Study room khusus kelas dua belas sangat sepi saat Kayla masuk ke ruangan. Hanya ada lima sampai enam orang yang fokus pada laptop dan buku di hadapan mereka. Wajar saja karena ini sudah lewat jam pulang sekolah. Saat pandangannya beredar dan menemukan guru yang dia cari sedang duduk di salah satu kursi, Kayla langsung berjalan menghampirinya.
"Good evening Ma'am," sapa Kayla saat akhirnya menduduki kursi di hadapan guru wanita bersetelan blazer coklat serta kacamata modis bertengger di hidung bangirnya. Perawakannya masih terbilang muda, juga rambut coklat alami miliknya yang dikuncir kuda.
"Oh? Finally, saya nungguin kamu daritadi." Ms. Laila, biasa dipanggil begitu oleh murid NIS, tersenyum menyambut kedatangan Kayla. Fokusnya teralihkan dari tablet di hadapannya.
Kayla hanya bisa terkekeh. Lalu sibuk membuka laptop serta membuka buku latihan soal yang sudah banyak ditempeli pembatas halaman warna-warni. Siang menjelang sore itu, alih-alih langsung pulang setelah bel pulang sekolah berdering, Kayla harus melipir ke study room demi bimbingan olimpiade yang menunggunya.
"Olim-nya kapan deh, Ms? Masih dua minggu lagi kan?" tanya Kayla. Sejak tahun keduanya di NIS, Kayla selalu menjadi langganan sekolah untuk dikirimkan pada olimpiade bidang matematika. Yang herannya, satu perlombaan pun tak pernah meleset jadi juara satu ataupun dua. Maka dari itu, sudah banyak sekali piala atas namanya yang terpajang di lemari pajang yang terletak di aula sekolah.
"Masih dua minggu lagi, tapi Ms mau kalian bener-bener siap sama materinya. Kali ini sekolah Garuda kirim peserta juga." Ms. Laila membalas. Menyebutkan salah satu sekolah berbasis internasional di ibukota yang berkali-kali bersaing dengan NIS dalam hal olimpiade.
"Kalian?" Kayla salah fokus dengan ucapan Ms. Laila. Jadi yang diikutsertakan dalam olimpiade matematika kali ini bukan hanya dirinya?
"Iya, kamu dan satu lagi anak baru. Kenal kan? Ms agak lupa namanya, Jil? Jildan?" ujar Ms. Laila.
Mendengar Ms. Laila yang berbicara soal anak baru, Kayla tidak bisa membayangkan siapapun selain cowok yang tempo hari bersamanya di unit kesehatan sekolah. Buru-buru dia menghapuskan firasatnya, tidak mungkin kan? Sebab kehadiran cowok itu tempo hari benar-benar sempat mengacak hatinya, ya sedikit. Ingat sedikit.
Tetapi mendengar Ms. Laila mencoba mengingat kembali nama siswa yang akan menjadi rekan olimpiadenya, sepertinya firasatnya tak meleset. Terbukti dengan kehadiran laki-laki tinggi yang baru memasuki study room dan berjalan ke arahnya dan Ms. Laila.
Mata Kayla sempat membelalak akibat kaget. Buru-buru dia kembalikan raut wajahnya seperti semula saat Jilanka dengan santainya sudah duduk di kursi sebelahnya. Beda halnya dengan gadis itu, Jilanka berlagak seperti tidak menyadari kehadiran Kayla yang sudah datang lebih dulu. Menyapa Ms. Laila lalu sibuk membuka laptopnya.
"Oh iya, Kayla ini Jilanka, partner olimpiade kamu. Kalian sudah kenal kan?" tanya Ms. Laila guna membuka topik obrolan diantara ketiganya sebelum mulai bimbingan.
Jilanka akhirnya menoleh. Dan untuk kedua kalinya manik mata mereka beradu untuk kurang dari lima detik, sebab Kayla langsung memutus kontak mata mereka dengan cepat. Gadis yang hari ini rambutnya terurai bebas itu mengangguk.
"Sudah kenal, Ms."
Setelahnya bermenit-menit kedepan Ms. Laila habiskan untuk menjelaskan bahan materi yang akan keluar di olimpiade serta menugaskan dua murid di hadapannya sepaket latihan soal pertama. "Ms tinggal dulu ya, thirty minutes and we're gonna check it together."
Tiga puluh soal berisi angka dan huruf diselesaikan dalam waktu tiga puluh menit, sebenarnya hal biasa bagi Kayla yang sudah berkali-kali mengikuti bimbingan olimpiade. Sore itu fokusnya entah pergi kemana, berkali-kali mencuri pandang ke laki-laki di sebelahnya yang tenang-tenang saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Narawangsa
FanfictionMenjadi keluarga yang termasuk dalam jajaran crazy rich tidak selamanya menyenangkan. Lika-liku kehidupan yang kejam mulai muncul di dalam keluarga, dan itu tidak bisa diselesaikan hanya dengan uang berapapun nominalnya. Tentang Narawangsa yang sia...