The Last Meeting

790 72 4
                                    

***

"Hina-ya",

Kedua mata hina yang masih terpejam perlahan bergerak dan mulai menunjukkan akan terbuka.

"Sayang", Suara berat dan lembut milik jaemin mengusik pendengaran hina hingga akhirnya dia benar-benar membuka matanya.

"Merasa lebih baik?", Hina menyerjap kedua matanya saat jaemin menyambutnya dengan senyuman yang begitu lembut. Wajah jaemin tampak begitu cerah, begitu tampan dan terlihat begitu bahagia. Selama ini hina belum pernah melihat wajah jaemin seperti itu, sering kali masih ada beban dan luka dari kedua matanya meskipun dia tertawa ataupun tersenyum.

"Oppa... aku merindukanmu", Hina tanpa ragu memeluk tubuh jaemin begitu erat. Menghirup aroma tubuh tunangannya yang begitu dia rindukan.

"Aku juga merindukanmu sayang", bisik jaemin sembari mengecup pundak hina.

"Oppa kemana saja?... ani.. bagaimana dengan ayahmu?.. apa kalian berbaikan?... yuta oppa bilang ayah oppa sudah tahu kebenarannya", jaemin tersenyum kecil, mendorong tubuh hina, mencakup wajah hina lalu mencium bibirnya.

"Aku sudah memaafkannya tapi tuhan tetap ingin dia menjalani hukumannya... aku pikir aku juga sudah berbuat kejam dengan tidak memberi tahunya sejak awal", Hina tersenyum lega. Setidaknya jaemin sudah memaafkan ayahnya meskipun mungkin hubungan mereka tidak akan pernah seperti ayah dan anak pada umumnya.

"Apa oppa bahagia?",

"Hmm.... Karena aku akan selalu bersamamu hingga kau mati", jaemin kembali membelai wajah hina dan memberikan banyak kecupan dikening, pipi, bahkan di bibir hina.

"Aku juga akan bersama oppa.... Karena aku sudah mendapatkan donor jantung", kata hina dengan senyuman ceria.

"Kau bahagia?"

"Tentu saja", pekik hina.

"Sayang"

"Ya oppa"

"Berjanjilah padaku kau akan selalu bahagia seperti ini.... Kau akan selalu sehat setelah ini... jadi jangan pernah bersedih lagi... hina-ya"

"ya oppa?",

"Aku menitipkan sesuatu yang berharga untukmu... berjanjilah padaku kau akan menjaganya dan merawatnya dengan baik... berikan dia kasih sayang yang melimpah dan katakan padanya bahwa aku sangat sangat mencintainya", Hina menyerjap pelan, dia tidak mengerti dengan apa yang jaemin katakan.

"memangnya apa yang oppa titipkan?", tanya hina penasaran

"Cinta kita", jaemin mencium bibir hina sekali lagi. "Aku mencintaimu",

"Jaemin-ah!", Baru saja hina ingin membalas ucapan cinta jaemin, sudah ada suara seorang wanita yang memanggil jaemin.

Jaemin menoleh ke arah wanita yang sedang berdiri ditengah taman. Hina bahkan baru menyadari jika sejak tadi dia dan jaemin duduk dibangku sebuah taman. Entahlah dimana taman itu tapi pemandangannya begitu indah, udaranya begitu sejuk. Hina bahkan tidak pernah melihatnya di seoul.

"Aku harus pergi... jaga dirimu sayang", jaemin melepaskan genggaman tangannya dengan hina.

"Andwe... oppa mau kemana?.. aku ikut.. oppa... jangan pergi.. oppa!", Hina tidak bisa bergerak. Dia ingin menyusul jaemin yang perlahan-lahan pergi meninggalkannya untuk menghampiri wanita cantic yang memanggilnya.

"OPPA!... ANDWE!", Hina menangis sesegukan karena dia tak kunjung bisa menggerakan tubuhnya. Sementara jaemin sudah menerima uluran tangan wanita itu. Wanita itu dan jaemin menoleh ke arah hina, tersenyum lalu melambaikan tangan.

A Life Story About JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang