Minggu pagi kali ini, Freya memutuskan untuk marathon di taman dekat rumahnya. Freya berlari kecil mengitari Taman kompleks yang sangat ramai di kunjungi oleh anak-anak kecil.
Saat tengah asik berlari, tiba-tiba Freya tersandung, ada batu lumayan besar yang menyebabkannya tersandung. Freya meringis merasakan sedikit nyeri di lutut kirinya.
Tanpa di duga, seseorang mengulurkan tangannya ke hadapan Freya, Freya mendongak dan sedikit kaget. "Fathan."
"Iya, kenapa? Lo ngarepnya Zidan? Cepat elah, pegel nih tangan gue, mau dibantuin nggak?" ujar Fathan sedikit kesal tapi tetap mengulurkan tangannya.
Freya menyambut uluran tangan Fathan sedikit gugup. Pasalnya Freya takut Fathan akan mengungkit masalah dikantin tempo hari dan kembali memarahinya.
Fathan yang tidak sabaran, langsung menarik tangan Freya kasar. "Aww," ringis Freya karna lututnya terasa nyeri lagi.
"Lebay lo ah, baru juga lecet dikit," ujar Fathan sinis, lalu menarik Freya ke kursi taman yang tak jauh dari posisi mereka berdiri.
Freya yang ditarik oleh Fathan hanya menurut saja, karna kalau protes, bisa-bisa Ia kena semprot lagi sama Fathan, lebih baik diem dan ngikut aja.
Saat di kursi taman, Fathan hanya diam dan tampak sedang berpikir.
'gue harus baikin ini anak' batin Fathan. Tak lama Fathan berdiri dari duduknya."Lo tunggu disini, jangan kemana-mana," ujar Fathan lebih tenang tidak se sinis sebelumnya. Freya hanya mengangguk sebagai jawaban.
Fathan pergi ke sebuah warung tepi jalan yang tak jauh dari taman. Fathan membeli dua botol air mineral dan sebuah plester. Setelah membayarnya, Fathan langsung beranjak, lalu berlari kecil menuju kursi taman yang di duduki oleh Freya.
Fathan menyodorkan sebotol air mineral kepada Freya. "Minum dulu nih," ujar Fathan.
Freya menerima air mineral itu dengan wajah bingung, 'Fathan kok tiba-tiba baik yah,' batinnya. Freya meneguk minuman itu dan kembali menatap Fathan.
Fathan mengeluarkan plester dari saku celananya. Tanpa aba-aba, Fathan menarik kaki kiri Freya dan meletakkan di atas pahanya.
Fathan meniup beberapa kali lutut Freya yang lecet, kemudian Fathan menempelkan sebuah plester dengan pelan dan hati-hati, agar Freya tidak merasa sakit. "Oke, selesai," ujar Fathan dengan senyum tipis.
Freya yang mendapat perlakuan sedemikian rupa, langsung terpana dan mengerjapkan matanya tak percaya dengan apa yang dilakukan Fathan barusan.
Fathan yang ditatap seperti itu merasa tidak nyaman. "Biasa aja liatnya, nggak usah terpana gitu sama gue," ujar Fathan kembali ke sifat semulanya, sinis. Tidak menunggu jawaban dari Freya, Fathan berdiri lalu berjalan meninggalkan Freya.
Freya yang ditinggalkan menatap bingung ke arah punggung Fathan yang makin lama semakin menjauh.
"Itu anak udah kayak bunglon aja, gampang banget berubah, awal sinis, terus baik, terus sinis lagi," ujar Freya merutuki sikap Fathan yang sangat ajaib.Freya akhirnya memutuskan untuk balik ke rumah, dari pada memikirkan Fathan yang tidak ada faedahnya. Lebih baik Ia siap-siap untuk pergi ke rumah Zidan. Pasalnya minggu ini Zidan berjanji akan mengajari Freya tentang pelajaran Matematika.
***
Freya berjalan celingak-celinguk dan sesekali membaca deratan angka yang tertera di setiap rumah. "35..,36..., nah itu dia 37, itu pasti rumah Zidan," gumam Freya pada dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
FREYA
Teen FictionApa yang akan kamu lakukan, ketika berada di situasi ini? Tak bisa memilih tapi ingin memiliki salah satunya. Freya tengah berada di situasi itu, Zidan yang hadir saat Freya melewati hari-hari sulitnya. Dan Fathan yang merupakan cinta pertamanya. T...