Yukkk di adopsi ketiga cerita ini^^
sudah tersedia di Google play books dan play store ya.. bisa klik Link yg ada di BIO author jika bingung...
makasi^^
-
Selamat Membaca^^
jangan lupa di Vote n komen yaa..
semua dukungan dr kalian menjadi penyemangat bagi author,
Tetap di rumah dan jaga kesehatan ya readers^^
-
Sasa terlonjak dari duduknya. Seseorang di depannya membuatnya terkejut. Sedari tadi dia berkutat di depan laptop tanpa menyadari bahwa seseorang duduk di depannya dan sedang menatapnya.
"A..." suara Sasa tercekat, dia tidak tahu harus menyebut nama siapa.
"Gue Azka.."
Sasa berdeham. Dia masih susah membedakan kedua pria itu. "Sejak kapan elo di sini?"
Azka melirik jam tangannya sebelum kembali menatap Sasa. "Sekitar lima belas menit."
"Maaf mengejutkan, elo terlihat begitu fokus di laptop." lanjut Azka.
Sasa mengangguk kecil. "Elo nyari Kak Gallen? Dia belum lama pergi, mungkin akan kembali sekitar satu jam lagi." kata Sasa.
"Gue enggak nyari Gallen."
Sasa menatap Azka dengan seksama. Awalnya dia mengira pria itu datang ke cafe keluarganya untuk menemui Gallen. Tidak mungkin pria itu datang ke sini untuk menemuinya, kan?
Azka tertawa. "Gue kebetulan mampir ke sini. Terus enggak sengaja melihat elo duduk sendirian di sini. Awalnya gue mau menyapa, hanya saja elo terlalu sibuk dan tidak menyadari kedatangan gue."
"Maaf. Aku terlalu fokus membuat keperluan bazar."
"Bazar?"
Sasa mengangguk, akhirnya dia menceritakan acara apa yang akan dia lakukan. Yayasan ayahnya akan membuat acara bazar yang dimana keuntungan dari acara itu akan disumbangkan kepada anak-anak yang membutuhkan.
"Apa gue boleh ikut?" tanya Azka.
"Eh?"
"Kebetulan gue belum punya kegiatan setelah kembali dari Singapura."
Sasa menggaruk tengkuk kepalanya, sebelum akhirnya mengangguk. Dia tidak tahu bagaimana caranya untuk menolak permintaan Azka. Tetapi setelah dia pikirkan kembali, tidak ada salahnya mengajak Azka. Sepertinya pria itu bisa diandalkan.
"Bagus. Kami akan datang."
Sasa menaikkan alisnya. "Kami?"
"Iya, gue dan Austin. Kenapa? Apa Austin tidak boleh datang?"
Sasa mengangguk, tapi sedetik kemudian dia menggeleng. Sasa memegang tengkuk kepalanya lagi. "Hm, apa dia menyukai kegiatan seperti ini?" tanya Sasa ragu.
Azka mengangguk. "Elo masih marah sama dia? Gue mewakili Austin minta maaf. Kata-katanya waktu itu memang keterlaluan. Tapi sebenarnya dia sangat baik."
Sasa menghela napas panjang. "Gue sudah tidak mempermasalahkan hal itu. Lagipula dia sudah meminta maaf untuk itu."
Azka terdiam sebelum akhirnya dia tersenyum sendiri. Kembarannya sudah meminta maaf? Dia sama sekali tidak tahu akan hal itu. Tapi dia tidak mau mempermasalahkan lagi, itu hal yang bagus. Perkembangan dari saudaranya.
"Berarti kami berdua boleh hadir kan?"
Sasa mengangguk pasrah. Azka tersenyum puas, dia bahkan mendapatkan nomor ponsel Sasa dengan mudah. Azka akan membuat Austin dan Sasa bertemu lagi, tinggal takdir yang menentukan apakah hal itu akan berjalan dengan baik atau tidak.
***
"Demi apa kamu mau ikut acara bazar?"
Angel memandang putranya dengan tidak percaya. Mengandung, melahirkan hingga membesarkannya sampai saat ini membuat Angel mengetahui kedua putranya dengan baik. Azka bukanlah orang yang suka terlibat dalam hal-hal seperti ini. Ini pertama kalinya dan dia merasa aneh pada putranya.
"Mahhh, bisa enggak sih jangan ngulang berkali-kali pertanyaan yang sama."
"Wajar mama nanya. Karena ini pertama kalinya."
Azka mengangkat kepalanya dari pangkuan ibunya. Meskipun Azka dan Austin seorang laki-laki tetapi mereka masih bisa dikatakan manja kepada sang ibu. Apalagi ketika meminta sesuatu hal, Azka bisa sampai merengek pada sang ibu.
"Maka dari itu, karena ini yang pertama Azka kan enggak ngerti. Jadi minta bantuan mama yang pernah mengikuti kegiatan seperti itu."
Angel menatap putranya lagi. "Oke, kamu minta mama menyiapkan sesuatu yang bagus untuk dijual dan meminta menyiapkan satu pegawai? Buat apa kamu minta pegawai? Bukan kamu yang mau berjualan?"
"Haduh, ma. Kalau Azka jaga stand jualan terus, mana bisa Azka kelayapan."
Angel meletakkan majalah yang dibacanya ke meja. "Jadi kamu itu sebenernya mau kelayapan di acara bazar atau mau ikut jualan?"
"Jualan. Tapi bukan Azka yang jaga." jawab Azka dengan bangganya.
Angel menggelengkan kepalanya begitu mendengar ucapan sang putra. "Kasih tahu mama, kamu lagi ngerencanain apa?"
"Azka enggak merencanakan apa-apa, ma. Beneran. Lagian Austin ikutan kok."
"Ikut apa?"
Angel dan Azka menoleh ke belakang. Austin berdiri dengan masih menggunakan jaket. Pria itu baru saja kembali setelah mengantarkan Vina pergi ke mall.
"Lihat, kakak kamu aja enggak tahu apa-apa." sahut Angel.
"Ikut acara bazar. Bazar yayasan keluarga Sasa."
Gerakan tangan Austin yang mau melepaskan jaketnya terhenti. "Siapa Sasa?" tanya ibu mereka penasaran. Ini pertama kalinya dia mendengar nama itu.
Austin memutuskan untuk melanjutkan melepaskan jaketnya, mengabaikan sang ibu. Angel mengalihkan pandangannya pada Azka.
"Dia adik Gallen, ma. Mama tahu Gallen kan? Anaknya chef Jaxson. Keluarga mereka mempunyai yayasan, mereka akan mengadakan bazar. Dan Azka sudah berjanji pada Sasa untuk ikut acara itu bersama Austin."
Austin melotot pada Azka. Mereka baru saja berpisah selama empat jam dan kembarannya itu sudah membuat kesepakatan tanpa ia ketahui. Bagaimana jika mereka berpisah selama satu hari? Mungkin begitu bertemu dirinya sudah dijual oleh kembarannya sendiri.
Angel melihat kedua putranya secara bergantian.
Sasa? Seperti apa rupa gadis itu? Gadis yang membuat kedua putranya bertingkah seperti ini.
Angel terdiam sejenak, dia kembali berpikir. Kemudian menatap kembali kedua putranya secara bergantian. Angel menutup mulutnya tanpa sadar.
Diantara kedua putranya, siapa diantara mereka yang tertarik pada gadis itu?
Ti... Tidak mungkin keduanya, kan?
***
21-04-2020
KAMU SEDANG MEMBACA
October
Dla nastolatków"SEQUEL dari I love You,chef! & My Angel" Rank #2 dalam kategori October Mei 2020 Dia..... sedikit berbeda, memiliki daya tarik tersendiri. Membuat aku tertarik untuk masuk ke dalam hidupnya. Tapi luka ini tidak semudah itu sembuh, apakah dia mampu...