Pagi yang disambut oleh banyak kejadian ini membuat Samudra menjadi lebih semangat di kehidupan sekolah yang baru, ia pun menyambut pagi yang cerah ini dengan tertidur lelap, tidak sadar bahwa dia ada di kursi paling depan, berhadapan dengan meja guru, tempat paling horror. Baginya, semangat bukanlah hal yang harus diumbar, dengan ini ia pun menjadikannya kebiasaan untuk tidur. Tidak masuk akal, itulah Samu.
" Selamaaat pagiii Pak Murdi" teriak salah satu siswa untuk menyapa guru yang masuk ke kelas. Pak Murdi adalah wali kelas dari kelas 11 unggulan Z. Melihat anak-anaknya yang ceria menyambutnya dengan senyuman manis di setiap wajahnya, membuat Pak Murdi mudah sekali melihat Samudra yang sedang asyik bermimpi di tidurnya. Pak Murdi pun jalan ke tempatnya karena kebetulan Samudra bisa ditegur dari meja guru.
Pak Murdi tahu betul bahwa akan ada pendatang baru dikelasnya, dan sebagai guru yang hafal dengan anak-anaknya, ia pun tertarik dengan Samudra. Definisi tertarik di bahasa guru yaitu dengan menghampiri siswa yang tidur dan mengajak obrol seperti layaknya teman berbicara ke temannya. Dengan ini, siswa yang tidur akan menjawab dengan jujur dan "WAH! Iya pak! Maaf" kaget Samudra saat melihat kumis Pak Murdi sudah dekat dengan matanya. "Ya Samudra sebelum kamu izin cuci muka, kamu coba perkenalkan diri kamu" tegas Pak Murdi, "I-iya pak, sekarang?" tanya Samudra dengan ragu "Tahun depan! Ya sekarang toh keburu saya punya cucu nih" lawak Pak Murdi."
"LAMAAA BENER SI LOOO TINGGAL PERKENALAN DOAANG" sahut teman-temannya dengan emosi. Samudra pun akhirnya memperkenalkan dirinya. Ia sebutkan nama panjangnya, Samudra Hario Daffasya, umurnya yang baru menginjak 17 tahun dan sekolah asalnya sebelum ia menginjak sekolah ini, yaitu SMAN 8 Jakarta.
Setelah memperkenalkan diri ia pun mengakhirinya dengan "Ya itu aja dari gue, dan emang iya gue gaterlalu keliatan ngambis tapi gue mau jadi ketua-" tak sampai Samudra menyelesaikan kalimatnya, ia didahulukan oleh bunyi bel yang sudah dinantikan para siswa – siswa lainnya.
"KRIIIIIIIIINNGGG" Tanpa basa-basi semua murid dari kelas unggulan tersebut langsung lari keluar kelas dan Samudra ditinggal sendiri berdiri di depan papan tulis. "Maaf ya Samudera, emang anak-anak disini memang tidak terlalu bisa bergaul dengan orang baru di kurun waktu yang cepat, tapi bapak yakin kamu membawa keberuntungan ke sekolah ini." "Makasih banyak ya Pak Murdi" balas Samudra dengan senyum yang lebar.
Di waktu yang bersamaan sebelum lonceng yang menandakan istirahat pertama dimulai, Nala dari tadi sedang mengobservasi Samudra, ia tahu betul bahwa sekolah asal Samudra adalah sekolah negeri yang terkenal akan murid-murid pintarnya dan juga tidak kalah bergengsi dari sekolah – sekolah lainnya di Jakarta.
Banyak sekali pertanyaan yang menghantui Nala tetapi ia tidak mau menanyakan hal itu kepada Samudra, tidak hanya karena tidak sopan menanyakan hal yang bisa jadi adalah privasi, tetapi juga perasaan gengsi dari gadis itu sendiri.
Tidak seperti dua temannya, Zelu dan Teana yang keasyikkan menonton ketampanan Samudra dari bangku yang mereka duduki, bangku barisan kedua. Tetapi, mereka juga merasa bahwa Nala sudah berperilaku aneh, tidak semangat, auranya bisa terlihat bahwa temannya yang ambisius ini tidak suka dengan kehadiran Samudra di sekolah baru ini.
Sebagai teman yang baik, mereka berdua pun mengajak Nala ke kantin setelah bel yang bunyinya seperti bunyi lima toa masjid bergemuruh ke kelas-kelas lain menandakan istirahat. Seperti biasa, mereka memesan ayam geprek dua dan nasi goreng satu dengan minumannya yaitu tiga es teh manis. "Titip ya Sen, kaya biasa, di kantin Bang Jon," celetuk Zelu sambil meyondorkan uangnya ke Rasen yang memang sedang mengantri di kantin "Siipp beress tunggu ya nonn HAHAHA" balas Rasen "Apaansi lu gajelas makin hari ye" Teana menanggapi.
Lima menit kemudian, makanan para ketiga gadis itupun akhirnya menghampiri mejanya. Tak sabar untuk memakan makanannya, Zelu yang sudah mengunyah ayam gepreknya sadar bahwa ia lupa doa makan. Bagi mereka bertiga, doa makan harus bareng bareng, atau tidak aka nada yang keselek. Zelu, salah satu yang membuat peraturan itu di geng itupun memakan omongan dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Samudra dan Rahasianya
Short StoryHal kecil yang dianggap tidak berarti menunjukkan bahwa itu anggapan yang salah di cerita ini, dimana Samudra dipertemukan oleh cerita - cerita yang kian membuatnya juga sadar bahwa setiap langkah di hidupnya harus disertai pemikiran yang jauh menja...