Play now : only want you (Rita Ora)
H
A
P
P
Y
R
E
A
D
I
N
G
;)••••
Jujur saja, Mora masih terpikirkan interaksinya dengan Arga terakhir kali. Arga sakit hati tidak ya? Tapi Mora emang kesel kalau diperlakukan kaya gitu, Arga terlalu memaksakan kemauannya untuk bisa berbincang dengan Mora.
Istirahat tadi Mora dan Bena tidak jadi jalan-jalan, siang tadi Mora hanya butuh makan. Sebab, ia belum sempat sarapan.
Oh ya, ternyata pengajuan Mora beberapa minggu lalu tentang ranjang kosong yang di sampingnya untuk diisi oleh Elsa diterima Bagian Kesiswaan. Jadi, dari kemarin Mora dan Elsa sibuk memindahkan barang-barang Elsa dari kamarnya yang dulu ke kamarnya yang sekarang. Yaa, meski kamar yang dulu dan yang sekarang berhadapan, tetap saja melelahkan. Karena barang-barang Elsa memang cukup banyak. Apalagi berbagai macam wayang yang dibawanya.
Malam ini, tidak ada kegiatan apa pun
a.k.a free. Alhasil, Mora membantu Elsa membereskan barang-barangnya. Belum lagi satu big box berisi makanan camilan kesukaan Elsa."Sa, ini makanan lo masih banyak yang belum masuk box," adu Mora yang kewalahan membereskan makanan ringan Elsa yang bejibun.
"Ya tinggal lo masukin dong, Mor," saut Elsa tanpa menoleh ke arah Mora. Cewek itu sedang sibuk merapikan bajunya di dalam lemari.
"Kalo bisa gue masukin, gak akan gue nanya sama luu. Liat dulu dong."
"Mana sih?"
"Astatang, too much ya," ujar Elsa yang ikut tercengang melihat simpanan makanannya.
Elsa tersenyum penuh arti ke arah Mora, "apaan senyam-senyum?" tanya Mora saat melihat senyuman aneh itu.
"Koperasi utama kan masih buka ya, tolong dong, Ra, hehe."
"Tolong paan?"
"Tolong beliin box lagi, tapi yang ukurannya lebih kecil dari yang gue punya, yaa mau yaaa, Mora can-"
"Plis, gak usah muji gue kalo ada maunya. Jiji. Mana uangnya?"
Elsa merogoh saku celananya, ada dua lembar uang berwarna biru. Ia mengambil salah satunya.
"Nih, kalo kurang pake duit lo dulu."
Tau bagaimana Mora saat ini? Jenggkeeeellll.
"Hati-hati di jalan ya maniiiss."
Menyebalkan anak satu itu, dan sekarang Mora harus berjalan sendirian ke Koperasi Utama. Kalian tau lokasinya dimana? Koperasi Utama, Kedai es krim, dan beberapa Unit Usaha lainnya berada di tengah-tengah gedung asrama putri A dan gedung asrama putra D. Yang tidak lain, Unit Usaha tadi sebagai pembatas antara asrama putra dan putri. Cukup besar dan banyak.
19.36 jam-jam segini tuh jam ramenya anak-anak buat jajan dan berkeliaran di luar kamar. Tidak terbayang bagaimana ramainya. Mora bersumpah, ini adalah hal yang paling ia hindari. Keramaian. Risih.
Di depan gedung asrama putri A ada taman cukup besar dan beberapa bangku taman dan lampu-lampu yang menambah keindahan di waktu malam. Namun sayang, tempat itu selalu ramai.
Mora berjalan sedikit santai karena Koperasi memang tidak jauh dari gedung asramanya.
Setibanya di dalam, Mora celingak-celinguk sendiri. Tidak tahu dimana letak rak perabotan seperti box yang diminta Elsa. Bodoh, Mora bukannya bertanya malah terus mengikuti mau kakinya untuk jalan menghampiri rak hiasan kamar.
Mora berhenti di depan rak yang berisi lampu belajar bentuk layangan. Mora jadi ingat Bunda. Apa kabar disana? Mora rindu bermain layangan. Mora rindu omelan Bunda. Mora rindu Papa dan Tama. Mora rindu Yasa juga. Mora rindu menghabiskan harinya dengan senyum dan bahagia. Tidak seperti sekarang, datar, hambar.
Tangan Mora terulur untuk mengambil lampu itu dan melihatnya, namun sayang, ada tangan yang lebih dulu mengambil lampu tersebut.
"Eh, itu punya gue."
"Punya lo?"
Tatapan Mora dan orang itu bertemu. Dari sekian banyak murid Zervard, kenapa harus Arga yang harus bertemu dengannya disini?
"Ini punya lo?"
"Bukan, tapi gue pengen liat."
"Lo keliatannya biasa aja ya, setelah bikin gue sakit hati gara-gara lo gak mau ngobrolin tugas kelompok sama gue. Gak ada rasa bersalahnya gitu."
Kalimat yang Arga lontarkan membuatnya diam, tidak tau harus bagaimana. Kenapa sih di depan Arga, Mora selalu seperti ini? Seperti manusia bodoh yang kepergok habis melakukan tindakan kejahatan.
"Oh jadi lo masih mempermasalahkan itu?"
"Iya."
"Cowok kaya lo pasti banyak modusnya, minta maaf aja ga cukup buat lo diem. Mau lo apa?"
Sungguh, bukan kalimat itu yang ingin Mora ucapkan barusan. Padahal Mora ingin berbicara baik-baik, bibirnya kenapa tidak bisa diajak kompromi sih?
"Sorry, gue gak kaya yang lo pikir. Fine aja kalo lo ga minta maaf pun, tapi seenggaknya manusiawi sedikit lah. Tunjukin rasa bersalah lo, kalo emang lo ngerasa punya salah."
Sumpah, Mora sebenarnya memang sudah ingin mengalah. Tapi bibirnya ini aishh.
"Gini ya, Arga. Gue anak baru disini, mungkin juga lo tau gue sebelumnya sependiem apa. Gue masuk sini gak ada niatan buat punya musuh, apalagi sama cowok. Niat gue pure nyari ilmu. Jadi tolong, untuk membantu gue, bisa kan lo lupain masalah ini anggep aja kita ga pernah ada interaksi. Sikap lo yang kaya gini memberatkan gue buat fokus belajar tau gak? Beban pikiran."
"Terus? Gue peduli?"
Mora menautkan kedua alisnya, menatap Arga dengan tatapan tak terbaca.
"Nyesel gue buang-buang waktu buat ngobrol sama lo. Dah ah, mau balik."
Mora berbalik meninggalkan Arga, ia ingat tujuan awalnya untuk membeli box.
"Nanti lo gak akan bisa acuhin gue lagi Mora. Lo yang bakal ngejar dan nyari gue."
••••
Maaf ya buat keterangan tempat-tempat yang bikin bingung. Tapi, bisalah dibayangin dikit-dikit. Zervard tuh gueeedde.
Oh ya, pastiin kalian udah kasih bintang yaa :))
Thanks for reading, n see u😇
KAMU SEDANG MEMBACA
ALKABENA
Teen FictionArgani Adiwilaga, Bena Bahuwirya, Alkamora. Mereka hanya tiga remaja yang tak sengaja bertemu, dan bersapa. Kisah klasik yang sering didengar, mereka mengalaminya. "Semua yang ada tak harus kita punya, selalu tinggal dan tetap di sisi lebih indah...