🎵 : 10,000 hours ( Dan+Shay, Justin Bieber)
Happy reading <3
••••
Bena sedang sibuk dengan barang Mora yang ia bantu untuk dibawa, Mora juga sama ribetnya. Di tangan kanannya ada sekantong belanjaan berisi makanan, dipelukannya ada bingkisan berisi beberapa baju yang Yasa beli untuknya.
Ya, saat tadi Tesya dan Bena menghampiri Mora dan Yasa, Yasa langsung menyuruh Bena untuk membantunya. Dan sebelumnya, Bena berpamitan dengan Tesya untuk membantu Mora. Pikiran Benan masih terfokus pada kejadian dimana Yasa berbicara santai dan asyik sambil merangkul Tesya, terlihat sangat akrab. Hatinya panas melihat itu, tapi Bena gak bisa marah, dia diam saja. Dia sadar, dia gak punya hak apa pun untuk ngelarang Tesya buat gak terlalu deket sama cowok selain dirinya.
"BENAA, JANGAN BENGONG AJA WOY. BELOK SINIII!!"
Mora dengan lelah meneriaki cowok itu yang terus saja jalan lurus entah kemana, melihat itu terpaksa Mora kembali ke belakang. Dengan susah payah Mora menyeret cowok itu untuk berjalan mengikutinya, "Berenti, berenti."
Bena berhenti dan tersadar, "Ko berenti?"
"Lo iklas bantu gue gak sih?"
"Iklas sepenuh hati."
"Alah, kibul. Lo aja tadi jalan nyosor aja terus lurus kesana, gue panggilin ga nengok-nengok. Berat tau gue bawa barang sebanyak ini, lo enak cuma sekantong doang. Liat ni gue rib-"
Belum sempat Mora menyelesaikan kalimatnya, Bena sudah merampas kantong belanjaang yang ada di tangan kanannya dan berjalan duluan. Itu orang kenapa sih, gaje banget?
"Mau gue bantu gak? Cepetan jalan."
Mora pun akhirnya jalan mengikuti Bena sambil memberikan arahan kepada Bena dimana kamarnya. Sebelumnya Mora dan Bena sempat berdebat perihal Bena yang tidak bisa masuk ke area asrama putri. Mora keukeuh bilang bahwa Bena tidak bisa memasuki gedung asramanya tapi masih ingin dibantu oleh Bena, Bena juga sama keukeuhnya bahwa tidak akan jadi masalah kalau ia masuk ke gedung asrama Mora.
Melalui perdebatan panjang, akhirnya Mora mengalah dan menurut saja dengan apa yang dikatakan Bena bahwa tenang saja, Bena tidak akan mendapat hukuman apa pun, sekalipun cowok itu nginep di asrama putri.
Mora tidak tau saja, siapa Bena.
••••
Siang ini Mora memilih untuk makan nasi di kantin sekolah, ia cukup bosan lama-lama tinggal di asrama ini. Tidak ada kegiatan yang bisa menarik hatinya. Sejauh ini masih datar-datar aja bagi Mora. Ia rindu bermain layang-layang di lapangan bersama Inal dan teman-temannya yang lain juga.
Tiba-tiba Mora jadi hilang selera makan. Selagi menyuapkan sesendok nasi ke mulutnya, Bena datang membawa nasi makan siangnya dan duduk di hadapan Mora. Mora melihat wajah Bena yang tidak biasa, mukanya kusut.
"Kenapa lo?"
Bena diam saja sambil mengetukkan sendok ke atas meja berulang kali, tiba-tiba ponsel Mora yang ada di atas meja bergetar dan menampilkan nama Bunda disana. Mora hanya menatapnya, Bena pun sama.
"Angkat."
"Gak bisa," ujarnya sambil gelisah antara harus menjawab atau menolak panggilan dari Bundanya.
Bena pun akhirnya mengambil ponsel Mora dan menggeser tombol hijau disana, lalu mendekatkannya ke telinga.
"Assalamualaikum, Mora."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALKABENA
Teen FictionArgani Adiwilaga, Bena Bahuwirya, Alkamora. Mereka hanya tiga remaja yang tak sengaja bertemu, dan bersapa. Kisah klasik yang sering didengar, mereka mengalaminya. "Semua yang ada tak harus kita punya, selalu tinggal dan tetap di sisi lebih indah...