Rules:
1. Harus hang-out di publik minimal seminggu tiga kali.
2. Manu harus post story yang menunjukan punya pacar (foto/video).
3. Esther harus menonton Dusk Shadow setiap tampil di Jakarta.
4. Jangan lupa untuk terlihat mesra di depan publik.
5. Selesaikan konflik pribadi secara baik-baik dan tidak mencampurkan masalah pribadi yang dapat membuat kontrak terganggu.Esther bergidik membaca rules yang dibagikan Sam. Memang sih dengan klien sebelumnya Esther juga diberi rules atau aturan saat menjadi pacar sewaan, tapi biasanya mereka hanya membuat daftar secara kasar. Tidak serapih chat manajer Dusk Shadow yang kini sedang Esther baca.
Persyaratan yang diajukan Sam malah tergolong sedikit dibandingkan request aneh dari klien Esther sebelumnya.
Kali ini Esther sedang berjalan menuju backstage dari venue yang akan dipakai oleh Dusk Shadow esok hari. Hari ini mereka memutuskan untuk melakukan gladi resik, dan Esther diminta Manu untuk datang karena mereka berencana untuk mengunjungi mall terdekat. Mencari makan sekaligus menciptakan rumor.
"Hey, Babe." Manu dengan postur yamg tinggi tegap tiba-tiba sudah berada di sebelah Esther. Suara Manu membuat Esther bergidik walaupun sangat tersirat candaan dari panggilan tersebut.
Manu terkekeh mendapati wajah Esther yang nampak terkejut saat menoleh padanya. "Santai, itu tadi latihan," ucap Manu seraya mengangkat kedua tangannya sebagai tanda perdamaian.
Esther mendengus, kemudian membalas seraya melanjutkan langkahnya, "kasih aba-aba dulu dong kak kalau mau begitu."
"Loh kenapa? Karena aslinya lo gampang baper sama cowok ya?" tanya Manu lagi, kali ini sudah mengekori langkah gadis itu.
Esther menaruh tas pada salah satu kursi yang kosong di sudut ruangan, spot nyaman untuk menunggu Manu latihan. "Menurut lo, lo ganteng gak kak?" Bukan menjawab, Esther malah melontarkan pertanyaan.
Pertanyaan tersebut kontan membuat kening Manu berkerut. "Hah? Kata orang sih ganteng. Gue gak mau geer," jawab Manu.
"Nah itu!" Esther menjentikkan jarinya di depan Manu. "Gue gak suka cowok ganteng, tenang aja. Gue juga yakin tipe lo itu bukan gue?"
Manu mengerjap, tidak menyangka akan jawaban gadis di depannya. "Hm? Masa?" Nada mengejek sangat kentara dari pertanyaan pemuda itu.
'Ya kalau gue gampang baper, gue udah resign dari gf rent ini, Kak.' Esther membatin.
Manu tertawa kemudian menepuk lembut bahu Esther karena tidak mendapat jawaban atas ejekannya barusan. "Tunggu sini bentar ya, paling 20 menit lagi selesai."
Esther mengangguk dan memberi isyarat 'OK' dengan telunjuk dan ibu jari kepada Manu yang membuat pemuda itu berlari kecil ke tempat teman-temannya menunggu.
"Gimana, Est? Udah kenalan sama yang lain kan?" Sam menghampiri Esther yang sedang duduk sendiri sambil menggulir layar ponsel saat Dusk Shadow sudah bersiap untuk pulang.
Esther mengangguk. "Ini kalau di depan crew, aku juga harus on action kak?"
Sam nampak berpikir. "Kalau bisa sih iya ya, Est. Kan kita gak tau nanti penyebar rumor ada dimana. Tunjukin aja chemistry kalian. Lagian udah kenal sama Manu, berarti gampang kan?"
Esther meringis namun kemudian mengangguk.
"Kalau Manu susah diajak kerja sama, bilang gue aja. Nanti gue yang bilang. Dia emang anaknya suka tengil aja." Sam melanjutkan kembali setelah membaca raut wajah Esther yang nampak ragu.
Esther tertawa canggung namun kemudian mengiyakan. "Haha. Siap Kak!"
- - -
Manu dengan kakinya yang panjang berjalan lambat-lambat agar bisa mensejajarkan langkah dengan Esther ketika mereka berdua berjalan mengitari mall untuk mencari makan. "Mau makan apa?" tanya Manu seraya menoleh pada Esther. "Gak menerima jawaban terserah."
Esther mengacungkan ibu jari sebagai jawaban dan kemudian Esther menjatuhkan pilihan pada Restoran Jepang. Restoran dengan pengunjung muda-mudi paling banyak agar pekerjaannya tidak sia-sia.
Mereka duduk bersisian, kata Manu sih biar lebih memudahkan untuk gimmick. Hingga tiba-tiba saja Manu menggeser posisi, menghadap Esther yang berada di sisi kirinya.
Esther mengkerutkan kening yang langsung mendapatkan jawaban dari Manu. "Ada kamera," ucap Manu seraya merapihkan anak rambut Esther. "yang ini enak, cobain deh." Manu melanjutkan agar percakapan mereka terlihat lebih natural, kemudian menunjuk menu ayam katsu dengan kuah kari yang berada di meja.
Meski Esther tidak tau dimana letak kamera itu, dia tetap mencoba memperhatikan Manu, menatap lekat kedua mata Manu bergantian lalu merengut lucu. "Suapin," pinta Esther.
Manu membalas tatapan gadis di depannya, menatap Esther lalu terkekeh. "Oh ternyata lo bisa minta yang kaya gitu juga?" tanya Manu lalu menyuapkan Esther satu potong kecil ayam.
"Awas baper sama orang ganteng." Manu melanjutkan seraya mengusap lembut sudut bibir Esther setelah pemuda itu menyuapinya, memastikan tidak ada sisa makanan yang tersisa di sudut bibir sang gadis.
Esther mendelik. "Narsis!"
"Coba kita buktiin apa bener lo gak suka orang ganteng." Manu masih melanjutkan, kali ini dengan senyum mengejek.
"Kalau ternyata lo yang baper gimana?" Esther balik melempar pertanyaan.
"Yaudah, gue bakal gangguin lo sampe bosen," ujar Manu santai.
Esther memutar bola matanya. "Terdengar tidak menguntungkan."
Manu tertawa kemudian berkata kembali, "Kalau gue yang kalah, gue traktir makan. Sebulan full."
Esther mengetuk dagunya dengan telunjuk kemudian ikut mengusulkan sesuatu, "Kalau gue... Gue kabulin satu permintaan lo. Tapi jangan susah-susah."
"Apa aja?"
Esther mengangguk mengiyakan. "Iya, apa aja. Asal jangan minta rumah atau barang branded."
Manu terkekeh kemudian mengulurkan tangan yang dijabat oleh Esther sebagai jawaban. "Deal! Omongan tadi gak bisa dicabut."
"Deal."
KAMU SEDANG MEMBACA
WONDERWALL | MINGYU
ChickLitMiguel Abimanu Pratama, terkenal sebagai bassist dalam Band Dusk Shadow yang memiliki kesan dingin dalam setiap penampilannya di atas panggung. Pemuda yang akrab disapa Manu itu tidak pernah digosipkan dekat dengan wanita manapun karena merupakan an...