Part 18

103 4 0
                                    

Selamat Malam, semoga kalian masih menunggu cerita ini...

dan terima kasih utk semua pembaca yg sudah membeli karya - karya author ini^^

Buat kalian yg juga mau ikutan beli, Bisa langsung KLIK link yg ada di BIO author ya...


part ini author persembahkan utk pembaca setia author^^,

Happy reading, jangan lupa utk di VOTE... terima kasih!


-


Sebulan sudah semenjak kepulangan mereka dari Singapura, tidak ada yang berubah di antara keduanya sampai saat ini. Baik Sasa dan Austin kembali dalam aktivitas mereka masing – masing, tetapi beberapa hari sekali mereka berdua keluar bersama. Sesekali Sasa juga ikut dalam perkumpulan keluarga dari Austin. Gallen membiarkan Sasa dan Austin bersama, dia membiarkan mereka berdua untuk menyadari perasaan mereka masing – masing.

"Dek..."

Panggilan itu menghentikan jemari tangan Sasa yang sedang menari – nari di atas laptop. Sasa menoleh ke arah pintu, di mana Gallen berdiri dengan mengenakan pakaian yang sangat rapi dan terlihat buru – buru untuk ke suatu tempat.

"Kenapa?" tanya Sasa bingung.

"Gue lupa mau ke acara teman gue. Tapi kemarin papa minta di temanin ke acara gala dinner gitu dan gue udah iyain papa. Elo temenin papa ya.Gantiin gue."

"Tapi gue masih urus kerjaan nih."

"Please... Ayolah, gue udah janji sama teman – teman gue. Gue enggak enak batalin. Elo tau sendiri, nyokap lagi di Kalimantan. Bokap mana mau pergi sendirian."

"Iya deh.." Dengan berat hati Sasa mengiyakan permintaan kakaknya itu. Akhirnya dia memutuskan untuk mematikan laptopnya dan menemui ayahnya yang berada di kamar untuk menanyakan dia harus siap jam berapa dan mengenakan pakaian apa untuk acara nanti.

-

Aldrich menggandeng mesra tangan putri satu – satunya itu, Sasa tampak cantik dengan gaun panjang berwarna hitam. Beberapa kali Sasa hanya tersenyum pada rekan bisnis ayahnya, Sasa sama sekali tidak tertarik untuk terlibat dalam pembicaraan mereka. Sasa hanya diam menikmati makanannya dan musik di sana.

"Aldrich!" panggilan itu membuat Aldrich dan Sasa menoleh ke arah belakang, seorang pria yang sudah tidak muda lagi tetapi masih terlihat gagah menghampiri Aldrich dan Sasa dengan cepat.

Aldrich menyambut pria yang memanggilnya itu. "Sebastian!" Keduanya berpelukan sebentar dan saling melepaskan rindu mereka karena sudah sangat lama tidak bertemu.

"Gimana kabar kamu? Sejak kapan kamu kembali dari Malang?" tanya Aldrich.

"Baik – baik. Aku baru kembali dua minggu lalu, sekarang aku akan menetap di sini sama keluarga. Ini putri kamu?" Kecantikan Sasa membuat Sebastian teralihkan.

Aldrich menggangguk. "Sasa kenalin ini Om Sebastian, dulu dia teman papa ketika masih sekolah." Jelas Aldrich, Sasa mengangguk dan memberikan salam pada Sebastian.

"Cantik sekali, seperti Allena. Oh ya, kenalin ini anak aku. Ethan."

Aldrich dan Sasa menoleh ke arah pria yang memang sejak tadi berada di belakang Sebastian tanpa bersuara. Ethan tersenyum manis, memajukan tangannya untuk memberikan salam pada Aldrich dan Sasa.

"Sepertinya mereka cukup cocok." ucap Sebastian pada Aldrich, sambil menatap putranya dan Sasa yang sedang saling berbicara tak jauh dari tempat mereka berdua berdiri.

"Ethan tampan, tidak seperti elo." Gurau Aldrich dengan gaya bahasa mereka dahulu.

"Enak saja! Separuh ketampanan Ethan berasal dari gue. Untung saja Sasa mengambil seluruh wajah Allena, itu sebabnya dia sangat cantik. Tidak ada sedikitpun dari elo yang berarti untuk wajah Allena."

"Sialan lo!" ujar Aldrich dengan masih bercanda, Sebastian menanggapinya dengan tawa.

"Apa sasa punya kekasih?"

"Sepertinya tidak." kata Aldrich. "Tapi gue menolak menjodohkan mereka, sekarang sudah modern." lanjut Aldrich lagi.

Sebastian yang sangat mengerti tentang jalan pikiran Aldrich mengangguk setuju. "Gue tahu. Tapi mereka bisa berteman saat ini, kan? Lagipula Ethan baru saja mulai tinggal di sini, dia masih belum terlalu mengenal tempat ini dan belum memiliki banyak teman di sini. Mungkin Sasa bisa menemani dia saat ini?"

"Tentu saja. Mereka bisa berteman, sekalipun mereka tidak berjodoh, mereka bisa bersahabat baik seperti kita berdua." kata Aldrich.

Baik Sebastian dan Aldrich sama sekali tidak mau memaksakan perasaan dari buah hati mereka, mereka sangat mengerti jika sekarang zaman sudah modern. Bukan lagi masa bagi mereka untuk memaksakan kehendak mereka sebagai orangtua. Anak – anak sudah memiliki pilihan mereka sendiri. Sebagai orangtua, mereka hanya bisa memberikan jalan, tetapi sekali lagi keputusan akhirnya tidak ada pada mereka.

Aldrich tidak keberatan jika Ethan dekat dengan anaknya, selain karena dia mengenal baik bibit dan bobot keluarga Ethan, dia juga tahu jika Ethan adalah pria yang bertanggung jawab dan saat ini sedang bekerja keras merintis usahanya. Sasa tidak akan menderita secara finansial jika keduanya menikah nanti, Aldrich sangat realistis untuk masa depan Sasa. Dia tidak keberatan untuk dikatakan sebagai orangtua matre, karena yang diinginkannya adalah Sasa yang bahagia dan berkecukupan. Dia selalu bekerja keras untuk memenuhi semua kebutuhan Sasa selama ini, sehingga dia tidak ingin Sasa malah akhirnya menderita setelah menikah nantinya.

***

03 - 06 - 2021

OctoberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang