12. Persidangan

9 0 0
                                    

Freya berjalan menuruni anak tangga di rumahnya satu-persatu. Berulang kali Freya mencoba menghubungi Zidan namun hasilnya nihil tetap tidak di angkat.

Jam sudah menunjukkan pukul 13.45, hari ini adalah hari persidangan Papa Freya tepat pukul 14.00 acaranya akan di mulai. Zidan sudah berjanji akan menemaninya ke persidangan, namun cowok itu hingga sekarang belum ada kabar. Apa sesuatu yang buruk sedang terjadi? Freya mulai memikirkan sesuatu yang buruk membuatnya langsung menggelengkan kepalanya. Freya mencoba berfikir positif, mungkin Zidan nanti akan menyusulnya.

Akhirnya Freya memutuskan untuk memesan ojek online dan pergi ke persidangan seorang diri. Kemana Ibu dan Kakaknya? Ntahlah mereka sekarang bertindak seolah tidak peduli pada Ayahnya. Ibunya sibuk dengan toko Kue serta teman sosialitanya dan kakaknya sibuk dengan kekasihnya.

Di perjalanan ke pengadilan Freya masih berharap Zidan akan menghubunginya dan menamaninya di persidangan nanti, tapi sampai detik ini tetap tidak ada kabar dari Zidan.

Freya sampai di pengadilan dan memberanikan diri untuk masuk sendirian. Freya masuk ke ruang persidangan Ayahnya, disana Ayahnya duduk membelakangi dirinya dan belum menyadari kehadirannya.

Persidangan sudah dimulai beberapa menit yang lalu kini tinggal mendengar hasil keputusan dari hakim. Ayahnya sudah terbukti bersalah dalam kasus ini. Freya menunduk dan memejamkan mata, berdoa semoga Ayahnya tidak dihukum dengan berat.

Keputusan hakim sudah di bacakan, Ayah Freya di hukum 4 tahun kurungan penjara dan denda 200 juta. Denda itu sudah di bayarkan dengan aset pribadi milik Ayahnya.  Kini tinggal Ia menjalani masa kurungan selama 4 tahun.

Freya menatap Ayahnya yang kini juga menatap dirinya, air mata sudah menumpuk di kelopak matanya dengan sekali kedip maka air mata itu akan luruh. Freya berlari menuju ayahnya tak peduli beberapa orang menghalanginya, Freya hanya butuh memeluk Ayahnya sebentar saja.

Tiba di pelukan itu Freya menumpahkan segala kesedihannya, Freya menangis hingga sesegukan. “Kenapa pah? Kenapa papa lakuin ini,” ucapnya di sela isak tangis itu.

Hirtono yang melihat anaknya menangis pun tak kuat menahan tangisnya juga, Hirtono menangis merasa bersalah dan kecewa pada dirinya. “Maafin Papa Freya, maaf papa udah kecewain kamu, maaf udah jadi Ayah yang buruk untuk kamu.”

Pelukan Freya dan Ayahnya mulai terlepas karna beberapa orang sudah menarik Ayahnya, “Jaga diri kamu baik-baik, Papa sayang freya, Vanya dan Mama,” tepat setelah mengatakan itu pelukan Freya dan ayahnya terlepas.

Freya melepas Ayahnya dengan tangis yang memilukan membuat siapa pun yang berada disana merasa tersayat. Freya terduduk dengan sisa tangisnya dan tetap menatap punggung ayahnya yang mulai menjauh.

***

Hujan deras tidak dipedulikan oleh Freya, Ia tetap berjalan di trotoar dengan air mata yang terus mengalir. Tak peduli ia di perhatikan oleh orang sekitar, Freya hanya ingin menumpahkan kesedihannya.

Sebuah mobil berhenti tak jauh dari tempatnya berjalan, Freya tak peduli dan terus berjalan. Seseorang keluar dari mobil itu dan berlari menggunakan sebuah payung, orang itu tiba di hadapan Freya dan berhasil menghentikan langkahnya. Sebuah payung melindungi tubuhnya dari hujan.

Freya mendongak melihat seseorang di hadapannya. Dalam hati Freya berharap orang itu adalah Zidan. Tapi Itu hanya harapannya lagi-lagi Freya menelan kekecewaan.

“Pergi, than” ucap Freya dingin.

“Bodoh, lo bisa sakit kalo gini,” ucap Fathan sedikit membentak.

“Siapa elo? Jangan sok peduli,” ujar Freya lalu menepis Payung itu hingga Payung itu terjatuh.

Fathan terdiam dan membiarkan Freya melanjutkan perjalanannya. Tapi tak lama Fathan menyusul Freya dan berdiri di hadapan Freya memegang kedua pundak gadis itu. Tak peduli dengan derasnya hujan yang mengguyur, fathan berusaha mengerti Freya.

FREYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang