BOSS | 11

905 109 2
                                    

Bocah usia tiga tahun itu tak henti-hentinya menganga menatap tingginya gedung hotel yang akan dia gunakan untuk menginap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bocah usia tiga tahun itu tak henti-hentinya menganga menatap tingginya gedung hotel yang akan dia gunakan untuk menginap. Setelah melakukan perjalanan jauh dari Indonesia, akhirnya mereka sampai di New York. Selama perjalanan, Haechan terus merasa kesal karena pemandangan yang bisa ia lihat hanyalah awan dan langit biru. Hampir saja dia mencak-mencak dan menggulingkan pesawat kalau Shelina tidak segera memberinya coklat yang memang ia bawa untuk Haechan.

Eung––sepertinya terlalu hiperbola kalau Haechan menggulingkan pesawat hanya karena kesal dengan pemandangan.

Mulut Haechan makin menganga lebar ketika masuk ke kamar hotelnya. Wah, nampak seperti unitnya lengkap dengan dapur dan kamar mandi, juga dua ranjang berukuran besar dengan sprei warna putih khas hotel. Wangi lavender menyeruak ke hidung Haechan, untung dia menyukai aromanya.

Disini, Haechan memilih tidur bersama Johnny dan Juan, sedangkan bundanya di kamar sebelah bersama Shelina. Alasannya klasik, dia tidak mau tidur dengan perempuan, apalagi saat Juan mengejeknya. Jadi akhirnya bocah itu tidur di kamar pria. Padahal Haechan biasanya tidak bisa tidur kalau belum nyusu ke bunda.

"Echan sama buna aja ya! Nanti makin tengil kalo sama om Juan."

"Gamau, Echan cudah becal. Mayu bobo cama pelempuan."

Seperti itu kira-kira kata Haechan sebelum akhirnya Jessie mengijinkan. Jessie tak bisa membayangkan bagaimana tengilnya Haechan setelah pulang dari sini karena bocah itu akan sering bersama Juan. Tengilnya Juan suka nular, jadi tak heran kalau Renjun juga tengil.

"Kak Jessie pasti seneng punya Haechan." celetuk Shelina sambil memasukkan air mineral ke dalam kulkas.

"Namanya juga ibu sama anak, siapa sih yang ga seneng." kekeh Jessie.

"Andai aku punya adik, anak, atau keponakan kayak Haechan, pasti aku bahagia terus setiap hari. Dia gemesin anaknya." sahut Shelina yang kini duduk disamping Jessie yang tengah melipat baju Haechan. Bocah bandel itu seenaknya ngubek-ngubek koper hanya untuk mencari hoodie kecil yang samaan dengan milik Juan.

"Ga juga. Kalo lagi bandel atau rewel, kamu pasti sebel."

Shelina hanya terkekeh mendengar penuturan Jessie. "Kak Jessie ga pengen cari ayah baru untuk Haechan?"

Jessie menoleh dengan dahi mengernyit, kemudian tersenyum menanggapi pertanyaan adik atasannya itu. "Selama ini ga kepikiran, belum nemu yang pas juga. Aku takut kalau kejadian yang dulu terulang." curhatnya.

"Menurut kak Jessie, bagaimana dengan kak John?" Jessie semakin mengernyit dengan pertanyaan random Shelina.

"Maksud kamu?" bisa Jessie lihat kalau Shelina mengambil ponselnya lalu menunjukkan sebuah foto pada Jessie. Foto itu adalah foto yang Shelina ambil waktu Johnny sedang memangku Haechan dan mengajaknya berbincang.

"Kenapa kamu nunjukin itu?"

Shelina mengangkat kedua bahunya, "Bukankah mereka terlihat serasi? Siapa tahu kak Jessie mau mempertimbangkan kak John. Kalau begitu 'kan nanti aku bisa ngajak Haechan jalan-jalan setiap hari." ujarnya yang membuat Jessie terdiam.

BOSS✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang