Bag. 1: Rencana

115 17 4
                                    

Esther melirik kembali ponselnya. Gadis itu gelisah, kebiasaannya setelah mendapat kabar kalau ia punya klien baru. Semalam sang atasan mengabari, hari ini dia akan dihubungi oleh manajer salah satu band yang sedang diterpa gosip.

Haduh.

Seharusnya cewek itu bilang pada Mas Keenan selaku atasannya bahwa Esther harus fokus pada Ujian Tengah Semester, dan tidak bisa diganggu. Apalagi saat isu terkait salah seorang personil band itu sedang jadi perbincangan hangat. Seharusnya Esther tau, ini bukanlah waktu untuk bersantai.

Tapi, masa sih personil band yang itu?

Kata itu merujuk pada seseorang yang ia kenali, bukan untuk dihindari tapi kebayang gak sih kalau sang penyewa jasanya sudah kenal duluan?

Esther menjambak sedikit rambutnya.

Gundah, frustasi, panik.

Gimana caranya menghadapi klien pacar sewaan kalau sang klien adalah orang yang ia kenal?

Walaupun belum sedekat itu, tapi pasti malu.

Drrrt! Drrrrt! 

Lamunan Esther buyar kala beberapa notifikasi masuk bersamaan dengan nama grup yang baru ia lihat pun muncul di layar ponselnya.

PROJECT TIGA BULAN (3).


Esther sukses mendelik.

Nama serta total anggota grup yang ia lihat membuatnya semakin gugup, Esther buru-buru mematikan layar ponsel kembali. Belum berniat untuk membaca, hingga sebuah pesan membuat ponselnya menyala lagi.

Sam: Halo, Esther, saya Sam selaku Manajer dari band Dusk Shadow. Grup ini dibuat agar memudahkan saya share jadwal Dusk Shadow yang mungkin kamu butuhkan dalam tiga bulan ini terkait salah satu personil kami yaitu Manu.

Sam: Silahkan kalian boleh kenalan dulu, jangan canggung ya nanti chemistry nya ga dapet, sayang uang si bos.

Jemari sang gadis yang masih berada di kepala semakin menggenggam erat sejumput rambutnya. Ia gugup bukan main. Satu tangannya yang bebas digunakan menggulir layar ponsel hanya untuk melihat anggota grup tersebut: Sam dan Manu.

Sam: Hari ini meeting dulu ya di studio, bahas apa yang harus kalian lakuin sebagai partner.

Sam: Ditunggu jam 4 sore.

Sam: Esther tau kan tempatnya?

Belum selesai dengan keterkejutannya, sang manajer Dusk Shadow sudah mengirim pesan kembali. Esther menempelkan pipi di atas meja belajar, ia benar-benar akan mati kutu.

Manu memegang ponsel dengan tangan kiri dan sebelah tangannya lagi digunakan untuk menggenggam sebotol air mineral yang tadi ia minum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Manu memegang ponsel dengan tangan kiri dan sebelah tangannya lagi digunakan untuk menggenggam sebotol air mineral yang tadi ia minum. Dirinya baru selesai berlatih di studio untuk persiapan album baru. Cowok itu mengernyitkan dahi, membaca nama grup yang terpampang jelas dengan huruf kapital di sana: PROJECT TIGA BULAN (3).

Manu kontan menoleh pada Sam yang berada tak jauh darinya. "Apaan nih?"

Sam tersenyum lebar lalu terkikik, merasa lucu melihat temannya diterpa gosip sampai harus disewakan pacar karena para gadis sudah merasa takut duluan untuk berhubungan lebih jauh dengan Manu. Sam mengedikkan dagu, melirik ke arah ponsel yang Manu pegang. "Baca lah."

Matanya dengan cepat membaca isi pesan yang dimaksud Sam lalu menghela nafas masih tidak habis pikir. 

"Rumah dia deket dari sini, jemput apa gak usah ya?" tanya Manu sembari menempatkan diri untuk duduk di sebelah Radika, sang vocalist dalam band yang entah bagaimana sedikit membawa petaka bagi Manu.

"Jemput dong, A." Radika atau akrab yang akrab dipanggil Dika itu mengerling manja hingga membuat Manu meraup wajah pemuda itu dengan tangan besarnya.

"Jemput aja, Ming. Emang lu kenal?" Joshua yang tadi sibuk dengan gitar pun ikut menjawab.

Manu dengan mantap mengangguk sebelum akhirnya menjawab. "Kenal, makanya gue pilih dia jadi partner tiga bulan."

Fauzi yang tadi masih memainkan stik drumnya juga tak tahan ikut berkomentar. "Orang gila, nyari jasa sewaan kok sama yang udah kenal," katanya sambil menggelengkan kepala tidak habis pikir.

"Kan gue mikir biar chemistry nya dapet," ujar Manu tidak mau kalah sembari mengirimkan pesan elektronik kepada Esther, seseorang yang ia pilih sebagai partner.

"Emang gila," celetuk Radika lalu menambahkan dengan cepat, "Yaudah mending jemput aja, biar chemistry nya dapet."

Ada beberapa alasan mengapa Manu memilih gadis itu meski katalog yang ia lihat sebelumnya memperlihatkan talent lain yang mungkin lebih cantik dari Esther. Namun entah mengapa, Manu rasa akan lebih nyaman jika melakukan sandiwara dengan orang yang sudah ia kenal.

Sembari menunggu balasan dari sang partner, ia ikut meramaikan obrolan dengan anggota bandnya yang lain. Masih seputar album terbaru mereka yang sedang dalam tahap rekaman.

Esther : Iya rumahnya masih yang dulu. 

Esther : Ngapain dijemput kak?

Melihat ada balasan, tanpa basa-basi cowok itu mengirim balasan pada Esther.

Sebenarnya dia malas sekali jika harus settingan seperti ini, memangnya ia gak laku......?

Manu menggelengkan kepala tidak habis pikir dengan ide ajaib atasannya.

Namun mau bagaimana lagi, Esther sudah dibayar dan hanya melakukan pekerjaannya jadi Manu tidak ada hak untuk protes. Entah dia harus senang atau sedih tidak menyandang status jomblo lagi dalam tiga bulan.

WONDERWALL | MINGYUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang