Part 17

137 3 0
                                    

hola.....

Selamat Malam, semoga part ini bisa mengisi waktu kalian di malam hari ini...

Jangan Lupa untuk mendukung cerita ini dengan memberikan Vote ya..


dan author juga mengucapkan terima kasih untuk kalian yang sudah membeli E-book author di Play store/ Google play books ya...

Terima kasih sekali!!!^^

Buat yg mau mengadopsi cerita author bisa langsung KLIK link yg ada di Bio author ya.. makasi..


-

selamat membaca


"Ke kamar." Hanya itu perkataan yang didengar Sasa begitu dirinya membuka pintu rumahnya. Tanpa bisa membantah, dia memilih menuruti perintah tegas kakanya itu, meninggalkan sang kakak berserta kembaran itu.

"Hai bro.."

"Jangan pakai adegan hai hai hai sama gue. Gue masih enggak terima elo sekamar sama adik gue."

"Kan sudah kami jelasin alasannya." kata Austin dengan malas karena membahas hal itu lagi.

"Kalau gue malah setuju mereka sekamar, biar gue cepat punya ponakan. Kami boleh masukkan?" timbrung Azka dari belakang sembari memamerkan deretan gigi putihnya.

Gallen mengendus kesal, tetapi dirinya tetap mempersilahkan Azka dan Austin untuk masuk ke dalam rumah.

"Gue enggak menyangka kalau elo mengenal Dion. Terlebih lagi gue enggak menyangka elo dan Sasa terlibat dalam hal yang sama." ujar Gallen saat mereka sudah duduk bersama di ruang tamu.

"Gue juga kaget." kata Austin.

"Bukankah ini menandakan Austin dan Sasa berjodoh?" canda Azka.

Gallen menatap Austin dengan serius. "Lo tertarik sama adik gue?" Austin masih bungkam.

"Kalau enggak, jauhin adik gue. Seperti elo yang juga pernah merasakan sakit hati, gue enggak mau adik kesayangan gue merasakan hal yang sama. Kita berteman baik dan gue enggak mau persahabatan kita berantakan." lanjut Gallen lagi.

Azka yang melihat pembicaraan ini semakin serius, membuatnya berhenti untuk bercanda lagi. Dia memfokuskan dirinya pada Austin, dia juga ingin mendengar jawaban serius dari kembarannya itu. Sama seperti halnya Gallen yang ingin adiknya bahagia, Azka juga menginginkan kebahagiaan yang sama untuk kembarannya itu.

"Maaf kalau gue bertanya seperti ini. Hanya saja kedekatan kalian berdua membuat gue harus bertanya tentang ini. Gue tidak ingin melihat kesedihan Sasa lagi. Jadi gue harap elo mengerti maksud gue."

Austin diam membisu, manik matanya beralih ke arah pintu kamar tempat Sasa berjalan tadi. Austin bimbang, dia merasa nyaman bersama dengan Sasa. Dia bahkan ikut sedih ketika melihat Sasa menangis. Tetapi rasa takut dalam dirinya yang pernah terluka seperti Sasa membuatnya ragu untuk memulai sesuatu yang baru lagi. Apakah Sasa akan berbeda dengan Tiara? Ataukah mereka akan sama suatu hari nanti?

"Gue... gue..."

"Jika elo ingin berteman baik dengan Sasa, gue tidak akan melarang. Tapi harus ada batasan di antara kalian. Gue juga tidak keberatan seandainya elo mau melangkah lebih jauh bersama Sasa, tetapi gue berharap elo serius sama dia." kata Gallen memotong perkataan Austin.

-

"Tin, kenapa elo enggak bisa jawab apapun sih tadi? Kalau elo mau Sasa, elo tinggal bilang serius. Kenapa elo malah enggak jawab apa – apa kayak tadi?!" marah Azka ketika mereka masuk ke dalam mobil.

"Gue masih belum tau perasaan gue." balas Austin.

Azka memandang kembarannya dengan kesal. "Gue berharap ada cowok lain yang tertarik sama Sasa. Biar elo bisa sadar!" gerutu Azka.

Austin hanya diam tanpa menjawab kembarannya kembali. Dia ragu untuk menjawab pertanyaan Gallen tadi, dia benar – benar belum menemukan jawaban yang tepat untuk hal itu.


***


12 - 04 - 2021

OctoberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang