9

6.2K 349 133
                                    

9

Hy , guys

Sorry bangeeet buat telat (banget) updatenya, ada yang kangen sm ak gk? #gubraaaak maksudnya ada yang kangen sam cerita farriz-ike ini gaak??? Hehehe, makasih buat vote(s) and comment(s) kalian sangat membantu aku dalam menulis, dari komen kalian aku jg lebih tau bagaimana islam itu, makasih ^-^, boleh minta request gk??

Please klik or touch bintang di paling ujung atas atau di tengah bagian bawah !

:::^o^:::

Happy Reading^^

IKE POV

"Oke, seperti kamu sudah selesai makan dan sebaiknya kita pulang sekarang," Ucapnya seraya meletakkan rupiah diatas meja dan berjalan menuju pintu keluar tanpa peduli aku disini masih duduk membereskan barangku walaupun makananku telah habis.

"Dasar lelaki menyebalkan! Bukannya tunggu malah tinggalin." Batinku kesal. Apa ia tidak tahu cara memperlakukan perempuan dengan manis.

Aku menghampiri mobilnya yang terparkir tidak jauh dari pintu keluar. Ia menatapku dengan tatapan tajam miliknya. Ia sudah duduk di kursi kemudi dan itu membuat kadar ketampanannya meningkat beberapa persen jika dilihat dari luar seperti ini.

"Apa kamu hanya akan berdiri disana tanpa masuk kesini. Jika iya silahkan, aku mau pulang." ucapnya menatapku dengan tatapan meledek. Aku mendengus melihatnya.

"Tadi baik sekarang udak balik ke asalnya, dasar bunglon." batinku. Jika aku tahu seperti ini maka aku tidak akan peduli saat ia mencobaku untuk bicara.

Aku menatap jalan yang seperti ini bukan arah rumahku. Jalan ini terlihat seperti ke arah pusat perbelanjaan tetapi, untuk apa ke pusat perbelanjaan sedangkan sepuluh menit lagi adzan maghrib akan memenuhi kota. Aku mengarahkan kepalaku menghadapnya ingin bertanya akan kemana.

"Hanya duduk dan jangan bertanya apapun." ujarnya telak tanpa menatapku. Ia seperti sudah tahu bahwa aku ingin bertanya. Apa ia keturunan makhluk halus. Sepertinya tidak mungkin karena aku lihat Tante Emily tidak terlihat seperti makhluk halus. Saat ia menyetir, ia sangat mempesona ditambah sedikit kerutan didahi dan itu membuatnya semakin membuat kaum hawa tergila-gila padanya. Apa ia sadar bahwa dirinya dapat membuat perempuan mimisan hanya dengan melihatnya sekilas.

Aku sedikit kagum padanya eh tidak jadi kagum karena kagum adalah tingkatan terkecil dari jatuh cinta. Aku takut jatuh cinta pada lawan jenis bukan berarti aku akan kagum pada sesama jenis tetapi, karena aku belum cinta sepenuhnya pada Rabb-ku. Aku ingin cinta dan dekat dengan Rabb-ku.

Sepertinya aku harus cepat-cepat menundukkan pandanganku daripada sesuatu hal akan terjadi dan itu berbahaya. Aku kembali memandang keluar jendela yang disuguhi pemandangan yang membuat siapapun yang melihatnya akan sejuk hatinya yaitu sebuah keluarga sedang berjalan menyusuri jalanan dengan pakaian lengkap untuk menunaikan ibadah shalatnya kepada Sang Khalik. Hati kecilku ingin seperti itu.

Adzan berkumandang memanggil setiap umat manusia untuk shalat. Lampu-lampu kota telah dihidupkan membuat para photoghapher berburu memotret setiap sudut pandang kota yang memukau ini. Betapa beruntungnya diriku dapat menginjakkan kaki disini serta menetap dalam jangka lama disini.

"Ayo turun, bawa ponselmu," ujarnya membuatku lamunanku buyar. Ia turun dari mobilnya. Aku menatap sekeliling yang menampilkan Mesjid agung dengan lampu disetiap sudut dindingnya dan taman yang luas serta air mancur raksasa di tengah taman. Wow..Fantastic! Para Jamaah Shalat maghrib berbondong-bondong masuk ke Rumah Allah ini.

Hijab In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang