Jangan lupa putar lagunya.
***
"Gue benci tiap kali lo lebih membela dia dari pada gue, gue benci liat lo yang milih dia, gue benci liat kalian bersama, hati gue sakit, sakit banget. Gue sayang sama lo Zidan."
***
Dengan perasaan yang campur aduk Zidan berlari meninggalkan Freya seorang diri. Tak peduli dengan tatapan terluka yang di berikan Freya, yang penting baginya saat ini adalah keselamatan Bianca.
Freya menatap punggung yang semakin lama semakin mengecil hingga lenyap dari pandangannya. Lagi, air matanya menetes kenapa rasanya sakit sekali.
Berbagai macam pikirannya pun muncul. Apa Bianca sangat berarti bagi Zidan? Tapi mengapa Zidan sering kali membelanya di hadapan Bianca? Hanya satu jawaban yang Freya temukan dan rasanya paling masuk akal.
Kasihan.
Zidan pasti hanya merasa kasihan padanya, melihat hidupnya yang berantakan, Freya yakin itulah jawabannya. Jadi apa yang harus Freya lakukan sekarang, haruskah ia menjauh?
***
Zidan mendudukan Bianca di kursi samping kemudi, lalu berjalan memutari mobilnya dan duduk di balik kemudi itu. Zidan melirik Bianca yang menurutnya sedikit aneh. Biasanya saat asmanya kambuh Bianca akan terlihat sangat lemas, tapi yang ia lihat sekarang sangat berbanding terbalik Bianca malah tersenyum manis padanya.
"Lo bohongin gue?" ujar Zidan kesal.
"Iya," jawab Bianca dengan tampang tak berdosa.
"Maksud lo apa, hah?" bentak Zidan yang mulai emosi.
"Supaya lo bisa sama gue".
"Keluar".
"Nggak".
"Mau lo apasih Bi? Lo tau gue ninggalin Freya sendiri karna lo" ucap Zidan yang sudah mulai hilang kesabaran.
"Gue mau Lo!!" teriak Bianca.
"Gue mau Lo Zidan, lo ngerti nggak sih gue gak mau lo lebih peduli ke dia dari pada sama gue, Dan," ujar Bianca yang kini sudah meneteskan air matanya.
"Gue benci tiap kali lo lebih membela dia dari pada gue, gue benci liat lo yang milih dia, gue benci liat kalian bersama, hati gue sakit, sakit banget. Gue sayang sama lo Zidan," Bianca berteriak mengeluarkan isi hatinya. Sementara Zidan hanya diam mendengar tiap kata yang keluar dari mulut Bianca.
Yang ada di pikiran Zidan saat ini hanya satu, Bianca sungguh egois. Dulu dia yang berjuang untuknya tak pernah di anggap kini saat dirinya telah melupakan cewek itu, ia baru merasa kehilangan.
"Dan gue tau cuma dengan penyakit sialan ini lo akan menghampiri gue," lirih Bianca dengan air mata yang sudah membasahi wajahnya.
"Ini adalah terakhir kalinya gue percaya sama lo," ujar Zidan datar.
"Keluar."
"Lo beneran usir gue, Dan?"
"Segitu bencinya lo sama gue? Apa perasaan lo dulu sudah benar-benar hilang?" Bianca menatap dalam mata yang menatap tajam dirinya.
"Lo yang buat gue bersikap kayak gini, soal perasaan? Jangan harap itu masih ada Bianca, lo sendiri yang mencampakkan gue dulu jadi jangan harap perasaan gue ke lo kembali," ungkap Zidan dengan menekankan setiap katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FREYA
Teen FictionApa yang akan kamu lakukan, ketika berada di situasi ini? Tak bisa memilih tapi ingin memiliki salah satunya. Freya tengah berada di situasi itu, Zidan yang hadir saat Freya melewati hari-hari sulitnya. Dan Fathan yang merupakan cinta pertamanya. T...