BOSS | 15

868 106 0
                                    

Jessie menatap sosok pria yang tengah membahas soal pekerjaan dengannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jessie menatap sosok pria yang tengah membahas soal pekerjaan dengannya. Pria itu nampak lelah akhir-akhir ini, dan hari ini wajahnya terlihat lebih pucat dari biasanya.

Jessie menghela nafasnya, merasa kasihan melihat bosnya yang nampak kurang sehat. Lelaki itu akhir-akhir ini memang sangat sibuk, bahkan beberapa kali melewatkan makannya. Dia sibuk mengurus pasal pemotretan brand fashion terbaru yang akan dikeluarkan perusahaan, padahal hal itu bisa diurus oleh pegawai yang lain termasuk dirinya.

Katakan bahwa Jessie lancang karena dia dengan seenaknya menaruh telapak tangannya di dahi sang bos untuk memeriksa apakah pria itu demam atau tidak. Wajahnya sedikit pucat, Jessie khawatir kalau pria itu kenapa-napa.

"Bapak sakit?" tanya Jessie yang entah harus bereaksi seperti apa. Dia tidak mungkin panik disaat seperti ini, tapi tak mungkin juga bersikap seolah tak peduli.

"Tidak!" bohong, Jessie tahu itu bohong. Jelas-jelas dahinya terasa panas, juga wajahnya terlihat pucat dan sedikit lemas. Bagaimana bisa lelaki itu mengatakan kalau dirinya tidak sakit?

Jessie menghela nafasnya dan menatap sang atasan dengan penuh kesabaran, "Saya seorang ibu, dan bapak tidak bisa membohongi seorang ibu. Bapak terlihat pucat, lemas, dahi bapak juga panas, sama seperti saat Haechan demam. Jadi sudah jelas kalau bapak sakit." omelnya.

"Saya tidak apa-apa Jessie." tidak apa-apa bagaimananya? Dari nada bicaranya saja sudah bisa didengar kalau dia tidak sedang baik-baik saja.

Sebenarnya Jessie tidak mau mengajak debat si bos, terlebih lagi keadaannya sedang tidak memungkinkan. Tapi kalau begini, terpaksa Jessie harus mengajaknya berdebat dengan penuh paksaan sampai lelaki itu mengaku bahwa dia sedang sakit.

"Bapak jangan bohong sama saya, ya! Saya tahu bapak sakit."

"Saya tidak bohong, Jessie. Saya tidak sakit." lagi-lagi ucapan lelaki itu membuat Jessie mendengus sebal.

"Bapak jangan mengajak saya berdebat, ya! Saya tahu kalau bapak sedang sakit." Jessie masih keukeuh memaksa Johnny agar mengaku.

"Saya tidak mungkin sakit, Jessie. Kalau saya sakit, bagaimana dengan perusahaan ini?"

Jessie kembali mendengus sebal, "Memangnya kenapa? Saya tahu bapak pemimpin perusahaan ini, seorang CEO JNS Corp yang terkenal sampai luar negeri. Tapi bapak juga manusia, manusia bisa merasa sakit. Wajar kalau bapak sakit karena bapak adalah manusia." omelnya dengan sedikit berbelit-belit.

Johnny hanya terkekeh mendengar omelan Jessie barusan, terdengar sebagai omelan tanda sayang baginya.

"Bapak jangan tertawa, ya! Saya sedang serius ini." ketus Jessie yang kini mengerutkan dahinya sampai kedua alis itu menempel di tengah. Ia kemudian mengambil semua berkas dan barang apapun yang berhubungan dengan pekerjaan agar tidak dijangkau lagi oleh Johnny.

BOSS✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang