FRISIA || BAGIAN 5

509 51 21
                                    

Happy reading

Now playing : twenty twenty - ostpart 1 or pentagon

Now playing : twenty twenty - ostpart 1 or pentagon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PHIAN BRISTLES

Qoutes

Cemburuku adalah bentuk rasa cintaku padamu ~Frisia
__________________________________________________________________________________

Aku terbangun dari tidur saat mendengar kicauan burung yang sedang melintas—mungkin, seluruh tubuhku terasa dingin dengan wajah yang memucat. Aku segera bangun dan beranjak ke dalam kamar, sebelum itu aku melihat jam yang ternyata masih pagi buta.

Dan aku berniat untuk tidur kembali, di kasur empuk yang hangat ini.

Ah nyamannya.

Drtt drtt drtt

Suara dering telepon.

Serasa baru saja sekejap menutup mata sudah ada yang mengganggu, dengan malas aku menekan tombol hijau, lantas suara nyaring itu terdengar tiba tiba membuat ku membulatkan mata saking terkejut.

"Si A... Lo dimana? Udah mau masuk nih!" Suara Manra terdengar jelas di sebrang sana.

"Hah? Ini masih pagi."

"Sumpah ya, bayi baru lahir pun tahu ini sudah siang Frisia sayang!"

"Jangan bercanda deh Man!"

"Siapa yang bercanda cantik? Tahu kan pagi ini pelajaran guru killer? Mau kena hukum lagi? Ping-"

"20 menit lagi sampai!" Aku memotong. Di sebrang sana Manra memutarkan bola matanya malas. Meski aku tidak mengetahuinya.

"15 menit lagi masuk! Pak killer datang lebih awal!"

Tut Tut Tut

Aku melempar handphone keatas kasur lantas beranjak pergi ke kamar mandi dengan tergesa-gesa. Hanya butuh 5 menit untuk selesai mandi. Tidak ada banyak waktu, setelah memakai seragam aku segera meninggalkan apartemen.

Sial.

Di depan halaman gedung apartemen ini tidak ada satu pun kendaraan yang melintas. Hening. Dengan terpaksa aku berlari ke arah halte bus. Menunggu di sana.

Tinggal enam menit lagi!! Arghh. Aku menggerutu kesal. Kalo begini jadinya aku akan terlambat lagi. Lama menunggu akhirnya aku memutuskan pergi berlari.

Tiga menit Berlari napas ku sudah tersegal, aku membungkuk, mengatur napas. Aku melirik jam tangan tinggal empat menit lagi dan sekolah masih jauh sekitar satu kilo meter jauhnya.

Aku mengusap peluh, tangan kananku mengipas leher yang gerah akibat keringat. Aku mengeluh dalam hati "ini namanya mandi keringat."

"Naik!" Terdengar suara yang tegas dan dingin, aku menoleh menatap laki laki di samping ku. Cepat cepat aku menggeleng menolaknya tapi, waktu sudah berjalan. Tidak ada pilihan lain? Aku mengangguk meski barusan sudah menggeleng. Tanpa banyak protes, aku naik ke atas motornya yang menawan seperti pemiliknya. Ohh stop!!

FRISIA | EFEMERAL SERIES [ Segera Terbit ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang