ॆ Open Invitation

2.8K 249 34
                                    

Take me down

.
.

Warn! Crossdress! 🌹
.

"Nona Park hari ini memakai heels merah. Dia sangat indah dan seksi, bagaimana ini? Aku bahkan tidak bisa iri."

"Nona Park kemarin membuat satu orang pegawai lagi dipecat karena melecahkannya."

"Nona Park berhasil meyakinkan pimpinan GQ yang rewel dan kejam untuk rapat mendadak."

"Nona Park itu panutanku!"

"Nona Park dan direktur Kim sangat dekat kan? Aku mendukung mereka bersatu!"

"Direktur Kim yang mana?"

"Tentu saja Kim Hongjoong, putra Direktur Utama Kim."

Hongjoong yang mendengar itu semua mendengus, dia sudah tidak asing lagi mendengar para pegawai laki-laki maupun perempuan, membicarakan Seonghwa, pria bersurai pirang itu bosan.

Hongjoong meninggalkan antrian makannya, memilih untuk memgambil sebuah soft drink dan beberapa makanan ringan untuk dibawa kembali ke ruangan.

"Eh eh, itu Nona Park. Astaga! Cantik sekali."

"Lihat wajahnya, begitu tegas."

"Aw, hiks. Nona Park!"

"Di kehidupan sebelumnya dia seorang dewi atau bagaimana sih."

Telinga Hongjoong kembali panas karena lagi-lagi harus mendengar pembicaraan tentang Seonghwa, yang kini orangnya tengah berjalan melewati kantin bersama dengan Direktur Utama untuk rapat berkedok makan siang di luar.

Hongjoong melengos, cepat-cepat meninggalkan kantin. Dia akui, Seonghwa memang luar biasa indah, parasnya elok, tubuhnya langsing semampai, otaknya sungguhan cerdas, dan yang paling menawan adalah sikapnya, perempuan itu selalu sangat baik tapi bukan lemah seperti tokoh-tokoh protagonis kisah nyata.

Tidak ada yang salah, skretaris ayahnya itu malahan amat sempurna, masalahnya adalah Hongjoong sudah jenuh disanding-sandingkan terus dengannya.

.
.

Tok tok

Seonghwa mendongak mendengar pintu ruangannya diketuk dan terbuka. Seonghwa terkekeh geli melihat sosok sahabatnya berdiri menyender pada daun pintu yang terbuka, sedikit mendongakkan kepala dengan mata terpejam, kedua tangan bersedekap di dada.

"Sok keren." Komentarnya.

"Tck." Laki-laki itu menyudahi posenya dan berjalan menuju Seonghwa.

"Kenapa belum beres-beres, kau mau lembur?"

Seonghwa segera memutus pandangannya dan beralih menata beberapa barang. "Oh. Tidak, Hongjoong."

"Kau terlihat frustasi sekali tadi, ada apa? Bos minyak dari Arab itu mengamuk?" Pasalnya, ketika Hongjoong datang, wanita di depannya itu duduk tegang di kursi dengan kedua telapak tangan menyangga kepalanya, terlihat sekali banyak pikiran.

Seonghwa menggeleng, "Aku memang sedang stress, tapi bukan karena itu. Mau temani aku ke bar malam ini?"

"Tentu." Anggukan di dapat Seonghwa.

"Ayo Tuan Putri." Hongjoong mengulurkan tangannya pada sang sahabat, yang lalu malah ditepisnya.

"Apa sih ah." Katanya judes sembari berjalan mendahului.

.
.

"Cukup, Hwa." Tangan Hongjoong merebut botol alkohol dari tangan Seonghwa yang hendak kembali menuang.

"Umhh, tidak! Cepat kembalikan." Kedua tangan Seonghwa terangkat ingin menggapai tapi Hongjoong tidak membiarkannya berhasil.

"Lihat dirimu, sebentar lagi pasti pingsan. Sudah, sekarang cerita saja sebenarnya kau kenapa." Kesal Hongjoong.

Seonghwa merengut, menenggelamkan dirinya pada lengannya yang tertekuk di meja, sedetik kemudian Hongjoong mendengar tangisan.

"Aku dijodohkan! Huwaaaa."

"Eh astaga." Terkejut Hongjoong akan raungan Seonghwa yang tiba-tiba. Tangan Hongjoong berpindah pada kepala Seonghwa yang dihiasi rambut hitam panjang yang berkilau, menepuk-nepuknya kecil berusaha memberikan ketenangan.

"Aku tidak mauuuuu hiks Hongjoong!"

"Iya, aku mengerti." Tanggap Hongjoong seadanya.

"Dia laki-laki, aku tidak mau! HUWEEE." Mendengar kalimat Seonghwa yang baru saja membuat Hongjoong kebingungan, dahinya telah mengerut dalam.

"Uh? Jadi kau maunya perempuan?"

"Iya! Kalau bisa yang hiks cantik dan hiks pintar!" Seonghwa masih belum mengangkat kepalanya.

"Kau... Lesbian?" sebelah alis Hongjoong terangkat, bertanya ragu, tak menyangka Seonghwa yang dikiranya heteroseksual ternyata sama seperti dirinya yang lebih menyukai sesama jenis.

Tidak ada jawaban dari Seonghwa, wanita itu hanya terus menangis sampai beberapa menit kemudian tidak ada suara lagi. Seonghwa tertidur.

.
.

Hongjoong menjatuhkan tubuh Seonghwa pada ranjangnya, pria itu malas mengantar si cantik kembali ke rumahnya yang jauh dan memilih membawanya ke apartemennya.

Setelahnya Hongjoong pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Saat kembali, dia harus dikagetkan dengan adegan Seonghwa yang tengah membuka kancing bajunya.

"E eh, Hwa!"

Tapi Seonghwa dengan sedikit kesadaran tidak mempedulikan Hongjoong, dia melepas kemeja dan roknya. Hongjoong sudah akan berteriak lagi saat Seonghwa membuka branya, tapi tidak jadi karena Demi Tuhan! Apa itu?!

Selepas bra itu, payudara Seonghwa juga hilang. Hongjoong shock di tempatnya, mata dan mulutnya terbuka lebar.

Sementara Seonghwa benar-benar mabuk, setelah melepas branya dia kembali memakai kemeja putihnya dan masuk ke selimut, kembali tidur.

"Apa-apaan?!" Hongjoong masih dengan segala perasaan yang berkecamuk. Dia mendekat dan mengamati bra yang baru saja di lempar semabarangan oleh si cantik ke lantai, ituu... bra yang sekaligus payudara palsu. Maksudnya, yang berisi dan montok itu branya bukan dada Seonghwa!

Dia lalu menyusul menaiki ranjang, membuka selimut demi mengamati tubuh Seonghwa. Dadanya datar, dan di selangkangannya... ada tonjolan. Hongjoong memutuskan untuk menyentuhnya demi memastikan, dan..

"Oh astaga, dia laki-laki. Pantas saja merasa begitu tertekan dengan perjodohannya."

"Persetan, Hwa. Kau harus menjelaskan semuanya padaku besok." Setelahnya Hongjoong memasang kembali selimut pada tubuh Seonghwa, dan ikut membaringkan diri di sebelahnya.

'Kita sama-sama laki-laki', pikir Hongjoong.

.
.

Keesokan paginya ganti Seonghwa yang terkejut, ketika membuka mata wajah Hongjoong yang tengah menatapnya lah yang tersaji di hadapannya. Dia otomatis menarik diri untuk menjauh sampai hampir terjatuh dari ranjang jika saja Hongjoong tidak cepat menarik tangannya.

"Santai dong, Hwa."

Seonghwa menutup matanya, sebelah tangannya memijat kepalanya yang masih nyeri akibat minuman keras semalam.

Di saat itu, satu tangan Hongjoong meraba dada putih Seonghwa. Seonghwa menepis kasar tangan Hongjoong, tersadar dan matanya melotot.

Dia refleks bangun, mengeratkan kemejanya untuk menutupi dadanya.

Di sisi lain Hongjoong hanya terus menatap Seonghwa, satu tangannya telah menyangga kepala.

"Aku butuh mendengar penjelasan, kan?"

"Uu-uh itu." Seonghwa, kelabakan.

.
.

Tbc

The Only Guy That Gets to Date MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang