Part 13

144 14 0
                                    



Untuk yang mau ngadopsi cerita ini, bisa langsung ke play store(bagian buku) atau google play books yaa...

yang enggak mau bingung, bisa langsung klik link yg ada di BIO author.. terima kasih


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Haii Haii... Part ini author persembahkan untuk semua yang sudah mendukung author dgn membeli karya" author^^

Terima kasih untuk keantusiasan kalian yang sudah banyak sekali membeli karya author sampai author cukup kaget juga hehehe^^

Part ini untuk kaliannnn!!!

dan untuk pembaca setia di sini^^


Selamat membaca^^


-


Austin dan Sasa berjalan kaki menuju jalan orchard yang cukup terkenal di Singapore setelah mereka turun dari MRT. Sasa menghampiri pedagang es krim terkenal yang berada di jalan itu, Austin tersenyum saat melihat tingkah Sasa.

"Elo mau rasa apa?" tanya Sasa saat mereka tiba di depan penjual es krim potong itu.

"Elo mau rasa apa? Biar gue yang pesan, elo tunggu di sana aja." ucap Austin, karena tidak ingin Sasa kepanasan karena mengantri es krim yang cukup terkenal itu.

"Choco chip ya.." Austin mengangguk dan mengantri dalam barisan, sedangkan Sasa duduk di tangga sambil memperhatikan Austin.

Seperti biasa es krim uncle itu memang sangat laris, banyak orang yang sengaja mencari tempat ini untuk membeli es krim itu dan Sasa salah satunya. Awalnya Austin menduga jika Sasa mengajaknya ke sana begitu mereka sampai di Singapore untuk berbelanja karena jalan orchard dikelilingi banyak mall. Tetapi tujuan utama Sasa hanyalah sebuah eskrim seharga satu dollar Singapore.

"Ini." Austin ikut bergabung duduk di sana. Sasa menerima es krim pesanannya, dan pilihan Austin jatuh pada rasa taro. Keduanya tidak terlalu banyak bicara dan fokus memakan es krim itu.

"Kita kemana habis ini? Masuk?" tanya Austin saat mereka sudah selesai makan. Austin menunjuk pintu masuk salah satu mall.

"Elo mau cari barang itu di sini?" Sasa bertanya balik.

Austin menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal, dia sama sekali tidak mencari apapun di Singapore. Ini semua kehobongan belaka yang dibuat kembarannya agar dia ikut ke Singapore bersama Sasa.

Austin teringat jika sepupunya sudah menitipkan sesuatu padanya, dia bisa menggunakan alasan itu saja. "Masuk aja ya, gue mau nyari titipan Vina."

"Oh iya, dia udah ngirimin gue fotonya semalem." kata Sasa.

Mendengar sepupunya akan terbang ke Singapore membuat Vina langsung menyusun daftar barang – barang yang dia inginkan dan berhubung Austin seorang pria yang tidak paham akan make up dan fashion wanita, maka Vina mengirimkan foto – foto barangnya pada Sasa. Vina meminta bantuan Sasa untuk memilih semua keinginannya dan Austin hanya bertugas untuk membayar semuanya.

"Sepatu ini sepertinya cocok buat elo." Austin menunjuk sebuah flat shoes merek Pedro yang berada di jajaran tempat flat shoes titipan Vina.

"Oh ya? Warnanya cantik sih.." kata Sasa sambil memegang flat shoes itu.

"Iya, cobain deh. Ukuran elo berapa?"

"38."

Austin mengangguk dan segera meminta pada pelayan toko itu untuk mencarikan nomor sepatu milik Sasa. Austin membantu memasangkan sepatu itu di kaki Sasa. Dia tersenyum puas saat melihat sepatu itu berada di kaki Sasa.

"Ini cantik, gue yang bayar sepatu ini. I will take these shoes." kata Austin pada pelayan toko yang langsung di berikan anggukan oleh pelayan itu.

"Tunggu, Austin..." Sasa melepaskan flat shoes itu dan sang pelayan dengan sigap mengambil serta merapikannya kembali ke dalam kotak.

"Kenapa?"

"Itu mahal. Gue mampu bayar sendiri kok."

Austin tertawa kecil, Sasa benar – benar berbeda. Selama ini Austin berpikir jika semua perempuan akan sangat menyukai jika diberikan barang – barang mewah, tetapi Sasa tidak seperti itu. Sepanjang perjalanan mereka dari tadi, Sasa lebih banyak mencari barang milik Vina dibandingkan untuknya sendiri. Sasa bahkan perlu berpikir cukup lama saat membeli barang pribadinya. Sasa juga akan sangat heboh ketika melihat barang diskon dan dia akan lebih cenderung membeli barang diskon itu.

Selama bersama Tiara, Austin tidak pernah sama sekali melihat mantan kekasihnya itu mengecek harga ataupun menanyakan diskon pada barang – barang yang dibelinya. Sasa besar dan tumbuh dalam keluarga yang akan sangat mampu memberikannya barang mewah, tetapi gadis itu tidak serta merta menghamburkan uang kedua orangtuanya. Sangat berbeda sekali dengan Tiara dan itu yang membuat Austin kagum dengan Sasa.

"Gue yang nemuin sepatu ini, gue juga yang milih. Jadi gue yang bayar. Anggap saja ini hadiah karena elo bantuin gue beli barang ini." Austin mengangkat beberapa paper bag ditangannya dan berlalu dari hadapan Sasa.

Sasa tersenyum kecil, jujur dia tidak ikhlas jika Austin membayar tetapi Sasa tidak bisa membantah lagi ketika lelaki itu sudah memutuskan hal itu. Sasa memperhatikan Austin yang membayar sepatu miliknya dan Vina.

-

Sasa memperhatikan Austin yang sedang memilih topi untuk kembarannya, sesekali Sasa tertawa karena melihat Austin yang kerepotan karena tangannya penuh dengan belanjaan milik Vina dan Azka, pria itu sendiri hanya membeli sebuah dompet. Sasa beberapa kali menawarkan bantuan pada Austin, tetapi pria itu menolak dan malah bersikeras mau membantu membawakan barang belanjaan milik Sasa yang tidak terlalu banyak padahal pria itu saja sudah cukup kerepotan.

"Lebih bagus mana, Sa? Putih atau hitam?" tanya Austin membuyarkan lamunan Sasa.

"Hitam untuk Azka. Yang putih sepertinya lebih cocok untuk elo." jawab Sasa.

Austin memperhatikan kedua topi yang ada ditangannya, jujur dia tidak terlalu suka menggunakan topi, tetapi dia memutuskan untuk membeli keduanya karena perkataan Sasa.

Sepertinya dia akan cocok mengenakan yang putih seperi kata Sasa.


***


17 - 07 - 2020

OctoberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang