DATE

495 64 8
                                    

***

"Jaemin", Hina menghentikan langkahnya saat jaemin menyebutkan nama koreanya. Saat ini mereka sedang menikmati waktu bersama dengan berjalan-jalan dipinggir sungai han.

"Nama Koreaku... Jaemin", Kata jaemin menjelaskan.

"Ah... Aku terus memikirkannya, siapa jaemin yang jisung sunbae maksud", Hina menganggukan kepalanya berkali-kali.

"Jisung adalah adikku", Hina sontak mendelik dan menatap jaemin tak percaya.

"Aku lebih tua darimu, masih tidak mau memanggilku oppa?", Hina mengalihkan tatapannya dengan salah tingkah. Rasanya masih mengangumkan bisa dekat dengan laki-laki impiannya.

"hmm...O..oppa", Kata hina penuh keraguan.

"Kau bahkan terlihat tidak ikhlas memanggilku", kesal jaemin lalu kembali melangkah mendahului hina.

"O?... Bukan begitu...ah...oppaaa", Panggil hina dengan spontan dan entah kenapa jaemin langsung menghentikan langkahnya dan tersenyum mendengar hina memanggilnya dengan sebutan oppa.

"Panggil lagi", titah jaemin.

"ne?... apa?"

"Oppa... panggil aku oppa lagi", titah jaemin tak sabaran.

"Justin Oppa?.. atau Jaemin oppa?", Tanya hina kembali ragu.

"Jaemin oppa... panggil aku begitu... Jaemin adalah nama pemberian ibuku jadi aku hanya memilih orang-orang yang menurutku pantas untuk menyebut nama jaemin", Hina sontak tersipu malu mendengar penjelasan jaemin.

"Aku sudah memaafkanmu jadi bicaralah dengan nyaman seperti saat pertama kali kita bertemu... jangan menundukkan kepalamu lagi", Jaemin mengusak pelan rambut hina yang sukses membuat hati hina semakin berdebar.

"Oppa benar-benar memaafkanku?.... jinja?", tanya hina masih tak percaya.

"Hmm", Jaemin mulai berjalan mendahului hina lagi sementara hina sibuk menyamai langkah jaemin.

"Itu namanya belum memaafkan... apa itu hmm?", tanya hina dengan cebikan. Jaemin kembali menghentikan langkahnya dan menatap hina tak percaya. Beberapa hari ini hina menjadi pendiam dan juga penurut, tapi lihatlah sekarang. Dia sudah bisa merajuk dihadapan jaemin. Mungkin keceriaan dan juga kecerewetannya juga akan kembali.

"Jadi aku harus menjawab apa?", tanya jaemin

"Iya... aku sudah memaafkanmu... seperti itu... lalu tersenyum apa susahnya tersenyum?... ah... aku ingat... oppa hanya tersenyum di pertemuan pertama dan kedua kita",

"Aku memang tidak bisa tersenyum... aku tersenyum karenamu dan jangan lupa kau menolakku jadi tentu saja senyuman itu tidak ada lagi", Hina sontak mengulum bibirnya dan merasa bersalah.

"Maaf", sesal hina dan jaemin sontak memberikan tatapan tajam.

"Lupakan atau aku akan marah lagi... arraseo?", Hina spontan mengangguk.

"Kaja... hari ini kau harus mentraktirku seperti janjimu", Jaemin mengulurkan tangannya, hina tersenyum. Tanpa ragu dia menerima uluran tangan jaemin dan membiarkan jaemin mengenggam tangannya sepanjang perjalanan.

***

Sejak Jaemin mendapatkan restu dari keluarga hina, hubungan jaemin dan hina menjadi lebih dekat. Jaemin selalu mengantar jemput hina ke kampus, keperpustakaan kota atau bahkan ke rumah sakit untuk menghibur anak-anak. Hina yang dulunya jarang bepergian menjadi sering bepergiaan karena jaemin. Jaemin tidak terlalu sibuk jadi dia selalu meminta hina mengajaknya jalan-jalan saat hina memiliki waktu luang.

A Life Story About JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang