On collaboration with Wahahaha_20
"Onee-chan!!" Mina berlari menghampiri Jeongyeon yang sedang duduk bersandar di pohon sambil memegang bukunya.
"Hup!" Mina melopat dan memeluk Jeongyeon dengan semangat.
"Mina-chan, kamu manja sekali sih." Jeongyeon tersenyum sambil memeluk Mina.
"Onee-chan baca apa?" Tanya Mina.
"Aku baca novel." Jawab Jeongyeon.
Minapun membenarkan posisinya dan duduk diatas pangkuan Jeongyeon. Mereka berdua bersantai dibawah pohon yang begitu rindang. Siang itu seperti biasanya Jeongyeon selalu menemani Mina bermain di taman rumah. Saat matahari terbenam, Jeongyeon dan Mina kembali kerumah. Saat makan malam, Akira keluar dari labnya dan makan bersama dengan kedua anaknya.
"Terima kasih bibi Satome." Ucap Jeongyeon pada pembantu rumah tangga keluarga Myoui.
Akira mengajak Mina dan Jeongyeon mengobrol ringan. Jeongyeon betul betul tak melihat Akira yang ia lihat semalam. Saat ini Akira benar benar ramah dan murah senyum. Senyumannya juga begitu tulus, tidak seperti di lab semalam. Akira terlihat begitu menyeramkan dan sadis. Ia menyiksa Jeongyeon sampai dini hari lalu setelah itu membawa gadis kecil itu kembali ke kamar. Jeongyeon hampir mengira semua itu mimpi. Ia sama sekali tak memiliki bekas luka apapun. Tapi sakit bertubi tubi yang ia rasakan terasa begitu nyata. Ia masih begitu ingat bagaimana Akira memotong jari jari kecilnya dengan tang, rasa ketakutan saat semut semut api dimasukan ke dalam telinganya, bahkan teriakannya sendiri pun masih bisa ia dengar di kepalanya.
Rumah keluarga Myoui memanglah begitu besar dan lab Akira berada di basement rumah yang cenderung kedap suara. Hal itu membuat teriakan dan permohonan ampun Jeongyeon hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri dan Akira.
"Jeongyeon-chan, setelah makan datanglah ke lab oto-san ya. Oto-san menyiapkan permainan baru." Ucap Akira dengan senyum iblisnya.
"Main? aku juga mau!!" Ucap Mina.
"Aniyo, anak kecil tidak boleh ikut." Ucap Jeongyeon.
"Hmm waeyo? Jeongyeon unnie bukankah masih kecil juga?" Tanya Mina.
"Permainan ini khusus anak diatas 10 tahun, kau tidak boleh ikut, kau masih 8 tahun." Ucap Jeongyeon.
Jeongyeon merasa kebingungan mengapa ia mengatakan itu. Dalam dirinya ia benar benar ingin kabur. Ia ingin pergi sejauh mungkin dari monster itu. Namun ia begitu takut, ia takut jika ia pergi, Minalah yang akan dijadikan kelinci percobaan Akira.
"ARGHHHHHHHH!!!" Teriak Jeongyeon saat satu tangannya di potong dengan kapak oleh Akira.
"AKHHHH SAKIT SEKALI!!!" Ia merintih hingga kesulitan untuk mengeluarkan isakan tangisnya. Air matanya hanya mengalir begitu saja seakan teriakannya yang memenuhi ruangan itu.
"Wahh sepertinya aku tidak salah membeli bangku. Tangan mungilmu terbelah, tapi kapaknya malah menempel di bangkunya hahahaha." Tawa Akira.
"Akh sial! sakit sekali!" Lirihan Jeongyeon tak berhenti sedikitpun. Ia ingin teriak, namun tenggorokannya sudah terlalu sakit, tapi bila ia tidak teriak, ia yakin giginya akan hancur karena menahan rasa sakitnya.
Tiap malam, dalam 7 tahun. Siksaan demi siksaan diterima oleh Jeongyeon. Hal itu dilakukan Akira dengan alasan akan membuat Jeongyeon mati rasa. Tapi gadis yang sekarang sudah dewasa pun masih berteriak dengan cara yang sama. Setiap malam tanpa henti. Alih alih membiarkan Jeongyeon tidur, Akira memberikan Jeongyeon sebuah infus yang selalu ia suntikan pada Jeongyeon tiap malam.
Tanpa Jeongyeon ketahui, infus itu berisi cairan ciptaan Akira yang ia namakan 'slave liquid'. Diberi nama demikian karena dengan memasukan cairan itu ke tubuh subjek mutan, subjek tersebut akan menganggap pemberi cairan itu sebagai tuannya. Akira menciptakan itu untuk menghindari subjek kabur, mengamuk, atau berkhianat. Dengan tubuh Jeongyeon yang diberi cairan itu, ia takkan mampu melakukan hal yang ia inginkan walaupun ia sangat menginginkannya. Fungsi cairan itu seperti tali pada hewan peliharaan. Bahkan bagi Jeongyeon, akan lebih enak menjadi hewan peliharaan yang setidaknya mendapat kasih sayang.
Selama 7 tahun hidup dalam penderitaan, hanya ada satu sosok yang selalu membuatnya bertahan. Sosok gadis kecil yang sekarang sudah tumbuh menjadi gadis remaja yang begitu cantik. Gadis yang Jeongyeon sayangi mati matian. Gadis yang selalu memeluknya dan bermanja padanya.
"Onee-chan!" Panggil Mina.
Jeongyeon tersenyum sambil menatap kedatangan Mina.
"Selamat ulang tahun!" Ucap Mina sambil memeluk Jeongyeon.
"Eoh? kau mengingatnya?" Tanya Jeongyeon.
"Tentu saja aku ingat!" Angguk Mina.
"Baiklah, terima kasih Mina-chan." Jeongyeon tersenyum sambil menepuk nepuk kepala Mina dengan penuh kasih sayang.
"Aku tadi lihat onee-chan berjalan dengan seorang gadis disekolah. Siapa itu?" Tanya Mina.
"Huh? ah itu temanku." Jawab Jeongyeon.
"Teman? Aku tidak tau onee-chan punya teman. Bukankah onee-chan tidak pernah mau berbicara dengan siapapun disekolah?" Tanya Mina.
"Aniyo, aku tidak seburuk itu." Elak Jeongyeon.
"Lalu dia itu siapaaa?" Tanya Mina.
"Temanku." Jawab Jeongyeon.
"Jujur!!" Paksa Mina.
"Jeongyeon-chan!" Panggil Akira dari jauh.
"Hai, oto-san." Jeongyeon menoleh.
"Kemarilah." Perintah Akira.
"Sesore ini?" Gumam Jeongyeon.
Jeongyeon pun berjalan menuju ke tempat Akira berdiri.
"Onee-chan, sebenarnya melakukan apa sih setiap malam bersama oto-san?" Tanya Mina yang membuat Jeongyeon berhenti berjalan.
"Tidak ada, aku hanya membantu oto-san di lab." Bohong Jeongyeon.
"Membantu apa? kenapa setiap malam aku melewati pintu basement, samar samar selalu ada teriakan ne-chan?" Tanya Mina.
Jeongyeon pun berbalik.
"Apa yang kau lakukan malam disekitar pintu basement?" Tanya Jeongyeon.
Mina maju lebih dekat kearah Jeongyeon.
"Selama 7 tahun kebelakang, apa yang onee-chan lakukan setiap malam di dalam basement? mengapa onee-chan tidak pernah tidur malam?" Selidik Mina.
"Jeongyeon-chan!" Panggil Akira.
"Hai, oto-san!" Sahut Jeongyeon.
"Aku tidak melakukan apa apa, jangan mengada ngada." Jeongyeon pun berbalik dan berlari kecil menuju ke arah Akira.
"Mengapa kau selalu menganggap aku ini adik kecilmu? kau pikir aku tak tau apa yang ada dibawah sana? aku tau apa yang dilakukan ayahku padamu. Pertanyaanku selalu sama hingga saat ini. Mengapa kau hanya diam? mengapa kau tidak kabur saat bertahun tahun disiksa seperti ini? rumahku adalah neraka bagimu." Lirih Mina.
Belum lama ini saat Mina terbangun dari tidurnya karena mimpi buruk, ia pergi ke kamar Jeongyeon karena hendak tidur bersama kakaknya itu, namun kosongnya kamar Jeongyeon dan teriakan samar samar dari bawah, akhirnya membuat Mina penasaran. Hari itu Akira lupa mengunci pintu basement. Itu menjadi peluang Mina untuk masuk ke lab ayahnya setelah sekian lama.
Lab itu ternyata berisi bermacam macam alat dan ramuan. Ia juga melihat binatang seperti kodok dan tikus yang dijadikan bahan penelitian. Namun suara teriakan kembali terdengar dan ternyata berasal dari ruangan dibalik jeruji besi yang ia lihat didepannya. Teriakan itu begitu keras dan menyayat hati. Ia dapat melihat Jeongyeon disiksa habis habisan oleh ayahnya yang terlihat begitu senang. Setiap bagian tubuhnya dipotong, itu akan kembali tersambung. Begitu terus hingga Jeongyeon pingsan karena kesakitan.
Mina segera berlari kembali ke kamarnya dan menangis sejadi jadinya. Hal yang baru saja ia ketahui setelah sekian lama membuatnya bergetar ketakutan dan merasa begitu bersalah pada Jeongyeon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Topology
FanfictionFull chapter. Kisah anak panti asuhan yang dijadikan subjek percobaan seorang profesor gila. DISCLAIMER! Bila ada kesamaan cerita, alur, watak, dan tokoh ada cerita ini, murni kebetulan. Cerita ini murni dari ide, hayalan, pemikiran dan imajinasi pe...