Kayla baru saja menyelesaikan urusannya dengan toilet. Gadis itu berdiri di depan kaca yang lebar sembari membasuh tangannya. Sedikit dia rapihkan rambut hitamnya yang tergerai bebas. Tanpa membuang waktu lebih lama, dia menyudahi kegiatannya dan berniat kembali ke kelas.
Koridor Nusantara International Highschool belum dipenuhi banyak siswa seperti saat bel istirahat berbunyi. Jelas, ini masih jam pelajaran ketiga. Ruang kelas Kayla berada di penghujung koridor, membuatnya melewati beberapa kelas yang kebetulan bisa ditengok dari jendela yang tidak tertutup tirai.
"Kayla," langkahnya terhenti saat mendengar suara guru wanita yang memanggilnya dari belakang. Segera dia menoleh ke belakang dan menemukan Ms. Anna, wakil kepala sekolah sekaligus guru yang mengajar kimia di kelasnya, berdiri disana sambil menyuruhnya mendekat.
"Can you do me a favor?" tanya Ms. Anna.
Kayla mengangguk, "Yes, Ms. What can i do for you?"
"Tolong panggilkan pak Rudi ya, Nak. Sepertinya dia sedang mengajar di lapangan indoor. Tolong minta dia datang ke ruangan saya," ujar Ms. Anna.
Mendengar itu, Kayla berada di ambang dengan senang hati menolong dan merutuki nasibnya. Karena Kayla ini termasuk insan yang malesnya mendarah daging, bolak-balik lantai sekolah adalah suatu pekerjaan berat. Tapi akhirnya dia mengangguk patuh.
"Oke, Ms. Saya panggilkan pak Rudi dulu," katanya sebelum akhirnya melenggang pergi.
"Thank you, Kayla." Ms. Anna pun kembali berjalan berlawanan arah dengan Kayla.
Lapangan Indoor milik sekolah Nusantara ini berada di gedung olahraga. Yang sudah pasti terpisah dengan gedung utama sekolah, namun masih satu area. Kayla masuk ke dalam lift yang akan membawanya turun ke lantai satu. Gedung olahraga berada di sebelah kanan gedung utama. Dengan pembatas berupa taman sekolah yang diisi dengan kursi-kursi taman dan pohon besar rindang yang berdiri di tengah-tengahnya.
Kayla berjalan melewati taman sekolah yang masih sepi. Sampai di depan gedung olahraga, suara sorakan terdengar dari dalam dilanjutkan dengan suara decitan sepatu yang beradu dengan lantai lapangan. Saat Kayla masuk, netranya disambut dengan anak-anak kelas sebelas yang sedang bermain basket. Lebih tepatnya siswa-siswanya, sedangkan pinggir lapangan diisi oleh siswi yang asik bergosip dan ikut bersorak.
Dia menemukan keberadaan Pak Rudi. Guru olahraga itu berada di dekat ring basket yang jaraknya lumayan jauh dengan Kayla. Mau tak mau Kayla harus menepi dan berjalan di pinggir lapangan untuk bisa menghampiri Pak Rudi.
"Pak!" panggil Kayla, suaranya hampir kalah dengan berisiknya anak-anak yang bermain basket. Tapi beruntungnya Pak Rudi mendengar panggilan Kayla, lalu menghampiri gadis itu.
"Tadi saya disuruh Ms. Anna buat panggil Pak Rudi, Bapak diminta untuk ke ruangan Ms. Anna," ujar Kayla menjelaskan kedatangannya.
Pak Rudi hanya mengangguk, "Oalah, baik nanti saya akan kesana. Terima kasih ya," balas Pak Rudi. Kayla berbalik dan kembali menyusuri lapangan selepas berbicara dengan Pak Rudi.
BUGHH!
Kerasnya permukaan bola basket tepat mengenai kepala Kayla saat gadis itu sampai di tengah tepi lapangan. Refleks Kayla menyentuh dahinya, takut-takutnya hilang saat terpukul bola basket.
Gadis itu menoleh ke arah lapangan, menemukan semua pasang mata tertuju ke arahnya yang berdiri kikuk. Sebenarnya bisa saja dia langsung pingsan saat itu juga, karena memang sakitnya sampai ke ubun-ubun. Tapi rasanya gak elite banget kalau penyebab pingsannya adalah ketimpuk bola basket.
"WEH ANAK ORANG WEH!"
"JIL! ANJIR LU PASSING KEMANA JILANKAA?!"
"Itu samperin dulu dodol. Minta maaf kek." Anak-anak kelas sebelas yang ada disana mulai bersahutan. Mendengar ramainya sahutan, Kayla jadi tahu siapa pelaku penimpuk bola basket ini. Pelakunya adalah Jilanka, siswa laki-laki yang kini berjalan ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Narawangsa
FanfictionMenjadi keluarga yang termasuk dalam jajaran crazy rich tidak selamanya menyenangkan. Lika-liku kehidupan yang kejam mulai muncul di dalam keluarga, dan itu tidak bisa diselesaikan hanya dengan uang berapapun nominalnya. Tentang Narawangsa yang sia...