On collaboration with Wahahaha_20
Jeongyeon membuka matanya dan menyadarkan dirinya. Ia kebingungan saat menemukan dirinya tertidur duduk dengan tangan yang terikat.
"Mwo??" Bingung Jeongyeon.
"Kau sudah bangun?" Mina memasuki ruangan itu.
"Mina... mengapa aku disini?" perasaan Jeongyeon mulai tidak enak.
"Mari kita bicarakan ini pelan pelan Jeongyeon, jangan mencoba melawan." Perintah Mina.
Jeongyeon terdiam. Ia sama sekali kebingungan dan tidak tau apa yang sebenarnya terjadi. Mina mengambil kursi dan duduk di hadapan Jeongyeon dengan berjarak beberapa meter.
"Aku sudah mencarimu bertahun tahun Jeongyeon. Akhirnya aku menemukanmu." Ucap Mina.
Jeongyeon terdiam sambil menatap Mina.
"Oto-san menyuruhku untuk mencarimu dan menemukanmu." Lanjut Mina yang membuat Jeongyeon terbelalak.
"Ia bilang hanya akulah yang paling kau sayangi dan kau percaya di dunia ini. Jadi hanya aku satu satunya yang bisa menemukanmu dan membawamu kembali kepadanya." Mata Jeongyeon membesar. Ia begitu terkejut dengan fakta yang baru saja dikatakan Mina.
"Tidak mungkin Mina..." Ucap Jeongyeon.
"Ya Jeongyeon, oto-san memintaku untuk membunuhmu." Ucap Mina.
"Ia berkata kalau kau adalah produk gagal yang harus dimusnahkan." lanjutnya.
"Apakah ia ada disini?" Tanya Jeongyeon.
"Aniyo, oto-san sudah meninggal beberapa bulan lalu." Jawab Mina.
"Mwo?" Kaget Jeongyeon.
"Alih alih berkata 'Jaga dirimu Mina-chan' 'aku menyayangimu' 'jadilah anak yang baik Mina-chan.' ia malah menyuruhku untuk menemukanmu." Ucap Mina.
"Aku memang sudah berusaha menemukanmu sejak lama, tapi kematiannya membuatku lebih giat mencarimu. Maafkan aku Jeongyeon tapi kau sudah tidak bisa melawanku." Mina mengangkat botol auxiluret di tangannya.
"I-itu?!" Kaget Jeongyeon.
"Coklat panas, jus buah, dan minuman lain yang ku berikan semuanya mengandung auxiluret. Maafkan aku, tapi sekarang aku adalah tuanmu." Ucap Mina.
"Lalu sekarang apa? kau ingin aku membunuh diriku sendiri?" Tanya Jeongyeon.
"Aniyo. Kau tidak bisa mati semudah itu. Oto-san memberitahuku kalau mutan hanya bisa mati jika dibunuh oleh mutan. Jadi setelah kau pergi dia mengadopsi anak lain dan menjadikannya mutan sepertimu. Namun anak itu tidak di siksa. Ramuan yang diberikan kepadanya membuatnya langsung menjadi mutan sempurna. Seluruh tubuhnya dapat berubah, tidak sepertimu." Ucap Mina.
"Dan sekarang kau membawaku kepadanya?" Tanya Jeongyeon.
"Aniyo, aku menjauhkanmu darinya." Ucap Mina yang membuat Jeongyeon terkejut.
"Aku rasa kau sudah bertemu dengannya dan memberikannya banyak informasi tentangmu. Ia sudah mengetahui segalanya tentangmu, kau sudah tidak bisa pulang, jadi aku membawamu sejauh mungkin kesini." Ucapan Mina membuat Jeongyeon kebingungan.
"Dari dulu aku membenci ayahku karena menyiksamu. Aku sangat mencintaimu, aku tidak mungkin sanggup melihatmu terluka lagi. Aku hanya ingin hidup bahagia bersamamu. Tapi tidak dengan mutan yang satu ini. Ia sepenuhnya dalam kendali ayahku. Auxiluret yang oto-san suntikan, sepenuhnya mengalir di dalam dirinya. Perintah terakhir oto-san sebelum ia meninggal adalah untuk membunuhmu. Ia lebih kuat darimu, tidak akan mungkin untuk kau dapat mengalahkannya. Jadi satu satunya jalan adalah dengan lari sejauh mungkin." Ucap Mina.
"Siapa orang itu?" Tanya Jeongyeon.
"Seseorang yang kau kenal dengan baik." Jawab Mina.
"Lalu mengapa kau memberikanku auxiluret?" Tanya Jeongyeon.
"Agar kau sanggup berlari sendiri walaupun aku sudah tidak bisa kabur lagi. Aku tau kau sangat mencintaiku dan tidak mungkin mau meninggalkanku apapun keadaannya. Tapi sekarang aku mau kau lari sejauh mungkin walau tanpa aku." Jawab Mina.
"Lepaskan ikatan ini." Pinta Jeongyeon.
Mina pun menuruti keinginan Jeongyeon.
"Dasar wanita menyebalkan." Jeongyeon berdiri dari duduknya dan menarik pinggang Mina untuk mencium bibirnya.
"Mhhhhm." Eluh Mina saat Jeongyeon melumat bibirnya.
"Tidak akan ada yang pergi sendirian dan tidak akan ada yang mati. Sedari dulu aku ingin menikmati hidupku bersamamu, dan itu harus terwujud." Bisik Jeongyeon di telinga Mina.
"Jeongyeon-ah.." Ucap Mina.
"Tarik ucapanmu, lekas." Pinta Jeongyeon.
"'Jeongyeon harus menikahi Mina' ayo ucapkan itu saja." Ucap Jeongyeon.
"Aku perintahkan kau untuk menjadi milikku selamanya." Ucap Mina sambil mengalungkan tangannya ke leher Jeongyeon.
"Yeah, itu lebih baik." Jeongyeon tersenyum.
"Wah wah wah.. sepertinya aku mengganggu drama romantis ini." Ucap seseorang dari balkon.
"Siapa itu??" Jeongyeon segera menyembunyikan Mina dibelakang tubuhnya.
"Aku hanya seorang tamu." Sosok itu membuka pintu balkon dan menunjukan dirinya.
"C-chaeyoung?!" Kaget Jeongyeon.
"Aku sangat ingin membunuhmu saat ini, tapi pak tua menginginkan aku untuk menjaga anaknya. Jadi untuk saat ini akan aku bawa wanita cantik dibelakangmu itu." Chaeyoung menunjuk Mina.
"Jangan berani berani kau sentuh dia!!" Marah Jeongyeon.
"Berisik." Dengan cepat Chaeyoung menonjok wajah Jeongyeon dan membuat wanita itu melayang hingga meruntuhkan tembok dan runtuhan itu menimpa dirinya.
"Jeongyeon!!!!" Teriak Mina.
"Sttt, saatnya pergi nona cantik." Chaeyoung menarik Mina dan membawanya pergi.
Chaeyoung merubah dirinya menjadi monster mutan sambil membawa Mina turun melewati luar balkon gedung apartment itu.
.
.
."Ugh.." Jeongyeon terbangun dari pingsannya lalu menyingkirkan pecahan tembok yang menimpanya.
Ia tak merasakan sakit apapun namun ia tiba tiba pingsan setelah ditinju oleh Chaeyoung.
"Sial! dia sangat cepat dan kuat!" Kesal Jeongyeon.
"Aku harus bisa menyelamatkan Mina." Jeongyeon berdiri dari duduknya lalu berjalan menuju kamar Mina.
Ia mengeledah barang barang Mina dan menemukan anti auxiluret dan begitu banyak auxiluret.
"Untuk apa dia menyimpan 2 liter auxiluret? 100ml saja sudah cukup untuk membuatku tunduk padanya." Ucap Jeongyeon.
"Anti auxiluretnya sangat sedikit, semoga ini cukup untuk mengembalikan Chaeyoung." Ucap Jeongyeon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Topology
FanfictionFull chapter. Kisah anak panti asuhan yang dijadikan subjek percobaan seorang profesor gila. DISCLAIMER! Bila ada kesamaan cerita, alur, watak, dan tokoh ada cerita ini, murni kebetulan. Cerita ini murni dari ide, hayalan, pemikiran dan imajinasi pe...