SSA : 1. Pengin Nikah

31.5K 1.6K 155
                                    

Hai, semua

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai, semua. Apa kabar? Sudah siap dengan cerita baru, kan? Hehe. Selamat berkenalan dengan persahabatan Kanaya & Satria. Happy reading

🏠

Menjelang detik-detik pergantian tahun baru, di taman samping sebuah rumah tampak ramai berpesta. Sinta —sang pemilik rumah— tengah asik bergosip bersama wanita seumurannya, Nurul. Mereka bersahabat sejak SMA hingga kini keduanya sudah berumah tangga. Kebetulan, rumah mereka pun bersebelahan.

Jika para istri memotong dadu daging kambing, sementara para suami —Rama, suami Sinta dan Mirza, suami Nurul— bekerja sama menusuk satu per satu potongan daging ke bilah bambu. Tak jauh dari posisi mereka yang duduk di teras, Satria tengah mempersiapkan perapian untuk memanggang sate dibantu Yudhis, kakaknya. Di dapur pun tak kalah seru. Rania dan istri Yudhis, Arini, bersama-sama mengupas dan mencuci jagung untuk dibakar sambil membahas drama Korea terbaru yang tayang bulan ini.

Sementara orang lain sibuk di lantai bawah, hanya satu orang yang belum terlihat batang hidungnya. Kanaya Maharani, anak sulung yang punya kamar di lantai dua rumah ini.

"Satria, sini, Nak."

Satria yang sedang mengipas arang, menoleh ke arah teras. Tempat para orang tua berkumpul. "Kenapa, Bun? Dagingnya udah siap?"

"Sini dulu. Kamu dipanggil Tante Sinta," desak Nurul.

"Udah, sana. Biar aku yang kipas-kipas," kata Yudhis menawarkan diri.

Satria mengangguk pada Yudhis, lalu beranjak ke teras. Para orang tua masih sibuk memotong dan menusuk daging. Sudah jam 11 malam, tetapi sate belum matang. Satria hanya bisa menghela napas pasrah karena perutnya harus menahan lapar lebih lama.

"Dari tadi baru dapat segini satenya? Gosip mulu deh pasti," cibir Satria begitu tiba di teras. Duduk di sebelah ayahnya. Menatap miris baskom berisi tusuk sate yang jumlahnya tidak sampai tiga puluh.

"Nungguin yang motong daging. Lama banget, Sat," cibir Rama, menyindir para istri.

"Nah, kan. Betul." Satria menjentikkan jari saat dugaannya disetujui oleh Rama. Keduanya saling melempar tos.

"Ya, justru itu Tante panggil kamu, Sat," elak Sinta.

"Buat bantuin motong daging ya, Tante?" tanya Satria.

"Bukan. Kamu panggil Kanaya, deh. Biar bantu Tante sama bunda kamu motong daging. Daripada dia di kamar terus. Liburan kok, ya, masih kerja aja," oceh Sinta.

"Oke, Tante. Satria panggil Kanaya, tapi tolong pegang pisaunya jangan diarahin ke Satria. Ya?" Satria meringis ngeri melihat Sinta mengoceh sambil menudingkan pisau ke sana kemari. Dibanding bundanya yang lemah lembut, mamanya Kanaya ini memang lebih ekspresif dan ceplas-ceplos. Menurun ke anaknya yang sulung.

SAHABAT SATU ATAP ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang