VIII

16 9 7
                                    

Flores perihatin rahasianya akan terbongkar karena semakin Samudra menghabiskan waktu yang lama di sekolah ini, ia semakin banyak sekali melakukan aktivitas yang melibatkan putranya untuk bersosialisasi dengan umum. Niatnya ke sekolah adalah untuk mencelakai anaknya dengan memutuskan lamput sorot agar jatuh ke kepalanya.

"Samudra, ini tangga kemana ya?" tanya Flores pura – pura. "Itu buat nge-check lampu lampu mah, banyak kabel diatas tuh" jawab Samudra.

"Mamah mau kesana ya, udah lama nih ganaik tangga haha" guraunya. "Mau aku anterin mah?" khawatir Samudra. "Jangan!" jawabnya dengan nada panik.

Saat sudah sampai lantai atas, Flores mengeluarkan gunting dan "BRAKK!" suara lampu jatuh dari ketinggian 4 meter. "WOOOI SAMUDRA KEJATOHAN LAMPU" teriak para panitia.

Keadaan menjadi sangat ramai, ambulance datang. Panitia lari bolak – balik dari ujung ke ujung panggung untuk melihat Samudra yang pingsan dan terlihat banyak sekali darah yang bercucurandari kepalanya. Tim medis yang menangani pun akhirnya membubarkan keramaian yang mengerumuni Samudra.

"HEI HEI HEI JANGAN DIJALAN KALIAN BUBAR" teriak tim medis yang cepat – cepat membawa Samudra ke ambulancenya. Radit yang mengetahui bahwa Samudra sedang menemani mamanya pun langsung bergegas untuk mencari mamanya.

Sedari tadi, Flores sebenarnya tahu bahwa keadaan sudah sangat mencekam. Ia kabur dari tangga yang ada di sebelah tangga utama. Dengan lari sekencang mungkin, ia pun melewati tangga – tangga kecil secara melongkap. Pada waktu yang bersamaan, Radit dari lantai bawah juga lari denga penuh stamina. Mereka berdua tabrakan.

"T-tante? Anak tante... " ucap Radit dengan penuh kegelisahan. "Kenapa ya? Kamu siapa? Saya ada urusan harus ke kantor. Ganggu sekali ya" bohong Flores meninggalkan Radit sendirian dengan ketakutan di tangga.

Flores akhirnya mencapai tangga paling terakhir. Perasaan sedih melihat anaknya luka pasti ada, tapi ia tidak mau semua itu menghancurkan reputasinya sendiri.

"Yaiyalah Ben, aku gabakalan biarin anak kita ter-ekspos ke dunia maya. Kamu tau sendiri kan sekolah yang kamu pegang ini banyak banget stasiun TV yang bakal ngeliput dan nanti Samu bakal jadi salah satu yang ngasih pembukaan? Resiko dia ketauan anak kita dan bukan anak papahnya yang selama ini dia tau pasti akan ketauan sama TV dan juga penontonnya, aku gamau ngambil resiko ya" jelas Flores terhadap Ben di telepon, itu semua terjadi di lapangan belakang sekolah.

Nala yang belum menerima mengapa Samudra tiba – tiba dikabarkan pingsan sambil berdarah oleh temannya daritadi sebenarnya sedih dan ia mendengar semua percakapan mama Samudra. Nala tahu bahwa Ben adalah yang mempunyai sekolah ini. Nala pun menggabungkan dua titik itu, "Jadi, karena mama Samu dan Pak Ben terkenal mereka gamau reputasi mereka berdua hancur karena ternyata Samudra anak mereka dan bukan anak asli papah Samu yang biasanya suka ke sekolah??" semua itu terucap dalam hati Nala.

Nala sangat merasa bersalah dan ia memberanikan diri untuk menghampiri mama Samudra yang masih ketawa – ketiwi dengan Ben, "Tan! Maksud tante apa? Ngapain sih cumin gara gara takut nama kalian rusak di media , sampe mencelakai Samu" dengan nada sedih dan juga isak tangis Nala.

Flores kaget, ia langsung menampar Nala dan memarahinya, "Kamu gatau apa – apa Nala! Kamu baru temen barunya, Samudra harusnya gapenting  kan buat kamu!"

"Saya memang gapernah bilang Samudra penting tan, dan gaakan pernah soalnya saya, " Nala mencoba untuk mengambil nafas karena tangisannya membuat ia sesak. "Saya selama ini iri tan, saya temenan sama dia karena saya mau menghalangi dia untuk menjadi yang terbaik di sekolah ini. Kemudian saya lupa, dan seperti manusia pada umumnya, bila sudah terlalu dekat, ya pasti akan jatuh juga ke lubang itu. Saya jatuh cinta tan. Tapi saya gaakan pernah bilang ke dia, karena saya lebih mementingkan reputasi saya sebagai pelajar terbaik di sekolah ini, dan satu lagi tan, saya gaperna jatuh cinta" jelas Nala yang sekarang sudah pucat karena ia teringat foto yang diambil oleh temannya pada saat Samudra mengeluarkan darah dari kepalanya.

Mendengar itu semua flores juga meneteskan air mata, ia tak sangka bahwa ternyata ada yang sadar bahwa Samudra di anak emaskan sekolah dan tak pernah satu detik pun pikiran seperti apa yang Nala lakukan akan terjadi. Ia merasa bersalah, "Nak, maafin tante. Tante cuman menghindari.." "Cuman apa tan? Cuman bikin anak sendiri bisa beresiko gagar otak atau amnesia?" ketus Nala, masih dengan isak tangis, "Aku gamau tau ya Tan, tante harus tetep ke rumah sakit dan jelasin semua ini ke Samudra. Dia anak yang baik dan gapantes diperlakuin kaya gini!" tambah Nala.

Samudra dan RahasianyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang