"Keinn... Keinna.." Teriak seseorang, dengan melambai-lambaikan tangan.
"Heii Keinn.., sini..., duduk sini aja." Ajaknya.
Baru sampai di depan pintu food court aja, aku sudah di teriaki oleh salah satu cewek, mungkin dia satu angkatan denganku. Aku terpaksa ikut bergabung dengan mereka, daripada menjadi sorotan pengunjung yang lain.
"Gue Shitya Glova Julias, panggil gue Sita aja okey, salam kenal Keinn..." Terangnya.
"Salam kenal Sita, gue Keinna" Jawabku sambil menjabat tangannya.
"Dah tau gue hehehe, kenalin nih temenku, Sevara Fany Dionino." Ucap Sita.
"Fany."
"Keinna."
"Pokoknya kita sohiban ya, awas kalo gak mau." Paksa Sita. Aku hanya bisa mengaruk kepalaku yang tak gatal.
"Hahaha." Kemudian terbitlah tawa kami bertiga.
"Eh btw, mau pesen apa lo, biar sekalian sama kita." Tanya Fany antusias.
"Samain aja ama punya lo deh, lagian gue gak terlalu pemilih orangnya."
"Okey nasi goreng spesial 3, pedes sedeng, minumnya lemon tea yaa." Aku hanya mengangguk tanda setuju.
"Itu mbak pesennya." Kata Fany.
"Baik, ditunggu pesenannya ya dek." Terang waiter food court.
"Sorry ni, kok lo bisa tau nama gue si, secara kan kita baru ketemu?" Tanyaku.
"Heloww... Keinn... Keinn....kikinn... satu kampus juga dah tau lo kali!" Teriak Sita.
"Secara ni ya, lo yang dah bikin geger seabreg kampus gara-gara lo nolak kelas pilihan di kampus ni." Sambung Fany.
"Dan see, akhirnya keputusan tetep sama kan, dah lah terima aja Keinn, banyak juga yang ngantri tapi gak kepilih tu, sayang loh kalo dilewatin. Untungnya bisa masuk sana tu, cogannya banyak loh." Jelas Sita.
"Segitu hebohnya ya, entahlah di kelas mau banyak cogan atau apa itu, masa bodoh deh, yang penting gue di sini, sekolah aja, dah cukup."
"Iya Keinn, kita tau kok, btw kita juga masuk di kelas itu lho, semoga kita sekelas ya Keinn..."
"Amin...hahaha" Tawa kita bertiga.
Setelah berkenalan, makan, dan ngobrol panjang kali lebar dibagi tinggi, aku jadi lupa waktu, hari sudah semakin sore. Aina juga tak kunjung menjawab chatku, nomornya jadi tak aktif.
Kenapa dia?
"Keinn mau sekalian bareng kita gak, kita anter deh!" Ajak Sita.
"Kayaknya nggak deh Sit, Fany, soalnya tadi gue dah janjian sama temen, dia mau jemput. Takutnya tar dia jemput, gue dah sampe, malah jadi belibet kan."
"Ya dah kalau gitu, hati-hati aja, kalau ada apa-apa telepon kita-kita ya, see you tomorrow Keinn. Dahh.."
"Dah.. hati-hati juga Sita, Fany." Jawabku.
Tanganku merogoh saku jaket untuk mengambil hp. Aku menghubungi Aina kembali, tetapi yang ku dapat nomor Aina sekarang justru di luar jangkauan. Padahal tadi pagi kami sudah membuat janji untuk bertemu kembali.
Oh Tuhan.., apalagi yang harus kulakukan.
Aku duduk di halte bus dekat food court, untuk menunggu Aina. Hp kumasukan kembali ke saku jaket. Tak segaja tanganku meraup lipatan kertas. Aku jadi ingat alamat kos yang Aina kasih. Tanganku dengan cekatan segera membuka kertas alamat itu.
Uhhh... akhirnya aku menemukan jalan, jadi sedikit lega deh.
Aku bertanya pada Sita, yang sudah sangat paham akan Kota Sura. Katanya itu dekat dari tempatku saat ini, hanya tinggal jalan lurus kurang lebih 300 m, belok kiri menuju komplek Perumahan Maranti sampai.
Tak jauh memang jarak dari tempat ku tadi. Di sana juga sudah terlihat ada pos satpam komplek, yang dijaga oleh dua orang.
"Permisi Pak, saya mau tanya kalau Jalan Maranti No 33, 34 Sura 9, Kompeks Gedung C sebelah mana ya Pak?" Tanyaku.
Aku terus dihujani tatapan yang mengintimidasi. Penjaga komplek melihatku dari ujung rambut sampe ujung kaki tanpa berkedip.
"Oh itu....apa non..., boleh diulangi!" Ucap Penjaga komplek yang terlihat dari name tag nya bernama Kasim.
"Alamat kos yang ada di Jalan Maranti No 33, 34 Sura 9, Kompeks Gedung C, Bapak tahu, ada di sebelah mana ya?" Ulangku.
"Oh mau ke Asrama nya Mas Andrew ya non?" Tanya penjaga komplek yang satunya.
Siapa Mas Andrew, kenapa asrama, bukan kos. Aina kan perempuan kenapa ada laki-laki di kosnya. Banyak pertanyaan yang berterbangan di pikiranku.
"Kalau boleh tahu itu sebelah mana ya Pak?" Tanyaku.
"Oh itu non, non lurus aja nanti ada gerbang pertama masuk aja, nah di situ asramanya."
"Baik Pak, terima kasih banyak yaa, saya permisi."
"Ya non, hati-hati." Jawab penjaga komplek serentak.
Aku melanjutkan jalanku. Awalnya sedikit takut, tapi setelah itu aku dibuat takjub dengan desain gerbang asrama, yang memiliki aksen klasik penuh ukiran. Jika dilihat-lihat mungkin aku tidak ada sepertiganya dari tinggi gerbang itu.
Aku berjalan masuk menuju meja resepsionis, tapi meja resepsionis terlihat kosong, hanya segelintir dari beberapa anak yang mungkin menempati asrama di gedung ini. Aku lihat mereka sedikit cuek dengan orang baru sepertiku, tapi aku tak ambil pusing aku tetap melangkahkan kakiku hingga kemudian aku berada di belakang gedung yang pertama kulewati. Di sana aku melihat ada anak yang sedang membaca buku.
"Hai, maaf mengganggu waktumu sebentar boleh aku tanya, kalau gedung C Sura 9 itu sebelah mana ya..?" Dia terlihat ragu dengan pertanyaanku ini, siapa coba, dari mana dia, mungkin sedikit menelisikku jika dilihat dari sorot matanya.
"Maaf aku kurang tau, tapi ini gedung A, ini gedung khusus anak-anak beasiswa yang notabene tidak mampu, jadi aku kurang tau itu di mana, aku hanya bersyukur bisa dapet tempat tinggal yang nyaman di sini, maaf aku tidak bisa membantu.." Apakah aku semenakutkan itu. Kenapa aku jadi merasa dia seolah-olah takut padaku.
"Oh ya udah... makasih yaa..."
Aku lalu melanjutkan langkahku ke gedung berikutnya. Tak jauh dari gedung pertama tadi aku melihat banyak anak-anak, mungkin terlihat seperti anak SD, SMP, SMA, bahkan mahasiswa juga ada. Namun, anehnya aku tak menemukan informasi sedikit pun mengenai asrama Aina.
Semua tempat yang aku lalui tertata rapi dan aku memutuskan untuk tidak bertanya lagi pada orang yang ada di sana, aku melewati mereka yang sedang asyik dengan kegiatannya.
Tak jauh dari tempat ku berdiri aku melihat surau, hampir seperti mushola bentuknya, tetapi di surau itu isinya bukan untuk tempat ibadah.
Aku menarik diri dari surau itu segera, karena kondisiku yang sedang tak enak untuk dipandang. Celana jeans ketat, tantop hitam yang di balut kemeja kotak-kotak coklat tanpa dikancingkan, dan tak lupa sepatu kets putihku.
Alhasil sudah banyak tempat yang aku lewati. Aku memutuskan untuk beristirahat di sebuah bangku di dekat taman, lebih tepatnya seperti di dekat arena balap.
Aku menenguk air yang masih tersisa di botolku. Dahagaku pun sedikit teratasi.
💚💚💚

KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Getting Good at Meet You
Teen FictionKEINNA ANDRIANA Saat ini Keinna berusia 19 tahun. Tepat tiga tahun yang lalu, kedua orang tuanya meninggal karena sebuah kecelakaan. Keinna kini menjalani kehidupannya penuh dengan perjuangan. Rumah, usaha, dan aset lain milik kedua orang tuanya tel...