Chapter 9 • Julio's Cafe •

1 0 0
                                    

"Ayo.." Ajak Elang, yang sudah bangkit dari tidurnya.

"Kemana?" Tanyaku cengo.

"Lo gk laper?"

"Laperlah!" Jawabku cepat.

"Ya ayo...." Ajak Elang.

Dan aku masih bingung, ya ayo apa coba?

"Makan oon..!" Sambung Elang ketus.

"Ih dasar nyebelin..."

"Ya ayo, lagian lo ngomong irit banget dah, main di potong-potong aja. Tinggal bilang "ayo keluar buat makan", gitu aja susah. Jadi kan gue bisa langsung paham..!" Cercaku yang dibalas dengan tatapan tajam Elang.

"Eh peace!" Ucapku cepat.

Elang menuju garasi untuk mengeluarkan motornya.

"Nih pake..." Perintah Elang dengan menyodorkan helm ke arahku.

"Naik..."  Lagi-lagi ucapannya singkat padat dan jelas pemirsa.

"Gak ada kata lain apa." Gerutuku.

Keinna masih bingung cara naik ke motor Elang.

Jujur ini tinggi, buat gue yang tingginya hanya sebatas rata-rata.

"Ayo buruan..." Cercahnya.

Elang baru menyadari kalau Keinn kesusahan untuk naik motornya.

"Pegang pundak gue.." Perintah Elang, yang hanya aku jawab dengan anggukan kepala.

"Pegangan, tar lo terbang.." Perintahnya lagi, sebelum Elang memacu laju motornya.

"Enak aja, lo kira gue layangan, bisa maen terbang aja." Jawabku ketus.

Di sisi lain.
Tak ada yang menyadari, jika sejak tadi di balik helm full facenya, Elang terus saja menarik ujung bibirnya.

Elang juga heran pada dirinya. Ada rasa lain jika ia berada di dekat Keinn. Tapi bukan Elang namanya, jika Elang menjadi peduli akan perubahan sikap yang ia rasakan. Elang masih sama, kembali ke mode on dingin.

Sekitar 15 menit perjalanan, Keinn sampai di tempat yang terasa asing tentunya, maklum ia baru hijrah. Elang menepikan motornya, menuju tempat parkir. Elang memarkirkan motor di deretan motor sport. Terlihat ada 5 motor yang sama dengan motor Elang, hanya saja berbeda warna.

Elang masih bertengger di motor sambil membuka helm. Akupun turun dari motor Elang, dengan berpegangan pada bahu kokohnya.

Elang menyusulku untuk turun. Sejak tadi aku sudah berusaha untuk membuka kaitan helm, tapi tak kunjung terbuka.

"Ayo... buruan masuk.." Ajak Elang ketus, yang sudah berjalan mendahuluiku.

"Dasar gak peka." Kesalku.

"Ehh ess... bantuin, gue gak bisa bukak ini..." Teriaku.

Sontak Elang berbalik. Memperhatikan sekitar, untuk memastikan baru saja seseorang berteriak. Elang tersadar Keinna masih berdiri di tempat parkir, dengan tangan yang sibuk membuka kaitan helmnya.

Elang mengurungkan niatnya untuk masuk ke cafe. Ia berjalan kembali ke tempat parkir, menghampiri Keinna.

Elang masih diam dengan wajah datarnya, menarik tangan Keinna untuk menghadap ke arahnya.
Keinna mendongak. Tak sengaja, matanya bertemu dengan mata Elang. Keinna tak bisa menahan kegugupannya. Beruntung Elang tak mengomentari pipinya yang sedang mode blush on.

Elang membuka kaitan helm Keinna dengan cekatan. Tak lupa, Elang meletakan helm Keinna di atas jok belakang. Elang berjalan kembali ke cafe dengan mengandeng tangan Keinna.

I'm Getting Good at Meet YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang