Sembilan

977 174 48
                                    

Song for this chap:
Kimie Okuru Uta - Natsumi Miki

Selamat membaca!

***

Levi merasakan dorongan aneh untuk tersenyum saat matanya menemui (Y/N) yang terbelalak lebar mengagumi sapuan ombak pada kakinya. Di sisi gadis itu ada segerombol bocah lokal yang ikut bermain bersamanya.

Kalau dipikir-pikir, dia tidak buruk juga, Levi membatin sesaat, kemudian merasakan pipinya memanas. Dia menggeleng-gelengkan kepala dan berjalan menghampiri gadis itu.

"Levi!" Gadis itu melambai-lambai. "Sini, deh! Sini, sini! Aku menemukan anak kepiting!"

"Huh?"

"Lucu, tidak?! Imut banget, kan?! Huh, aku jadi ingin membawanya pulang!"

Levi menahan senyumannya dan menepuk kepala (Y/N). "Awas, nanti kena capit."

"Memangnya sakit, ya?" Gadis itu memelotot, mengamati anak kepiting itu dengan teliti.

Seperti anak-anak saja, pikir Levi, tertawa kecil melihat tingkahnya. Begitu selesai, (Y/N) menggandeng tangan pria itu dan tersenyum sebegitu lebarnya.

"Aku senang sekali. Terima kasih banyak, Levi."

Levi menatap tak mengerti ketika gadis itu tersenyum-- (Y/N) memang selalu tersenyum padanya, tapi entah kenapa dia baru sadar kalau rasanya berbeda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Levi menatap tak mengerti ketika gadis itu tersenyum-- (Y/N) memang selalu tersenyum padanya, tapi entah kenapa dia baru sadar kalau rasanya berbeda. Itu adalah sesuatu yang tak pernah ia terima dari siapa pun-- Sebuah goresan senyum yang hangat, lembut, dan.. Tulus.

"Sama-sama."

***

"Ahh~ Pokoknya hari ini aku puas banget, deh!" Sepulangnya dari pantai, (Y/N) melempar tubuhnya ke ranjang dan berguling-guling.

"Capek, ya?" Levi menarik bangku ke sisi tempat tidur, duduk sambil menyilangkan kedua tangannya.

"Iya, capek banget! Tapi aku senang, kok." Ujar (Y/N).

"Kemarikan kakimu,"

"Hee~ Kenapa?"

"Cepat, kemarikan."

(Y/N) menjulurkan kakinya pada Levi dan tersentak begitu melihat deretan luka di telapak kakinya. Dia terlalu sibuk bermain sampai lupa kalau terluka.

"Wow, kenapa, nih?"

"Oi bocah, sebenarnya kau ini manusia baja, atau apa? Masa yang seperti ini tidak terasa?" Decaknya, sambil menyapu kotoran-kotoran yang masih menempel disana. "Tahan sedikit."

I Belong To Mr. AckermanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang