Saved

587 111 7
                                    

On collaboration with Wahahaha_20

Beberapa jam sebelumnya...

"Bantuan apa?" Tanya Sana.

"Aku harus menolong seseorang. Aku butuh kendaraan dan peledak." Pinta Jeongyeon.

"Peledak?" Tanya Sana.

"Kau familiar dengan daerah red distrik bukan? bawa aku ke tempat broker black market." Pinta Jeongyeon.

"Aku tak yakin aku bisa membawamu kepadanya." Ucap Sana.

"Mengapa?" Tanya Jeongyeon.

"Dia bukan orang yang suka dikunjungi. Aku akan minta dia ke sini." Ucap Sana sambil meraih ponselnya.

"Kau dekat dengannya?" Tanya Jeongyeon.

"Dekat? dia kakak laki lakiku." Ucap Sana sambil menaruh ponselnya di telinga.

"Heol." Jeongyeon menyeringai.

.
.
.

"Apa yang akan kau lakukan dengan peledak itu?" Tanya Sana yang sedang mengemudi mobilnya.

"Ntahlah." Jawab Jeongyeon.

"Katakan saja, apakah kau masuh mau menyimpan rahasia padaku setelah aku mengetahui bahwa kau bukan manusia biasa?" Tanya Sana.

"Kau tau mutan?" Tanya Jeongyeon.

"Mutan? yang seperti di film itu ya? benarkah? kau mutan?" Tanya Sana.

"Yeah." Angguk Jeongyeon.

Jeongyeon pun menceritakan secara singkat mengenai masa lalunya dan apa yang sebenarnya sedang terjadi.

"Jadi apa yang bisa aku bantu selain mengantarmu kesana?" Tanya Sana.

"Saat aku alihkan perhatian orang itu, bawa pergilah Mina sejauh mungkin. Selamat atau tidaknya aku nanti, jangan pikirkan itu. Tolong bawa saja dia ke tempat aman." Pinta Jeongyeon.

"Darimana kau tau tempat mereka berada?" Tanya Sana.

"Mutan selalu terhubung secara batin dengan tuannya." Jawab Jeongyeon.

"Yak.. ini benar benar baru dan mengejutkan bagiku. Aku tak menyangka hal seperti ini benar benar ada di dunia ini." Ucap Sana.

Sesampainya di kawasan rumah Chaeyoung, Jeongyeon dan Sana pun turun dari mobil dan mengendap endap menempelkan bom di sisi sisi rumah. Saat itu Jeongyeon berhenti karena melihat Mina sedang berbicara dengan Chaeyoung. Ia pun mengetuk kaca jendela setelah Chaeyoung pergi dari kamar Mina.

*Tok tok tok

"Jeongyeon!" Panggil Mina pelan.

"Ssstt, kemarilah." Ucap Jeongyeon.

Mina pun membuka kaca jendelanya lalu ia di bantu Jeongyeon untuk keluar melewati jendela. Setelah berhasil keluar, Jeongyeon membawa Mina ke dekat mobil Sana.

"Mina, ini Sana. Pergilah bersamanya, aku yang akan mengurus Chaeyoung." Ucap Jeongyeon.

"Aniyo, aku tak mau meninggalkanmu sendiri, kau bisa mati!" Tolak Mina.

"Percayalah padaku, semua akan baik baik saja." Jeongyeon meyakinkan Mina.

"Aniyo! aku takkan membiarkanmu dibunuh oleh Chaeyoung!" Tolak Mina.

Jeongyeon pun menghela nafasnya lalu memasukan paksa Mina ke dalam mobil lalu dengan cepat Sana menginjak pedal gas dan membawa Mina pergi dari situ dengan cepat.

*flashback off.

"Kemarilah." Mina membawa Jeongyeon untuk bersadar ke pelukannya.

"Mengapa kalian kembali lagi?" Tanya Jeongyeon.

"Pacarmu ini mengancam akan lompat dari mobil jika aku tidak membawanya kembali ke sini." Ucap Sana.

Mina memeluk Jeongyeon dan memendamkan kepalanya di ceruk leher Jeongyeon

"Syukurlah kau baik baik saja." Ucap Mina.

"Semua sudah selesai." Ucap Jeongyeon.

"Bagaimana dengan Chaeyoung?" Tanya Mina.

"Aku membuatnya meminum banyak auxiluret." Jawab Jeongyeon.

"Chaeyoung sekarang-" Ucapan Mina terhenti.

"Yeah, sekarang aku tuannya." Angguk Jeongyeon.

"Lalu apa yang akan kau lakukan padanya?" Tanya Mina.

"Membiarkannya menikmati kehidupannya sendiri." Ucap Jeongyeon.

"Ayo bawa dia ke mobil." Ajak Jeongyeon.

Setelah itupun mereka pulang kembali ke apartment Mina.

"Tanganmu sudah tubuh kembali rupanya." Ucap Jeongyeon.

"Yeah ini membutuhkan beberapa waktu untuk tumbuh." Angguk Chaeyoung.

"Gilgo-dong, rumah susun nonyeong, kamar nomor 304." Jeongyeon memberikan kunci tempat tinggalnya pada Chaeyoung.

"Ne?" Bingung Chaeyoung.

"Tinggalah disitu sampai kau punya uang yang cukup untuk membeli rumah baru." Ucap Jeongyeon.

"Terima kasih unnie." Chaeyoung menunduk.

"Hiduplah dengan baik dan jangan lupa untuk mencari kebahagiaanmu sendiri. Kau layak mendapat kehidupan yang bebas." Jeongyeon menepuk nepuk kepala Chaeyoung.

Chaeyoung pun tersenyum dan langsung memeluk Jeongyeon.

"Maafkan aku, maafkan aku.." Sesal Chaeyoung.

"Pergilah." Angguk Jeongyeon.

Chaeyoung pun pergi dari apartment Mina.

"Chaeyoung kemana?" Tanya Mina yang baru keluar dari kamar mandi dengan bathrobenya.

"Sudah pergi." Jawab Jeongyeon.

"Kau mengusirnya? diakan tidak punya tempat tinggal." Tanya Mina.

"Sekarang dia sudah punya." Jawab Jeongyeon.

"Apa maksudmu?" Bingung Mina.

"Aku ingin mandi." Jeongyeon berjalan meninggalkan Mina sambil membuka kancing kemeja yang ia pakai satu demi satu.

"Mengapa dia selalu saja membuat orang penasaran seperti itu??" Kesal Mina sambil berjalan menuju dapur.

"Aku sangat kesulitan memahami wanita itu setelah sekian lama tak bertemu." Gerutu Mina sambil membuka kulkas.

"Mengapa ia tidak pernah bercerita semuanya dengan lengkap? dia selalu saja membuatku penasaran dan kebingungan." Kesal Mina sambil menyiapkan bahan bahan makanan.

"Menyebalkan sekali sih- HUAA!!" kaget Mina saat Jeongyeon tiba tiba berdiri di belakangnya.

"Apa yang kau lakukan disini?? kenapa bertelanjang?!" Kaget Mina.

"Airnya mati." Jawab Jeongyeon santai.

"Lalu?? pakailah lagi bajumu kalau begitu! jangan bertelanjang begitu, kau membuatku takut." Omel Mina.

*Srett

"Jeongyeon!" Kaget Mina saat Jeongyeon tiba tiba menarik tali bathrobenya.

"Kenapa tidak kau buka saja bathrobemu? dengan begitu kita bisa sama sama melihat tubuh masing masing kan?" tanya Jeongyeon.

"Jeongyeon jangan begini." Mina merasa geli saat tangan Jeongyeon mengelus pinggang polosnya.

Jeongyeon mendekat dan menciumi leher Mina. Reflek tangan Mina pun meraih leher Jeongyeon untuk memeluknya.

"Kau adalah tempat paling nyaman. Tempat dimana aku selalu sadar bahwa aku punya rumah untuk pulang. Satu satunya orang yang berhasil membuat aku jatuh cinta." Bisik Jeongyeon di telinga Mina.


























TopologyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang