-10

8.5K 586 39
                                    

No edit.
.
Baca doang, votmen kagak.
.

Baca doang, votmen kagak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°

Karena Jennie ingin waktu untuk sendiri, mau tak mau Limario harus setuju. Dia tak mau memaksa agar Jennie segera memaafkannya detik itu juga, bukannya gadis itu memaafkannya mungkin malah semakin membuatnya kian marah padanya. Jadi Limario memberi waktu sendiri lagi untuk gadis itu.

Setelah mendengarkan uneg-uneg gadis itu, membuatnya semakin menyadari letak kesalahannya. Dia tahu Jennie tak ingin membatasi pergaulannya, namun maka dari itu lelaki itu dituntut untuk memahami gadis itu.

Melakukan sebuah tindakan-omongan juga harus ia fikirkan terlebih dahulu, apa akan membuat orang disekitarnya merasa sakit hati?

Setelah ini dia harus lebih paham, ini awal cobaan untuk hubungannya. Anggap saja  cara untuk mereka mendewasakan diri.

Dipinggiran jalan dengan ditemani lampu yang terlihat begitu terang, Limario sedang menikmati kopi panasnya. Dia berdiri menatap  mobil yang sedang berlalu-lalang. Terada begitu nyaman dan damai membuatnya seketika menyunggingkan senyumannya.

Ini salah satu cara dia menenangkan diri, ya walau hanya beberapa menit pikirannya terasa begitu ringan. Kendati sebenarnya beban yang sedang dipikul lelaki itu begitu berat.

Menoleh seketika terdengar suara anjing menggonggong yang mengagetkannya. Lalu menunduk guna mengelus anjing ras Golden Retriever yang duduk disamping tempat dirinya berdiri.

"Anjing pintar" ujarnya, lalu mendongak ketika melihat sepasang kaki berdiri disamping anjing itu.

"Ini anjing nenek?" Wanita tua itu mengangguk lalu mengambil tali anjingnya yang terlepas bebas diatas tanah.

Melihat wanita tua itu tersenyum kepadanya membuat seketika mengingat, bahwa nenek ini yang seminggu lalu ia lihat sedang bersama Jennie, dan anjing yang tadi ia usap itu anjing yang sama dengan anjing yang seminggu lalu Jennie usap.

"Maaf nek, nenek yang seminggu lalu bersama Jennie bukan?" Tanya Limario menggunakan bahasa inggris, berharap nenek itu paham dengannya.

Nenek itu mengangguk "kau bukannya yang kemarin menghampiri nak Jennie?" Nenek itu menjawab dengan bahasa inggris fasih, membuat Limario mengangkat alisnya.

"Aku suaminya, nek" kata lekaki itu dengan senyuman.

"Ohh, kau suaminya? Lalu apa kau sudah baikan dengannya?" Limario menjawab dengan gelengan pelan.

"Jennie banyak menceritakan tentangmu, dan tentu tentang masalah kalian berdua. Istrimu berusaha mengerti akan dirimu, kau juga harus belajar mengerti tentangnya juga" kata nenek itu melirik sekilas Limario lalu kembali memandang kearah depan, "kalian masih terlalu muda, masih banyak masalah yang akan kalian hadapi kedepannya, ingat jangan selesaikan dengan emosi. Jika istrimu emosi kau harus bisa menenangkan, begitupun sebaliknya. Sebuah hubungan akan rusak jika masing-masing pasangan lebih mementingkan egonya, lalu tak ada yang mau mengalah, alhasil mereka bisa saja berpisah."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 27, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NIKAH MUDA [JENLISA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang