Chapter 1 • Rencana Kabur •

28 2 1
                                    

Lelah itu yang ku rasakan sekarang. Sejak kepergian kedua orang tuaku, aku bukan lagi Keinna Andriana yang memiliki segalanya. Sekarang aku harus bekerja, sekedar untuk memenuhi kebutuhanku.

Rumah, usah, dan aset lain milik kedua orang tuaku telah diambil alih oleh bibiku. Aku terus memohon agar aku tidak diusir dari rumahku sendiri. Rumah yang penuh akan kenangan bersama kedua orang tuaku. Aku sangat bersyukur karena aku masih diperbolehkan untuk tinggal, meskipun itu hanya menempati kamar kecil di loteng.

"Yeahhh, gak sabar, bentar lagi gajian!" seru Lucy, teman kerjaku, yang tiba-tiba sudah di sampingku, seperti hantu saja.

"Aduh Lucy, bikin kaget aja, aku pikir siapa!" Cercahku.

"Yeee lagian kamu si ngelamun mulu, kenapa sih, ada masalah yaa, bibi kamu bikin ulah lagi? atau putrinya minta dibeliin ini itu?" Sambung Lucy, yang hafal betul ulah bibiku dan putrinya itu.

"Kamu ini?" Jawabku sambil menggeleng-gelengkan kepala. Seolah Lucy sudah sangat paham akan masalahku.

"Tapi bener kan Keinn gak ada masalah apa-apa?" Lucy adalah teman satu-satunya yang ku punya, dia sangat pengertian, pernah menawariku untuk tinggal bersamanya, tapi aku menolak, karena aku berat hati untuk meninggalkan semua kenangan bersama kedua orang tuaku di sana.

"Nggak ada apa-apa kok, aku cuman lelah aja, yuk ah siap-siap ini sudah mau pulang kan!" Ajakanku hanya dibalas dengan anggukan dan senyuman Lucy. Lucypun merangkulku. Bagi Lucy, aku bukan hanya sebatas teman biasa, melainkan dia sudah menganggap ku seperti sahabat dan adiknya sendiri.

Saat aku pulang, rumahku sudah terlihat gelap. Aku berjalan melalui samping rumah untuk menuju kamarku. Setelah aku selesai bebersih, aku mengistirahatkan diriku sejenak. Aku duduk di kursi, berhadapan dengan jendela loteng.

Aku merasa mataku awas, telingaku mulai menajam, dan jari-jariku engan untuk diam. Dering smartphone ku terdengar kian ramai. Ada beberapa alamat surel tertera disana. Kubuka notifikasi satu persatu. Namun, surel terakhir lebih menarik bagiku.

Yaa.. yang kubuka menjadi sangat mengesankan. Aku lulus pada penerimaan mahasiswa tahun ini. Di satu sisi menjadi kabar bahagia, tetapi di sisi lain ini menjadi merepotkan bagiku.

Aku tak memiliki persiapan apa-apa, karena dapat dibilang ini cukup mendadak. Waktu registrasi juga hanya dilakukan esok hari, itupun hanya sampai pukul lima sore.

Aku takut memberi tahu bibiku. Aku takut aku tidak diizinkan untuk pergi ke sana. Aku harus mencari cara untuk ke sana, bagaimanapun itu.

Pertama, aku akan mencari tiket keberangkatan ku dulu. Sebisa mungkin aku harus pergi subuh ini, agar bibiku tidak curiga.

Aku sangat bersyukur mendapatkan tiket dengan keberangkatan pukul 4 pagi, itu adalah waktu yang sangat pas untuk aku bisa pergi dari rumah.

Aku menghubungi Lucy untuk mengurus pengunduran diriku. Lucy sangat bahagia sekaligus sedih mendengar berita ini. Aku berusaha meyakinkan Lucy bahwa aku bisa mandiri. Aku juga tidak akan melupakan Lucy, yang sudah ku anggap seperti sahabat serta kakakku sendiri. Aku berjanji akan sering menghubungi Lucy untuk bertukar kabar dan menceritakan apa saja setiap hari.

Oh ya setelah sampai di sana aku harus apa? Aku tak tahu daerah sana. Ah.. aku ingat, aku juga punya teman di sana, Aina. Ya.. bantuan darinya sangat berharga bagi ku, terutama akses transportasi dan tempat tinggal sementara.

****

Keluarga Surya POV

"Semua sudah beres Tuan, nona sudah diterima di Universitas ZA, dan kebutuhan nona yang akan tinggal di asrama Tuan Drew sudah siap!" lapor Jiang, tangan kanan Tuan Abraham Surya.

"Laporkan semua perkembangannya padaku, dan masukan Keinna pada kelas unggulan sesuai jurusannya."

"Baik tuan, saya pamit undur diri." terang Jiang.

Tok..tok..tok..

"Masuk..."

"Hallo kek, apa kabar?"

"Duduk Elang, kakek mau bicara ini penting."

"Ada apa kek?"

"Kakek mau kamu kembali ke asrama Kak Drew bersama yang lainnya, dan jika kamu masih di apartemen mu, semua aset kamu kakek sita!"

"Tapi kek..."

"Tidak ada tapi-tapian Elang, keputusan kakek sudah bulat!"

"Ada apa dengan kakek, tidak biasanya kakek seperti ini." Gumam Elang dalam hati.

Akhirnya Elang menuruti semua perintah kakek untuk tinggal di asrama. Elang segera menyiapkan segala keperluannya untuk menetap di asrama. Ketika semua sudah beres, Elang segera bergegas menuju asrama, agar aset Elang tak disita saat itu juga.

****

"Welcome back El..!" Sapa Kak Drew.

"Mmm..." Jawab Elang dingin.

Ketika akan menuju kamarnya, Elang tak sengaja melihat room name "Keinna Andriana".

"Who is Keinna Andriana kak?" Tanyanya.

"Entahlah, nanti juga kamu tau!" Jawab Kak Drew seadanya.

"Apakah dia ada sangkut pautnya dengan perintah kepindahan ku ke asrama?"

"Ya, bisa jadi El."

Elang memikirkan siapa Keinna Andriana. Apa hubungan dia denganya.

Elang ingat kamarnya memiliki pintu menuju kamar Keinna. Elang membuka pintu dan masuk ke kamarnya.

Elang sebelumnya sudah membuka pintu rahasia dibalik rak buku, agar saat ada yang datang ke kamar Keinn, Elang bisa langsung kembali ke kamarnya, tanpa harus ketahuan orang lain.

Elang melihat semua perabot milik perempuan sudah tertata rapi di sana, banyak buku, benda-benda perempuan lainnya. Semua terlihat feminim, tapi klasik bagi Elang.

"Entahlah." Ucap Elang.

Drt..drt....drt..drt.. . tanda ponsel Elang bergetar.

Rianni's calling

"Hallo.." Jawab Elang

"Hallo Elang, mau ngingetin, buat jangan lupa rapat sore ini, gladi praregistrasinya harus segera beres yaa..."

"Mmm.." Jawab Elang datar dan langsung mematikan panggilannya secara sepihak.

💚💚💚

I'm Getting Good at Meet YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang