Chapter 3 • Masalah #2 •

10 1 0
                                    

Hari ini aku sudah dibuat pusing tujuh keliling oleh semuanya,  dan enggan menanggapi apa yang sudah terjadi.

Aku memutuskan untuk melihat-lihat sisi lain dari kampus ini. Aku tak tahu langkahku ini akan menuju ke mana. Aku berjalan melewati ruang-ruang yang aku tak tahu itu tempat apa, tapi banyak mahasiswa yang sedang asik nongkrong, seperti tempat untuk extracurriculars di kampus.

"Eh maaf...maaf.. maaf aku nggak sengaja.." Aku merutuki kebodohan ku sendiri, entah karena apa, aku tidak sengaja menabrak orang, aku tidak tahu jika akan ada orang yang keluar dari ruangan itu. Aku merasa takut jika itu kakak tingkat.

Baru aja jadi mahasiswa dah banyak masalah aja Lo Keinn...

"Lo...." Ucapnya dengan mengelus lengan kekarnya.

"Duh mampus deh gua, yang aku tabrak adalah pengurus dingin yang ada di lobii tadi. Oh Tuhan belum apa-apa udah buat masalah aja. Aku beneran nggak liat kalau ada orang keluar dari pintu itu." Gumamku.

"No problem and.. kalau jalan tu liat dong pakai mata!" Uuh awalnya aja baik tapi jleb deh di belakang, baru aja jadi mahasiswa baru, masa iya udah dapet musuh.

"Maaf.. maaf ya kak," Jawabku dengan sangat lembut yang dibuat-buat.

"Tapi kakak tau nggak, aku tu jalannya pakai kaki bukan pakai mata, dan kaki aku tu ada di bawah posisinya, jadi nggak bisa ngedongak liat kalau ada si Topan lewat." Jawabku dengan puppy eyes.

"Uppss sorry keceplosan..." Tambahku yang masih pura-pura manis.

"Looo..." Kesalnya.

"Matanya tajam bener Pak. Gawat kayaknya marah deh ni orang."

"Awas ada kucing larii..." Teriakku.

"Cepet lari deh, kabur..kabur...."

"Nggak bakal mempan loo ngibulin gue.." Cercahnya.

Aduh gimana ini, kabur...kabur.., belum sempat kabur juga dia dah main narik ranselku buat ikut masuk ke ruangan.

"Shittt... apa-apaan sii looo narik- narik tas gue!" Teriakku dengan semangat 45.

Aku dibawa masuk ke ruangan yang tadi dia keluar. Ternyata itu adalah ruang BEM, markas yang mengurusi mahasiswa di lobi tadi.

Oh My God apalagi ini.. Semua orang yang sedang duduk di kursipun merasa terkejut melihatku masuk diseret oleh cowok dingin, yang barusan aku tabrak ini.

"Hei Keinna, kebetulan sekali kamu di sini, barusan aku mau memanggil kamu lagi..." Kata pengurus yang tadi di lobi, berusaha memecah keterkejutan akan tingkah Elang.

"Silahkan duduk Keinn, kami sudah menunggumu."

Aku masih terheran-heran kenapa ini..

"Keinna, perkenalkan ini Ketua Badan Eksekutif kita, Elang Pramudya Surya, dan aku Rianni Markayata Sekjen dari Badan Eksekutif, dan ini pengurus BEM yang lainnya, oh ya panggil aku Kak Rianni aja, kamu tahu kenapa kamu di bawa ke sini?" Aku menggeleng tanda aku tak mengerti.

"Setelah kami rundingkan dengan atasan tadi, kamu tetap masuk ke dalam Daftar Hitam, tapi sekarang ada di transisi posisiku, dan itu karena keyakinanmu yang tidak menginginkan transisi teladan tadi." Jelasnya.

"Apa tidak bisa, saya tidak dimasukkan ke dalam transisi mana pun ya kak?" Sanggahku cepat. Semua diam, ruangan kembali sunyi. Dan cowok dingin itu menataku dengan tajam.

"Rapat selesai, dan yang tidak berkepentingan boleh meninggalkan tempat."

"Kok pertanyaanku dianggap angin lalu si, ihh cowok ngeselinn itu lagi."

"Tapi kak, aku..."

"Rapat selesai..."

"Kenapa ucapan ku selalu dipotong si?" Kesalku dalam hati.

"Okey kak, terima kasih." Jawabku cepat, dengan sedikit emosi.

Siapa sih dia, ngeselin amat, udah dingin, galak, ketus, gak ada bagus-bagus nya lagi. Dah lah mending jalan jalan aja, buat ilangin bad mood.

Aku keluar ruangan masih dengan sedikit emosi, tapi aku terpikir untuk mengambil prosedur mata kuliahku terlebih dahulu.

Aku menuju bagian akademik, dan memilih tempat duduk di paling ujung. Aku enggan menjadi sorotan mahasiswa lainnya, karena ulahku tadi. Aku berkonsultasi terkait kuliahku karena aku dari anak beasiswa. Setelah semuanya cukup jelas, aku lalu pamit undur diri. Sebelum aku akan beranjak, petugas memberitahuku untuk segera menuju ke sekre badan eksekutif untuk menemui ketuanya.

"Heran deh, kenapa harus aku lagi si, gak tau badanku dah pegel-pegel apa!" Ucapku pelan, yang pasti hanya bisa didengar oleh ku saja.

Aku segera bergegas kesana, agar semua urusan ku segera selesai. Aku melihat pintu sekre tertutup, semoga ini bukan prank Ya Tuhann..

Tok... tok...Tok..

" Permisi..." Ucapku, setelah mengetuk pintu dengan sedikit pelan.

"Masuk!" Kata seseorang dengan jelas dan tegas dari arah dalam, siapa lagi kalau bukan dia cowok dingin.

Aku mulai tak bisa menahan rasa gugupku. Aku masuk dan menutup pintu kembali, aku merasakan kembali masuk di ruangan ini, tapi kali ini bereda, aku merasa seperti akan mengikuti persidangan, mungkin karena jumlah orang yang ada di ruangan ini terlihat lebih banyak dari yang tadi, seperti sedang ada rapat besar.

"Apalagi ini.." Cicitku dalam hati.

"Maaf kak...," Belum sempat aku menyelesaikan ucapanku.

"Kamu tahu kamu tetap berada di Transisi Teladanku dan itu tidak bisa diubah entah kamu memang unggul atau tidak, itu sudah menjadi keputusan atasan, yang tidak dapat diganggu gugat." Jelas cowok dingin.

"Tapi--kak..." Sanggahku.

"Rapat selesai, kalian bisa bubar jika tidak ada kepentingan."

"Ihhh.. kenapa ucapanku selalu dipotong terus siii, ingin rasanya aku membela diri, awas aja lho, ketua songong." Kesalku.

Aku masih pada posisi yang sama masih berdiri di depan pintu dengan muka yang entah antara marah, kecewa dan intinya mood ku jadi buruk lagi. Cowok dingin dan pasukan nya terlihat berdiri, seperti akan keluar.

"Oh My God dia mau apa?"
Dia mengeserku dan mendekatkan kepalanya di telinga ku.

Deg.. jantungku berdetak kencang tak karuan, serasa mau lepas.

"Selamat bergabung..." Ucapnya pelan, penuh penekanan, tentunya dengan smirk yang sedang merahasiakan sesuatu.

"Ih dasar semuanya pemaksa." Kesalku lagi dengan menghentakkan kaki pastinya, kali ini benar-benar kesabranku sudah melebihi batasnya.

"Entahlah, mungkin kawasan kuliner adalah pilihan yang tepat untuk mengusir mood buruk ku. Ya itung-itung sambil menunggu jemputan dari Aina deh." Kataku menghibur diri.

💚💚💚


I'm Getting Good at Meet YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang