dan tidak banyak bicara, itu semua terjadi karena ia terlambat menyadari cintanya pada seseorang yang sudah pergi jauh. Dan yang membedakannya denganku ialah cinta.
Apakah hidup ini harus ada cinta? Memangnya mengapa jika aku tidak mencintai. Apakah aku harus dihukum? Ya Allah…
Aku pusing dengan diriku sendiri, duduk berhadapan dengan Amri di café ialah cara yang kupilih untuk menghilangkan pusingku dan mendengar ocehannya persis seperti perempuan, Thariq sedang sibuk dengan masalah perusahannya. Aku sudah memesan 3 cangkir caramel macchiato, mungkin cangkir keempat aku akan segera pingsan. Sebenarnya aku lebih menyukai Coffee Arabica gayo. Menurut lidahku, saat mencicipinya sangat cocok pada indra pengecapku, mempunyai aroma wangi dan berasal dari tanah kelahiranku, Aceh. Bukankah lebik baik kita mencintai produk buatan daerah kita?
“Woi.. Riz.. lo kok sanggup sanggup minum tu caramel macchiato, sih? Gue aja minum setengah cangkir udah pusing-pusing mau muntah.” Diotakku sedang membayangi segelas Coffee Arabica gayo buyar seketika ketika mendengar suara Amric capcay. Capcay banget sih jadi orang, ganggu orang aja kerjanya.
Aku menatapnya meremehkan. “ Hahaha.. lo kan biasanya minum Nutrisari strawberry campur susu ngapain juga sok-sok an minum ini minuman. Itusih DL-Derita Lo.” Tukasku mengejeknya. Memang benar lambungnya tak sanggup menampung minuman ini. Dulu saat SMA, kami ke café karena merasa sangat lapar. Jadi, ternyata kami bisa dikatakan salah masuk café, café yang kami masuki rata-rata orang udah berumur semua alias tua. Aku memperingatkan Amri untuk keluar saja tetapi, Amri tetap Amri ia tidak mau keluar dan tetap memesan makan di café tersebut. Daftar makanannya Subhanallah.. aneh-aneh semua ada yang namanya Broccoli fried oil, pilox fried rice dan entah apa-apa. Aku aja yang bacanya bergidik ngeri, masa nama makanan seperti nama alat bangunan kadang-kadang disini banyak pelanggan bapak-bapaknya pada kerja bangunan semua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijab In Love
Spiritual- Azrianzka Farriz Hamzah - Ike, nama yang cantik. Mampu menyulap degub jantungku. Menghipnotis senyumku dalam hitungan detik. Dia istimewa. Tatapannya sungguh indah. Aku ingin bersamanya. Cara bicara dan senyumnya itu mampu membuatku tak tidur sema...