EXSTRA PART

200 12 7
                                    

×××

Phian berdiri mematung menatap Frisia yang semakin menjauh. Frisia yang jauh dari pandangannya juga hatinya.

"Saya selalu menahan mu Frisia."

"Tapi sekarang aku harus melepaskan mu, sesakit apapun itu."

"Tidak ada yang dapat ku lakukan untuk mu, dan hanya bisa menyakiti mu saja."

"kamu hanya akan bahagia jika saya tidak ada."

"Maka dari itu aku melepaskan mu."

"Sehingga kamu dapat tersenyum suatu hari nanti."

Phian tersenyum lantas berbalik meninggalkan rumah sakit itu dengan perasaan hancur.

×××

Brakk

Crakkk

Brushhh


Frisia melemparkan apapun barang yang ada di kamarnya, alat makeup, meja belajar serta Poto Poto dirinya ia hancurkan hingga tidak tersisa bahkan sekarang kamarnya seperti kapal pecah.

Frisia pergi ke kamar mandi lantas menatap pantulan dirinya dari cermin.

"Lihatlah aku jatuh lagi lagi dan lagi? Kenapa? Kenapa hidup ku seperti ini? Kenapa!! Bahkan aku sudah berusaha keras tapi kenapa? Kenapa Phian tetap tidak bisa ku taklukan? Ada apa dengan lelaki itu? Kenapa? Kenapa??"

Frisia memukul kepalanya beberapa kali, ini membuatnya gila. Seketika rasa sesak menghantam nya ia ingin menangis sekeras mungkin sebanyak mungkin. Namun ia tidak bisa

Frisia terduduk lesu di lantai ia sudah putus asa. Tidak ada harapan lagi? Phian sudah pergi meninggalkannya, meninggalkan kenangan yang tak bisa ia lupakan

"Apa salah ku?"

"Kenapa kamu jahat kepada ku!?"

"Kenapa? Bahkan saat aku bertanya kenapa tidak ada satu jawaban untuk ku?"

"Aku sudah berusaha keras selama ini! Tapi kenapa kamu dengan mudah memutuskan hubungan ini!?"

Frisia terisak kembali, meringkuk dalam dekapannya sendiri yang terasa dingin.

Setelah keluar rumah sakit Frisia lebih memilih menyendiri dikamar selama seminggu ia tidak pernah keluar rumah dan banyak menghabiskan waktunya di kamar.

Kesibukan yang ia lakukan ialah menulis di buku note namun sayang ia benar-benar tidak bisa melupakan Phian, saat ia hendak menulis bayangan Phian lah yang lebih dahulu teringang di kepalanya hingga refleks Frisia melemparkan barang apapun di sekitarnya

Ia benci itu! Saat makan pula ia selalu teringat terlebih saat Phian dulu sering memasak untuk nya. Astaga lupakan!

Frisia mengelap air matanya lantas bangkit berusaha keras menguatkan dirinya dengan cara memasang topeng sedingin mungkin. Ia benar-benar sudah rapuh dan ia tidak ingin semua orang tahu bahwa dirinya begitu hancur dengan mudah oleh seseorang

Tentang bunga, Frisia belum bisa melihat apa yang Phian kasih tahu dalam bunga itu meski ia penasaran tapi rasa benci dan egonya begitu besar hingga untuk menyentuh bunga itu ia enggan.

Frisia hanya bisa menyiramnya saja, tidak lebih.

Sama seperti sekarang ia hanya bisa mengenangnya tidak lebih.

×××

Di lain tempat, di sebuah gedung apartemen yang selalu terlihat menyeramkan.

FRISIA | EFEMERAL SERIES [ Segera Terbit ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang