i. lia

30 4 0
                                    

Yuna pikir datang kesekolah lebih awal akan membuat nya lebih bebas, ternyata tidak, kenapa ia harus bertemu denga dia tadi?.

Baiklah salahkan saja yuna, yuna pun bingung kenapa harus bertemu seperti itu, dan parah nya  yuna baru mengetahui bahwa mereka satu sekolah lagi sekarang. Mengapa yuna baru tau sekarang, bahkan satu tahun lagi mereka akan lulus, jadi selama dua tahun ini yuna kemana saja hingga baru tau jika ia dan teman SMP nya dulu satu sekolah.

Memang banyak anak-anak dari SMP nya dulu yang satu sekolah dengan nya sekarang, tapi dia itu teman yang sangat dekat dengan yuna saat SMP.

Lupakan, yuna malas memikirkan hal seperti itu. Yuna ingin ke perpustakaan dan mencari beberapa buku untuk membantu nya mengerjakan tugas rumah nya yang belum sempat terselesai kan kemarin.

Sebenarnya kemarin yuna dan hyuka menyelesaukan tugas mereka bersama, tapi dengan tidak sengaja yuna meninggalkan satu tugas hingga ia merasa dongkol dan kesal, bagaimana bisa ia melupakan tugas nya.

"Woy!."

Yuna hampir saja tersandung karna terkejut, ia menoleh kesumber suara dan menatap orang itu dengan penuh amarah "Gue kaget!."

"Ahaha iya maaf." Orang itu atau biasa dipanggil hyuka terkekeh "Lo ngapain kesekolah pagi-pagi gini?."

"Gue? Cuma pengen aja." Ucap nya sambil melanjutkan langkah nya "Lo?."

"Kenapa?."

"Lo ngapain kesekolah pagi-pagi?."

"Gue? Gue kan hari ini piket."

Yuna melanjutkan langkah nya kearah perpustakaan, ia mengabaikan hyuka yang sedang mengikuti nya dibelakang sana.

Sampai langkah yuna berhenti karna ia sudah berada didepan perpustakaan, "Kata nya ada jadwal piket, kenapa ikut kesini?!." Kesal yuna.

"Nanti aja lah, gue mau ikut lo aja." Ucap hyuka sambil berusaha untuk menyamakan langkah yuna.

Mereka memasuki perpustakaan dan duduk dipojok ruangan didekat rak buku yang yuna cari, di perpustakaan mereka memiliki meja dan kursi untuk siswa belajar, dan ada karpet berbulu lembut dan meja lipat yang ada dilantai untuk siswa yang mungkin saja lebih nyaman belajar dengan posisi duduk dilantai.

Yuna meletakan buku nya diatas meja, ia melirik hyuka yang mulai merebahkan diri nya sambil memejamkan mata nya. Yuna hanya menggeleng dan membiarkan hyuka yang mungkin saja ingin tidur.

Tapi tidak, hyuka tidak tidur, ia hanya memejamkan mata nya saja "Lo mau jadi apa nanti?."

Yuna menatap heran hyuka, karna tidak mendapat jawaban, akhir nya hyuka membuka sebelah mata nya dan membuang nafas nya dengan berat "Lo punya cita-cita kan?." Yuna mengangguk dan hyuka kembali memejamkan mata nya "Nah sekarang gue tanya, cita-cita lo apa?."

"Ohh..." Yuna mengetukan jari nya diatas meja "Waktu SMP gue mau megang awan, jadi cita-cita gue waktu SMP tuh jadi astronot. Tapi sekarang gue berubah pikiran, cita-cita gue berubah seiring berjalan nya waktu."

"Hah? Maksud nya?." Hyuka bangkit dan duduk didepan yuna "Cita-cita lo berubah?."

Yuna mengangguk dan menatap mata hyuka "Gue mau jadi psikolog."

"Kenapa?."

"Gue pikir, gue bisa bantu banyak orang nanti, bukan cuma kesehatan fisik aja yang harus dijaga, kesehatan mental juga. Gue cuma mau jadi orang yang berguna, maksud gue... lo tau kan, sekarang banyak anak dibawah umur yang udah stres atau mungkin depresi karna masalah nya?."

Hyuka tau itu, hyuka mengerti sekarang "Gue tau, itu karna mereka yang gak mau cerita. Gue tau emang gak semua masalah bisa mereka ceritain ke orang, tapi apa salah nya dia berbagi rasa sakit nya sama orang terdekat nya."

Yuna mengerutkan kening nya, hyuka kembali berbicara "Jujur aja kemarin gue kaget karna lo nangis."

Yuna menundukan kepala nya, ia merasakan tangan hyuka yang memegang lengan sebelah kiri nya, ia juga merakan usapan lembut pada luka nya.

"Rasa nya sakit waktu gue liat luka ini, kenapa lo ngelakuin ini? Harus nya lo bisa tahan bukan?." Hyuka terus mengusap luka itu dengan lembut, mata nya memerah dan suara nya pun bergetar "Gue takut, gue takut lo kenapa-kenapa. Lo bilang gue sahabat lo kan? Gue mau lo berbagi rasa sakit nya ke gue, lo bisa berbagi semua masalah lo ke gue."

Yuna terkejut karna hyuka menangis, tapi kenapa?.

Yuna bangkit dari duduk nya dan berpindah duduk disebelah hyuka, ia memeluk tubuh hyuka dan mengusap punggung lebar itu dengan lembut "Maafin gue, gue cuma gak mau lo tau apa yang rasain gue sekarang. Sama kaya kemarin, gue masih gak tau apa masalah gue."

"Gue tau, itu karna masalah lo waktu lo SMP yuna. Kenapa lo gak sadar? Lo bohong, gue tau lo sadar itu, tapi lo diem seakan lo gak tau apa masalah lo." Hyuka menggelengkan kepala nya "Gue tau lo cuma takut kehilangan orang-orang disekitar lo. Lo inget bukan kalo sejak SMP lo punya banyak temen, sampe akhir nya lo masuk ke kelas delapan, lo ditinggalin sama semua temen lo berakhir lo cuma sama gue."

Yuna terdiam, bagaimana bisa hyuka tau semua itu? Yuna ikut menggelengkan kepala nya "Gak, itu gak bener."

"Lo bohong, gue tau lo bohong." Ucap hyuka.

Yuna menghela nafas nya dan melepas pelukan nya, ia menatap mata hyuka yang terlihat memerah, sudah tidak ada lagi air mata disana.

"Lo tau, gue seneng karna waltu pertama masuk SMP gue dapet banyak temen, mereka jagain gue seakan gue itu adik mereka, seakan mereka semua tuh sepakat buat jagain gue dari hal buruk atau semacam nya. Sampe akhir nya gue sama temen-temen gue pisah dikenaikan kelas, gue takut karna gue gak kenal sama orang-orang dikelas baru, gue bilang kalo gur mau temenan sama mereka aja karna gue takut."

Yuna menjeda ucapan nya dan tersenyum karna mengingat saat-saat itu "Lia bilang gue harus bisa berbaur sama orang, tapi gue tetep gak mau sampe akhir nya lia bilang kalo dia bakal temenin dia. Waktu jam istirahat gue selalu sama temen lama dan lia juga selalu anter gue balik ke kelas gue."

"Lo tau." Senyum yuna kian mengembang "Gue ketemu tiga orang temen sekaligus, mereka sapa gue waktu itu, dan gue seneng. Karna mereka gak saling kenal akhir nya gue mutusin buat gabungin mereka, dan gue berhasil. Kita berempat temenan, bahkan sahabatan."

Yuna menatap mata hyuka, hyuka tau, ini sudah saat nya bagi yuna merasa sedih.

"Tapi tiba-tiba gue ngerasa kalo mereka itu diemin gue, gue sering jalan dibelakang mereka, bahkan gue selalu ngerasa kalo mereka itu gak liat keberadaan gue. Gue sedih, gue cerita ke lia, lia bilang gak apa-apa karna bisa aja gue yang salah paham. Tapi enggak hyuka, mereka makin jauhin gue, berakhir gue sendiri."

Sesuai dugaan hyuka, yuna menangis. Hyuka mengusap kepala yuna dengan lembut "Bukan nya lo masih bareng sama lia waktu itu?."

"Lia jadi ketua kelas, dia juga jadi osis waktu itu, eskul yang dia ikutin juga terlalu ketat latihan nya. Gue bener-bener sendiri waltu itu, dari situ gue mutusin buat nutup diri dan kaya yang lo tau, gue cuma sama lo sekarang."

Tbc...
Sorry for typo
Jangan lupa tinggalkan jejak

[✅] hope || heuningkaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang