Dua Puluh Empat

684 104 36
                                    

Warning! 16+

Saat hendak menarik gagang pintu, Levi merasakan sesuatu yang aneh dari balik punggungnya. Hector. Dengan napas tersengal, tangan pria itu meraih bahu Levi. Sebelum sempat Levi menyapanya, tubuh Hector berdebum ke tanah.

"Hector?" Suara Levi nyaris pecah.

Levi menahan tubuh Hector dengan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya memegangi tangan pria itu dengan erat.

"Obat... ku." Hanya satu kata yang nyaris tak utuh. Dia terbatuk, darah mengalir keluar di antara kedua bibirnya.

"Bertahanlah sebentar, oke?'

Phel berlarian keluar, menjerit. "Ayah!"

"Aku.. Aduh.." Setiap kata yang keluar terdengar parau.

"Panggil dokter!" Tegas Levi pada Phel. Dia berusaha memapah sosok pria nyaris tua itu ke lantai dua. "Sekarang, Phel!"

"Ba-Baik!" Dengan langkah yang nyaris goyah, pria itu berlari keluar sekuat tenaga, mencari klinik terdekat.

Sedangkan di sisi lainnya, (Y/N), yang biasanya selalu tersenyum dan bergurau, kali ini jatuh. Tidak, pikirnya. Jangan Ayah. Kumohon.

"Ayah!"

***

Sakit paru-paru-- (Y/N) memandangi sang ayah yang tengah pulas di atas ranjang yang berseberangan dari tempatnya duduk. Perempuan itu menarik napas dalam-dalam dan berpikir. Betapa cintanya Hector menyakiti dirinya sendiri. Dasar pria tua ini, decaknya dalam hati.

Phel, di belakangnya, diam sejenak, wajahnya tampak mendung, tapi akhirnya dia mengangguk dan menepuk punggung adik kecilnya dengan lembut.

"Aku akan menjaga Ayah." Bisiknya.

Mendongak dengan sorot lelah, perempuan itu mengangguk. "Terima kasih, Phel."

"Sama-sama." Dia memandang (Y/N) dengan hati mencelus. "Ken sudah mengantar Mikasa pulang."

"Ya." Tanpa segores senyum pun, (Y/N) keluar. Langkahnya sehening angin malam.

Di koridor, Levi menatap (Y/N) lekat, seakan dirinya membaca rahasia yang tersimpan di mata perempuan yang disayanginya itu. Saat dia mengulurkan tangan untuk membantunya mengambil langkah, (Y/N) memeluknya erat-erat.

"Nggak apa-apa." Bisik Levi di kupingnya. "Kau pasti terkejut, ya?"

"H-Huh.." Suaranya bergetar. "Apa Ayah akan meninggalkanku juga?"

Tidak seorang pun tahu soal itu, makanya Levi bungkam dan tak memberikan jawaban. (Y/N) menarik diri dan mengucek matanya yang basah.

"Pai ceri?" Tanya Levi, kembali menariknya.

"Aku lagi nggak mau makan apa pun saat ini." Elaknya. "Aku capek."

"Kalau gitu, mau tidur?"

"Iya."

"Baiklah." Levi terkekeh, mengecup kening perempuan itu sebelum menggendongnya seperti bayi.

(Y/N) menyandarkan kepalanya di dada Levi selagi pria itu membawanya ke kamar. Pikirannya yang sedari tadi berkecamuk, perlahan tenang, jantungnya yang sedari tadi berpacu liar seolah tengah bertempur, mulai berdetak dengan normal.

I Belong To Mr. AckermanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang