3

9.7K 555 42
                                    

Sebelumnya maaf ya kalo banyak Typo, aku juga masih tahap belajar lohhh.. kalo ada salah-salah di comment aja ya biar bisa jadi pelajaran.. hehehe..

Happy Reading Sweet Readers

_________________________________________________________________

IKE POV

"Mama..., kita gak usah belanja aja ya?" pintaku, rasanya badanku sakit semua. Entah karena jatuh tadi. Tapi, Aku begitu penasaran dengan sosok laki-laki itu. Menurutku, ia laki-laki yang menarik dan bukan dari kalangan biasa dilihat dari penampilannya.

"Enak aja. Masa gak belanja sih. Mama udah capek ngebujuk kamu. Kamu dengan seenak jidatmu membatalkan sepihak seperti. Tetap tidak bisa."omel mamaku. Sukses membuatku melongo, coba deh bayangin , seenak Jidat. Apakah jidat bisa dimakan? Dan gimana rasanya?.

"Cepat kamu ganti baju. Apa kamu mau pergi dengan pakaian seperti itu. Kalau pun mau mama gak ikhlas, nanti dikira mama bawa bibi lagi." Sambung mamaku yang kuhadiahi putaran mataku.

"Ihh.. mama tega masa ike disamain sama bibi sih. Ike ya ike. Bibi ya bibi. Kami berbeda tapi sebangsa" kesalku. Aku kesal masa mamaku samain aku dengan bibi. Aku beranjak dari sofa ruang keluarga. Sebenarnya, tayangan televisi seru banget ditambah susu serta cemilan coklat. Man...tap...

"Ike, Cepetan ya. Mama gak suka nunggu. Mama udah cantik ni" O eM Jai. Mengapa mama sanggup berbicara sebanyak itu. Aku saja yang masih muda hanya berbicara seperlunya saja. Banyak temanku komentar tentang sifatku yang satu ini. Menurutku, berbicara terlalu banyak dan tidak perlu itu menandakan bahwa kita tidak Nampak berwibawa. Bukannya, aku gila wibawa, tapi beginilah diriku. Mungkin gene ayahku.

Aku memilih baju kaos panjang pinky blue dan white katun untuk celana serta hijab doraemon.

"Ma, tunggu... " teriakku dari dapur. Tadi aku turun dari kamar ke dapur dulu untuk minum. Mama pasti udah didalam kesayangan Toyota alphardnya. Huh! Rasanya kepingin jalan kaki. Perasaan supermarket banyak dekat sini. Kenapa mama harus milihnya yang jauh.

Aku mengeret pintu penumpang dan melihat mamaku sibuk dengan I-pad nya. Pasti sibuk lagi. Sibuk ngurusin Rumah Sakit. Yapp.. Mamaku seorang ibu rumah tangga yang baik serta Direktur El- Rasyid Hospital. Walaupun, mamaku Seorang wanita berprofesi Dokter, Mama tidak pernah memaksaku untuk kuliah di kedokteran. Aku memilih Kedokteran murni keinginanku sendiri tanpa paksaan secuil pun.

"Ma.ma...." rajukku pada mama. Aku tidak suka dianggurin gini. Rasanya tu kayak ... huh! Males ah ngomongnya. Mama menoleh kepadaku serta di ikuti I-pad nya di simpan.

"Ma..ma.." panggilku lagi. Aku memasang muka ngambekku. Ku yakin pasti sekarang mama mau ngomel lagi. Mama itu orangnya ceria, tersenyum. Ia tidak suka orang yang cembetut, marah-marah, sedih, nangis. Saat aku nangis, pasti mama akan Tanya : "Untuk apa kamu nangis, memang nangis bisa selesain masalah? Yang ada tambah bikin ruwet. Bersedih itu gak bisa lama-lama. Berlarut-larut dalam kesedihan sama aja mendorong kedalam keterpurukan".

"Iya.. kamu kenapa mukanya gitu. Apa perlu mama setrikain? Kusut gitu. Kayak mama lah. Selalu tersenyum, Rajin menabung, Tidak Sombong dan Selalu cantik. Ke.. kita ke Emily's Supermarket. Kadang kita bisa ketemu Tante Emily disana. Mama kanget berat ni sama Emily. Apa dia masih cantik, gak ya??." Mama memang wanita super. Mama Sanggup berbicara rasanya telingaku mau keriting. Mendengar omelan mama. Aku tersenyum sendiri. Membayangkan apa ketika usiaku seusia mama aku menjadi cerewet sepertinya atau lebih darinya.

"Mama daritadi asik sama e-mail - e-mail. Ike merasa dikacangin, sakitnya tuh disinii." Aku menunjuk hidungku serta tak lupa memasang wajah merasa tersakiti.

Hijab In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang