ENAM

25 2 0
                                    

Bima Ardana Graha dan Abimanyu Wira Graha adalah saudara satu ayah, hanya saja mereka berbeda ibu. Ibu Bima sudah meninggal karena serangan jantung akibat mengetahui ayahnya memiliki wanita lain yang tak lain adalah ibu Abi. Salah satu alasan kenapa Bima sangat tidak menyukai Abi karena penyebab Ibu Bima meninggal adalah ibu Abi.

Setelah Ibu Bima meninggal, Ayahnya meminta Bima untuk tinggal bersama dengan Abi dan ibu tirinya. Jelas saja Bima menolak dengan keras, Bima tidak habis pikir dengan jalan pikiran ayahnya. Walaupun Bima membenci ayahnya, ayahnya tetap memberikan biaya hidup dan sekolah untuk Bima.

"Bima," panggil Abi saat Bima memarkirkan sepeda motornya.

"Apalagi?" Bima sangat malas jika harus berbicara dengan Abi.

"Mama minta lu pulang sebentar."

"Mama? Mama siapa? Tau kan bunda gue udah meninggal?" sarkas Bima langsung melewati Abi yang terlihat sedih, lagi-lagi usahanya gagal untuk membujuk Bima pulang.

"Sekali aja, apa nggak bisa bikin Mama seneng?" Bima menghentikan langkahnya.

"Seneng?" Bima berbalik dan menarik kerah Abi, bibirnya tersenyum kecut.

"Lu pernah mikir nggak bunda gue meninggal karena siapa hah?" teriak Bima, matanya mulai memerah karena emosi jika harus mengingat ibunya meninggal, bahkan ekspresi ibunya masih bisa Bima ingat sampai sekarang di detik-detik kematiannya.

"Gue minta maaf atas nama Mama," Abi bisa merasakan kesedihan di mata Bima, emosi yang Bima tunjukkan membuat Abi juga tidak bisa berbuat apa-apa.

"Minta maaf? Bisa idupin bunda gue? Nggak kan?" Bima langsung mendorong Abi, hampir saja Abi terjatuh. Bima malas ribut dengan Abi dan lebih memutuskan meninggalkan Abi yang termenung di parkiran.

Selama menuju ke kelas, ekpresi yang Bima tunjukkan membuat beberapa siswa yang melihatnya langsung minggir tidak berani mendekat. Sampai di kelas Bima langsung melempar tasnya dan meraih hpnya. Tidak ada pesan masuk atau balasan dari Raya, Bima juga berusaha menghubungi Raya tetapi nomornya tidak aktif.

"Kenapa lagi?" Aksa duduk di kursi depan Bima melihat sahabatnya yang kini menahan emosi.

"Raya?" sahut Brian.

"Bukan." Bima menjawab tanpa mengindahkan hpnya dan masih mencoba menghubungi Raya.

Aksa dan Brian saling lempar pandang, mereka bisa menebak jika bukan Raya pasti Abi yang bisa membuat Bima emosi seperti saat ini. Justru diamnya Bima membuat Aksa dan Brian tidak berani bertanya macam-macam. Mereka tau jika Abi dan Bima satu ayah itu saat Abi bilang jika mereka saudara saat menghadiri acara yang dikeluarga Bima.  Orang tua Aksa dan Brian teman bisnis ayah Bima. Sedangkan di sekolah tidak ada yang tau jika Abi dan Bima bersaudara karena Bima memperingatkan Abi untuk tidak mengatakan mereka adalah saudara. Abi setuju agar Bima tidak ribut lagi dengannya, walau masih dingin dan menyalahkan dirinya dan mamanya Abi berusaha mengalah.

"Sial, kenapa hpnya mati." Bima meremas telponnya lantaran Raya tidak menjawab panggilannya.

"Sabar, mungkin batreinya abis kali." Aksa berusaha menangkan Bima yang sedang kesal.

"Mau balapan nggak ntar malem?" Brian mengalihkan topik membuat Bima menoleh.

"Lokasi?" tanya Bima, ekspresinya masih datar.

"Tempat biasa, lumayan taruhannya." Brian menyunggingkan senyum liciknya, Aksa penasaran dengan hadiah yang akan dimenangkan.

"Apa?"

"Apartemen."

"Wah gila, apartemen? Emang siapa yang ngajak tanding?" tanya Aksa mendengar taruhan yang menggiurkan.

BimaRayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang