Haiii. Aku update nih, siapa yg seneng? Hehe. Makasih banyak buat yg kemarin udah komen, menghibur banget bacanya haha. So, happy reading ya. Dan, jangan lupa voteeeee hehehe.
🏠🏠🏠
Acara resepsi berlangsung cukup meriah. Sebuah pelaminan bertema rustic tampak berdiri megah di area taman belakang restoran. Tamu undangan terus berdatangan. Sebagian berbaris menunggu giliran untuk naik ke pelaminan, sebagian lainnya sudah menyebar menyicipi hidangan.
Di tengah pelaminan, Kanaya dan Satria berdiri bersebelahan. Senyum keduanya selalu merekah saat menyalami para tamu---meski sebagian besar tidak mereka kenal. Hampir delapan puluh persen, tamu yang datang merupakan kenalan dan kolega orang tua mereka. Sisanya dari keluarga besar masing-masing, sementara Kanaya dan Satria hanya mengundang beberapa teman kantor dan sahabat dekat. Itu pun beberapa sudah terlihat datang dan pulang.
"Pipiku pegal, Nay," bisik Satria di sela-sela senyuman saat menyalami tamu undangan. Pada titik ini, dia merasa pipinya nyaris seperti kaku saking terlalu lama dipaksa senyum.
Kanaya balas berbisik ketika ada jeda agak jauh antara satu tamu dengan yang lain. "Sama, Sat. Acaranya sampai jam berapa, sih?"
Satria mengangkat kedua bahu, masih sambil melebarkan senyum dan mengucapkan terima kasih pada tamu. "Nggak tahu. Harusnya sih, sudah selesai dari tadi, ya. Biasanya acara nikahan cuma dua jam."
Kanaya berdecak. "Itu kan kalo acaranya di gedung. Kita kan nggak nyewa gedung, Sat." Dia meraih tangan kiri Satria, melirik jam tangan pria itu. "Gila. Nggak terasa udah hampir empat jam kita di pelaminan, salaman sama tamu."
Ucapan Kanaya membuat Satria tertawa pelan dan sumbang, tetapi berusaha untuk tetap terus tersenyum ramah pada ibu-ibu dan bapak-bapak yang bersalaman dengannya. Dia mendekatkan bibirnya lagi ke telinga Kanaya.
"Kayaknya Bunda sama Mama memang sengaja bikin acara nikahan di sini, deh. Biar acaranya bisa sampai malam dan tamunya nggak terbatas begini."
"Aji mumpung banget, ya? Mentang-mentang restoran punya sendiri, ngundang tamu nggak kontrol begini," decak Kanaya.
Satria tertawa. "Pasti mereka nyebar undangan lewat grup Whatsapp, deh. Sekali klik, terundang semua. Grup di Whatsapp Bunda banyak pula, aku pernah nggak sengaja lihat notifnya. Ada grup arisan RT, ibu-ibu komplek, grup tukang sayur langganan, grup kuliah, SMA, SMP, bahkan SD juga ada."
Kanaya menghela napas. "Gila kalau ternyata orang-orang di grup itu datang samua. Aku nggak sanggup kalau harus berdiri salaman sama tamu sampai malam!"
Pernikahan macam apa ini? Pengantinnya bahkan tidak tahu berapa orang tamu yang diundang dan jam berapa acara akan berakhir. Ternyata salah juga terlalu mempercayakan para ibu untuk mengurus acara ini. Sepertinya Kanaya dan Satria akan terjebak sampai malam di pelaminan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAHABAT SATU ATAP ✓
ChickLitSAHABAT SATU ATAP (18+) "Mungkinkah kita saling mencinta?" *** Sial, Kanaya benar-benar terpaksa menikah dengan Satria demi sebuah tiket liburan gratis seumur hidup. Juga agar pikiran kolot Mama dan Bunda berhenti mencurigai mereka melakukan hal-hal...