Selamat membaca^^
jangan lupa di vote yaa.. terima kasih..
-
"Kapan elo meresmikan hubungan kalian?" Delvin meneguk kembali minuman di tangannya setelah mengajukan pertanyaan itu. Setelah pesta Vina berakhir, mereka berkumpul di taman rumah Vina untuk berbincang-bincang. Ini sudah menjadi kebiasaan mereka ketika gadisnya itu merayakan ulangtahun.
"Maksud elo?" Austin bertanya balik.
"Hubungan elo sama Sasa. Kapan elo nembak dia? Cewek secantik dan sebaik Sasa pasti banyak yang suka. Dan elo mau membuang waktu? Gue rasa Gallen juga tidak keberatan dengan kedekatan kalian."
"Gue juga setuju, Sasa orang yang baik. Gue suka." kata Vina sambil menyomot sepotong kue dari meja.
"Apa elo perlu bantuan gue untuk menembak Sasa?" kini Azka ikut berbicara. Azka benar-benar menyayangkan kembarannya yang terlalu lamban dalam mendekati Sasa.
Delvin memincingkan matanya pada Austin. "Jangan bilang elo masih ada rasa sama cewek enggak bener itu?"
Vina melotot tak percaya, sejak awal Austin berkencan dengan Tiara dia sudah sangat tidak menyukainya. Vina bisa saja meminta Austin melepaskan gadis itu, karena Austin akan selalu mengabulkan keinginannya hanya saja Vina tidak ingin bersikap egois. Austin mencintai gadis itu dan Austin terlihat bahagia ketika bersamanya. Vina tidak ingin merusak kebahagiaan sepupunya. Tapi kenyataan jika gadis itu bukan orang yang tepat untuk sepupunya terbukti seiring berjalannya waktu. Terkadang Vina ingin sekali memutar waktu agar sepupunya tidak pernah terluka seperti itu.
"Gue enggak segila itu untuk masih menyimpan rasa sama dia!" bantah Austin dengan tegas.
"Gue bakal pukulin elo kalau masih suka sama cewek kayak dia!" ujar Vina mengebu-gebu.
Ray mengelus kepala sepupunya itu dengan lembut, berusaha menenangkan adik kesayangannya itu. Vina menoleh dan tersenyum pada Ray. Kemudian Ray mengalihkan pandangannya pada Austin dengan serius. "Kalau elo enggak serius sama Sasa jangan kasih dia harapan palsu. Itu membingungkan dan menyakitkan." Ini ucapan pertama Ray setelah mereka sudah duduk bersama beberapa lama, pria itu tidak mengucapkan apapun sejak tadi dan hanya fokus meneguk minuman kalengnya.
Austin bangkit dari duduknya, meletakkan kaleng minumannya dengan kasar di atas meja.
"Gue enggak mau menyakiti perasaan dia, itu sebabnya gue harus memastikan perasaan gue yang sebenarnya terlebih dahulu. Kalian semua enggak harus mendesak gue seperti ini. Gue balik duluan."
"Sasa bukan Tiara. Dan Sasa juga enggak bakal mungkin berperilaku seperti Tiara. Seharusnya elo enggak perlu khawatir untuk hal itu." ucap Ray yang berhasil menghentikan langkah Austin yang berlalu dari sana.
Austin terdiam. Perkataan sepupunya itu benar-benar menohoknya. Ray sangat tahu dengan jelas jika ketakutan Austin untuk memulai hubungan yang baru adalah jika gadis yang disukainya akan berakhir seperti Tiara. Tiara cinta pertamanya dan cinta yang membuatnya juga terluka untuk pertama kalinya.
Austin tersadar, dia menoleh menghadap ke arah seluruh sepupunya dan kembarannya. "Kalian benar, mereka berbeda. Sasa berasal dari keluarga baik-baik dan sepadan dengan kita semua. Dia tidak akan mungkin membuang harga dirinya demi uang. Gue enggak akan melepaskan gadis sebaik dia." kata Austin dengan senyuman sebelum berlalu dari sana.
Delvin, Ray, Vina dan Azka tersenyum lega setelahnya. Mereka berharap Austin benar-benar bisa melupahkan luka di masa lalu itu dan melangkah dengan baik kedepannya. Sasa pilihan terbaik menurut mereka, semoga Tuhan juga setuju dengan pemikiran mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
October
Teen Fiction"SEQUEL dari I love You,chef! & My Angel" Rank #2 dalam kategori October Mei 2020 Dia..... sedikit berbeda, memiliki daya tarik tersendiri. Membuat aku tertarik untuk masuk ke dalam hidupnya. Tapi luka ini tidak semudah itu sembuh, apakah dia mampu...