Bab 14: Semangkuk Sup

19 6 2
                                    

“Jangan mendekat!” Yelena memperingatkan. Pandanganya buram, tapi ia bisa memastikan jika Dean akan mendekatinya.

Dean meluruskan tangannya ke depan, membuat Yelena diam di tempat. “Jadi kau berpikir jika aku akan menciumku?” dia membisikkan kalimat yang membuat bulu kuduk Yelena meremang.

Dua detik kemudian Dean tertawa terpingkal-pingkal. “Kau terlihat lucu sekali saat ketakutan.”

Yelena kesal bukan main. Ingin sekali dirinya memukul perut Dean atau menendangnya hingga tawanya berhenti. Namun ia tak bisa melakukannya sekarang, tubuhnya terlalu lemah untuk mengeluarkan energi sebesar itu. Ia memutuskan untuk bangkit dan segera kembali ke tempat tidur. Ia sudah melupakan rasa hausnya.

Dean menyeka air mata yang keluar karena tertawa. Dia berhenti tertawa ketika Yelena berdiri dan masih memasang wajah ketakutan. “Tenang saja, aku tidak akan melakukan hal itu.”

Dean berjongkok di dekat Yelena. “Naiklah, akan kugendong sampai kamar.”

Yelena menggeleng. Itu tindakan kekanak-kanakan.

“Ayo!” Dean menarik tangan mantan istrinya itu. “Aku janji tidak akan menceritakan kejadian ini kepada siapapun termasuk Ichiro.”

Yelena tidak menjawab. Ia memilih berjalan pelan untuk mendekati tangga daripada harus digendong oleh mantan suaminya itu. Sesaat setelah sampai di ujung tangga, keseimbangannya goyah. Dengan sigap Dean menahan tubuh Yelena.

“Keras kepalamu tidak pernah berubah.” Dean memaksa Yelena untuk menaiki punggungnya. Dia menggendong mantan istrinya menaiki tangga.

Yelena secara terpaksa menerima bantuan Dean. Perjalanan menaiki lima belas anak tangga terasa sangat lama. Ia merasakan canggung yang luar biasa, detak jantungnya berpacu. Ia berharap mantan suaminya tak menyadari hal ini.

“Seharusnya kau membangunkanku. Tak perlu sungkan. Lagipula kau sudah menyediakan tempat tinggal untukku. Anggaplah ini sebagai balasan,” ujar Dean.

Yelena memilih diam. Ia merasakan tubuh pria ini masih sama seperti dulu. Gaya bicaranya, keramahannya, perhatiannya, bahkan tingkat humornya masih sama. Sebelum semuanya terenggut oleh Dini.

Mereka sampai di kamar. Dean menurunkan Yelena di ranjang lalu menyelimutinya. “Aku tau kau haus, biar kuambilkan air,” ucapnya. “Oh ya! Kau belum makan sedari kemarin. Bagaimana jika kubawakan sup hangat?”

“Tidak! Aku tidak lapar.” Tepat setelah Yelena menolak, perutnya berbunyi nyaring hingga terdengar oleh Dean.

Memalukan! Kenapa harus sekarang! Yelena sedikit sebal, tubuhnya tidak mau diajak berkompromi. Ia yakin wajahnya terlihat merah seperti tomat.

Dean tertawa kecil. “Akan kubawakan sup hangat dan segelas air. Tunggu, ya.”

Pria itu pergi dari kamar ini menyisakan Yelena yang sedang dilanda malu yang luar biasa. Matanya menangkap ponselnya yang tergeletak bersama dengan ponsel milik Dean di Nakas. Sedetik kemudian ada perasaan yang mengganjal di hati Yelena.

“Jangan-jangan dia memotretku saat sedang tidur! Aku harus memeriksanya.” Ia mengambil ponsel Dean, berharap benda kotak itu tidak memiliki tingkat keamanan tinggi. Ia tak mau dibuat penasaran dengan isi ponsel itu.

“Semoga dia tidak mengunci ponsel ini dengan password atau pola tertentu!”

Ponsel Dean tidak dipasang keamanan tingkat tinggi. Layarnya hanya perlu digeser ke samping dan Yelena sudah bisa membuka ponsel itu.

Hal pertama yang dicari adalah file foto. Dengan gerakan cepat, Yelena bisa memeriksa jika di ponsel itu terdapat sekitar 5253 foto.

Yelena terfokus dengan folder yang berisi foto terbaru. Setidakanya dalam tujuh hari ini ada 235 foto yang ditampilkan. Ia harus cepat memeriksa foto-foto itu sebelum sang pemilik ponsel datang.

25 Days To Stole Your Heart [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang