Part 10

184 15 1
                                    


selamat Membaca ^^

Jangan lupa di Vote ya....


-


Sasa memandangi gelang di tangannya, memegang gelang itu beberapa kali sebelum merebahkan tangannya di tempat tidur. Sasa tersentak kaget saat menurunkan tangannya, sang kakak berdiri di depan pintu entah sejak kapan dan memperhatikannya. Sasa bangkit dari tidurnya.

"Sejak kapan elo di sana, kak?"

"Sejak elo memperhatikan gelang itu. Dari siapa sih, sampai elo enggak mendengar ketukan pintu."

Gallen memasuki kamar adiknya dan menutup pintu kamar itu perlahan. Gallen merebahkan dirinya di samping Sasa. Gallen menatap langit-langit kamar adiknya, dia mengingat sudah cukup lama tidak tidur di tempat tidur adiknya.

"Dari cowok?" tanya Gallen saat adiknya tidak menjawab dan malah ikut merebahkan tubuhnya di samping Gallen.

"Azka?" tanya Gallen lagi, tetapi adiknya malah mendelik padanya dan kembali menatap langit kamar.

"Jangan bilang...... Austin?" tanya Gallen tidak percaya.

Gallen bangun dari tidurnya, menatap ke arah adiknya dengan tidak percaya. "Elo dekat sama Austin? Gue enggak menyangka elo lebih tertarik dengan Austin dibandingkan Azka." ucap Gallen.

Gallen sangat tahu sifat kedua kembaran itu dan menurutnya Azka orang yang lebih gampang bergaul dan meraih hati orang lain dibandingkan Austin. Austin cenderung lebih pendiam dan tidak bisa mengekspresikan dirinya, dan baginya Sasa pasti akan lebih tertarik pada Azka. Tipe Sasa yang diketahuinya rata-rata ada pada Azka.

"Kenapa elo kaget gitu? Austin baik kok. Orangnya perhatian akan hal-hal kecil." bela Sasa tanpa membantah dirinya tidak menyukai pria itu.

Gallen tersenyum tipis. "Jadi elo beneran suka Austin?"

Pertanyaan Gallen membuat Sasa bangun dari tidurnya, Sasa mengambil bantal dan memeluknya di depan dada.

"Kami berteman kak. Tapi.... Austin enggak gampang ditebak, kak. Terkadang dia sangat baik, tapi terkadang dia terkesan cuek. Dan itu buat gue bingung." kata Sasa.

"Dia memang seperti itu. Itu sebabnya gue juga kaget kalau gelang ini pemberian Austin."

"Gue enggak bilang ini pemberian dia." bohong Sasa.

Gallen mengacak-ngacak rambut adiknya. "Siapa yang mau elo bohongin, dek?"

Sasa bungkam, dia tidak bisa berbohong. Dari matanya sudah dapat mengatakan siapa pemberi gelang itu.

"Tapi Austin pria yang baik. Austin ataupun Azka, keduanya baik. Gue enggak keberatan jika elo memilih salah satunya." kata Gallen.

"Itu berarti hubungan elo sama Dion-Dion'an itu sudah selesai?"

"Please deh, kak. Gue udah enggak mau bahas dia lagi. Hubungan kami sudah selesai, lagian elo juga enggak suka sama dia kan."

Gallen mengangguk setuju, dia memang tidak menyukai Dion-mantan kekasih adiknya saat berada di Singapura itu. Baginya Dion tidak terlihat baik dan entah mengapa sejak diperkenalkan pertama kali dia sudah ragu jika pria itu mampu menjaga dan membahagiakan adiknya, meskipun pria itu cukup mapan di negara itu.

"Kenapa kalian putus? Elo sama sekali enggak pernah menjelaskan tentang itu ke gue." kata Gallen.

"Dia selingkuh." ucap Sasa singkat, membuat Gallen langsung melotot tidak percaya.

"Sialan! Kenapa elo enggak bilang sama gue sih dek? Gue bisa hajar dia!"

Sasa menarik nafas kasar. "Karena gue takut elo akan melakukan itu."

"Tapi dia pantas mendapatkan itu. Lagian dia salah, kenapa elo malah takut dia habis di tangan gue? Elo segitu cintanya sama dia?"

"Gue suka dan sayang sama dia waktu itu. Itu sesuatu hal yang enggak bisa gue pungkiri kak. Tapi gue lebih takut elo ngebunuh anak orang dan masuk penjara. Kita tahu bagaimana besar kekuasaan keluarga Dion di sana." kata Sasa.

Gallen tahu tentang itu. "Tapi itu tetap pantas gue lakukan, demi elo Sa."

Sasa menggeleng tidak setuju. "Dia sudah mendapatkan balasannya, kak."

Gallen menatap penuh tanya, membuat Sasa akhirnya bercerita. "Apa? Dia sempat minta balikan? Gila! Dia yang selingkuh dan dia mau balikan?!" ucap Gallen tak percaya.

"Tapi gue enggak mau. Gue masih waras. Elo tenang aja." kata Sasa.

Gallen menatap adiknya dengan tatapan kasihan. Dia sama sekali tidak mengetahui jika Sasa pernah mengalami hal ini. Berada terus bersama dengan adiknya, tidak lantas membuatnya mengerti segala hal tentang adiknya.

"Sekarang dia sudah enggak menggangu elo lagi?"

Sasa mengangguk. "Hubungan kami benar-benar berakhir, kak."

Gallen mengangguk tenang. Dia bersyukur adiknya kini sudah berada disampingnya dengan baik. Adiknya sudah berada di Indonesia, di sini negara mereka dan kedua orangtuanya juga ada di sini. Mereka semua pasti bisa menjaga Sasa dengan baik.

Gallen menggelengkan kepalanya pelan saat mengingat cerita yang keluar dari bibir adiknya beberapa saat lalu. Dia tidak menyangka jika Dion berselingkuh dengan gadis yang lebih dewasa daripada Sasa dan Dion sendiri. Gadis yang menarik perhatian Dion itupun bahkan bukan gadis baik-baik karena ternyata gadis itu hanya memanfaatkan kekayaan Dion dan tertangkap basah tidur dengan ayah Dion sendiri demi uang. Ditambah lagi kenyataan jika gadis itu juga ternyata sudah memiliki kekasih lain selain Dion. Gadis itu mempermainkan tiga pria sekaligus, atau bahkan mungkin lebih,

Hal itu lantas membuat Dion kaget. Gadis yang diraihnya tidak sepadan dengan keluarganya, hidup mewah dari hasil memoroti orang kaya lainnya dan rela merendahkan harga dirinya sendiri hanya demi uang. Itu sebabnya Dion meminta Sasa kembali pada dirinya. Gallen bersyukur adiknya dapat berpikiran jernih untuk tidak masuk kembali dalam keluarga Dion yang tidak patut ditiru itu. Sepertinya perselingkuhan sudah menjadi turunan di keluarga Dion. Kekuasaan sepertinya membuat keluarga itu buta dan tidak tahu diri.

***

16 - 06 - 2020


OctoberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang